PRESIDEN SOEHARTO KE SARAJEVO [1]
Sarajevo, Bisnis Indonesia
Kunjungan Presiden Soeharto ke Sarajevo sangat bermakna baik bagi Indonesia sendiri maupun perdamaian internasional. oleh sebab itu dapat difahami mengapa perhatian sangat tertuju kepada lawatan yang bersejarah tersebut. Sebagaimana tennaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, pemerintah, negara dan bangsa Indonesia telah bertekad untuk membantu mewujudkan serta memelihara perdamaian dunia. Pengejawantahan kandungan UUD 1945 itu telah diwujudkan dalam panggung diplomasi, baik dalam kerangka hubungan bilateral maupun multilateral.
Disamping itu, pengiriman pasukan pemelihara perdamaian di bawah bendera. PBB ke berbagai negara sejak 1960-an menunjukkan peran aktif meredakan konflik. Tercatat diantaranya pengiriman pasukan Garuda ke Kongo, Timur Tengah dan Vietnam. Selain daripada itu perlu pula dicatat pengiriman sejumlah anggota Polri ke Namibia untuk memonitor pemilihan umum, penempatan pasukan perdamaian di bekas Yugoslavia sendiri, ke Kamboja, selain pengiriman tim pengawas ke kawasan Iran-Irak serta Kuwait dengan Irak. Kunjungan Presiden Soeharto ke Sarajevo juga merupakan realisasi dari mukadimah UUD 45. Malahan menjadi sangat istimewa sebab Kepala Negara sendiri yang langsung datang ke negara yang sedang berkonflik. Sejauh ini, selain Kepala Negara, baru Presiden Prancis Francois Mitterrand dan Perdana Menteri Pakistan Benazir Bhutto yang melakukan muhibah ke Serbia-Herzegovina. Muhibah Presiden Soeharto dinilai sangat berani sebab tidak mendapat jaminan keselamatan dariUnprofor. Semua anggota rombongan harus menandatangani fonnulir kesediaan menanggung sendiri segala resiko. Sesuatu yang langka teljadi dalam urusan protokoler, mengingat jaminan keamanan seharusnya ditanggung tuan rumah. Kondisi semacam itu sangat mencekam sebab sehari sebelumnya pesawat yang membawa utusan PBB Yasushi Akashi ditembaki pihak yang menentang pemerintah Bosnia-Herzegovina. Untunglah tidak timbul korban. Meskipun demikian serangan atas utusan PBB tersebut menunjukkan, musuh-musuh Bosnia-Herzegovina tak peduli dengan siapapun. Selain menunjukkan tidak adanya koordinasi ataupun komanpo yang jelas diantara pasukan Serbia.
Kunjungan Kepala Negara ini, sekalipun bukan merupakan tujuan, akan meningkatkan postur Indonesia di dunia internasional. Baik dalam kapasitas negara yang cinta damai dan kemerdekaan, juga sebagai pemimpin Gerakan Non Blok. Dengan demikian menambah sukses diplomasi menyusul a.l. keberhasilan KTT Non Blok dan Pertemuan Para Pemimpin Ekonomi APEC.
Bagi rakyat Bosnia-Herzegovina kedatangan Presiden Soeharto menunjukkan dukungan moral terhadap mereka. Di tengah keterpencilan karena negara-negara maju seperti anggota Masyarakat Eropa dan Amerika Serikat tidak berbuat banyak. Walaupun pembersihan etnis oleh Serbia sudah menjadi bukti yang tak bisa dibantah. Perundingan antara delegasi Indonesia dan delegasi Herzegovina yang dipimpin Presiden Alija Izetbegovic memberi harapan bagi terciptanya perdamaian. Kedua Kepala Negara dijadwalkan antara lain membahas peranan RI dalam penyelesaian konflik, serta mengidentiflkasi bentuk bantuan yang dapat diberikan kepada rakyat Bosnia-Herzegovina.
Dalam posisi baik sebagai Ketua Gerakan Non Blok dan sebagai negara yang dikenal konsisten dalam penciptaan perdarnaian serta memiliki hubungan baik dengan negara-negara besar, hasil perundingan antara Presiden Soeharto dan Presiden Alija Izetbegovic diharapkan dapat direalisasikan dalam waktu dekat. Sebagai salah satu sumbangsih bagi negara merdeka dan berdaulat namun tertindas.
Kita mengharapkan lawatan Presiden Soeharto ke Sarajevo akan menciptakan terobosan guna menyelesaikan konflik antar etnis yang berkepanjangan tersebut. Sengketa yang telah mencoreng prinsip-prinsip kemanusiaan yang beradab dan menginjak- injak hak suatu masyarakat untuk merdeka. Sejalan dengan harapan tersebut, kita mengharapkan para diplomat serta unsur unsur terkait lainnya supaya bekerja keras mewujudkan hasil rembugan Sarajevo. Kontribusi Indonesia sangat dibutuhkan di tengah kemacetan pencarian penyelesaian secara tuntas. Realisasi tersebut diharapkan dapat dicapai sesegera mungkin karena Bosnia Herzegovina berada dalam posisi lemah, baik pada penguasaan wilayah maupun diplomasi. Ketrampilan para diplomat kita sekali lagi bakal teruji, menyusul muhibah sangat bersejarah ini.
Sumber:BISNIS INDONESIA ( 14/03/ 1995)
____________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 135-136.