PRESIDEN SOEHARTO : KEMAJUAN BANGSA DAPAT DINILAI DARI PERHATIAN TERHADAP PARA CACAT

PRESIDEN SOEHARTO : KEMAJUAN BANGSA DAPAT DINILAI DARI PERHATIAN TERHADAP PARA CACAT

Presiden Soeharto ketika meresmikan gedung Sekolah Luar Biasa bag A (SLBA) di Lebak Bulus Jakarta Selatan, Rabu kemarin, menyatakan bahwa selesainya pembangunan SLB ini menunjukkan bahwa kita harus bergerak maju dalam membina kesejahteraan masyarakat.

Kemajuan memang memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi kita semua itulah yang menjadi arah tujuan pembangunan kita. Setelah hampir satu setengah dasawarsa kita membangun, kata Presiden, secara berangsur-angsur kita telah mampu menggali sumber2 dana dan kekuatan yang bertambah besar lagi pembangunan pendidikan, termasuk untuk pendidikan para cacat.

Memang benar, bahwa belum seluruh kebutuhan pendidikan, khususnya pendidikan anak cacat dapat dilayani secara memuaskan oleh hasil pembangunan. Namun ini hendaknya dapat ditanggapi dan dipahami secara wajar, jangan dilupakan bahwa secara serentak dalam waktu yang bersamaan kita harus membangun prasarana bagi semua aspek dari kehidupan bangsa dan negara kita yang terbengkalai selama ber-tahun2 sebelumnya. Usaha itu terang memerlukan biaya yang bersumber pada hasil pembangunan itu sendiri.

Kata Presiden selanjutnya, kemajuan suatu bangsa antara lain dapat dinilai dari perhatian pada warganya yang cacat, baik fisik maupun cacat mental. Dan perhatian pada para cacat itu tidak berarti hanya memberikan perlindungan dan kesejahteraan saja. Yang lebih penting adalah memberikan pelayanan pendidikan agar mereka mempunyai kepercayaan pada diri sendiri, mempunyai pengetahuan dan keterampilan, sehingga di kemudian hari dapat hidup mandiri dan ikut aktif berpartisipasi dalam membangun bangsa dan negaranya.

Kepercayaan diri sendiri merupakan kekuatan penting bagi setiap manusia untuk mengarungi kehidupannya. Sedang pengetahuan dan ketrampilan merupakan bekal hidup yang penting agar seseorang sanggup berdiri sendiri.

Banyak di antara mereka yang cacat dengan semangat tinggi, kepercayaan pada diri sendiri disertai pengetahuan dan keterampilan dapat mengurangi segala tantangan hidup, bahkan mencapai sukses. Sebaliknya tidak sedikit diantara kita yang tidak menderita cacat gagal dalam perjuangan hidup karena tidak memiliki semangat hidup, tidak rnemiliki kepercayaanpada diri sendiri dan tidak mau menggunakan pengetahuan dan keterampilan.

Pembangunan SLB ini merupakan realisasi dari salah satu program nasional di bidang pendidikan. Juga merupakan puncak acara dalam menyambut tahun internasional untuk para cacat.

Dalam hubungan ini Presiden minta agar semacam ini terus ditingkatkan dikembangkan. Untuk itu perlu sekali adanya wadah pembinaan dan pengembangan yang memadai yang digerakkan oleh tenaga2 yang cukupjumlahnya dan memiliki kemampuan.

SLB Nasional, SLB Propinsi dan SLB Swasta

Menteri P & K Dr. Daoed Joesoef dalam laporannya kemarin menyatakan bahwa selama Pelita III ini Departemen P & K akan membangun 3 SLB pembina tingkat nasional, 5 SLB tingkat propinsi dan rehabilitasi 50 buah SLB swasta.

Tiga SLB tingkat pembina nasional adalah SLB bag A (untuk tunanetra) di Lebak Bulus Jakarta ini, SLB bag B di Denpasar (tunarungu) dan SLB Bag C (untuk cacat mental) di Lawang Malang. Adapun 5 SLB bag B tingkat propinsi yang akan dibangun adalah di Medan (Tunalaras), Sumedang (tunarungu), Pemalang (tunanetra) dan Yogyakarta (tunamental) serta Ujung Pandang (tunadaksa).

Sementara ini juga masih diperlukan penyediaan 62 ribu buku kurikulum, 200 ribu buku pedoman guru dan murid, 2 ribu buku evaluasi belajar, 50 ribu bulletin dan 141 unit alat peraga.

Disamping itu akan diangkat 700 guru SLB, ditatar 1400 guru SLB dan 700 pembina SLB. Kini dihadapan kita semua telah berdiri SLB bagian A tingkat Nasional siap untuk melaksanakan keseluruhan fungsi yang telah ditetapkan.

Kehadiran SLB ini dalam dirinya ingin meningkatkan bahwa dimana ada kemauan disitu ada jalan untuk kecerdasan dan kemajuan. Pepatah ini berlaku untuk semua orang, dan ini lebih-lebih berlaku bagi anak2 yang mengalami kekurangan fisik dan mental. Demikian Menteri P&K.

SLB bag A ini masih akan terus diperluas. Mulai tahun depan akan dibangun 6 buah asrama, satu unit bengkel kerja, 13 rumah guru. Sekolah tsb jika selesai seluruhnya akan mempunyai daya tampung bagi 200 sampai 250 murid yang meliputi tingkat persiapan tingkat pendidikan dasar, pendidikan tingkat menengah. Dewasa ini bangunan yang ada termasuk pembebasan untuk tanah telah menelan biaya sejumlah Rp.437 juta lebih.

Hadir pada peresmian gedung yang megah kemarin Menko Kesra Surano serta Ibu Tien Suharto yang sekaligus membuka pameran pendidikan, khususnya bagi anak­anak kekurangan fisik rnaupun mental. (RA)

Jakarta, Berita Buana

Sumber : BERITA BUANA (10/12/1981)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 633-634.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.