Presiden Soeharto kepada BMPTSI: PERGURUAN TINGGI JANGAN MENJADI SARANA UNTUK MENCARI KE UNTUNGAN

Presiden Soeharto kepada BMPTSI: PERGURUAN TINGGI JANGAN MENJADI SARANA UNTUK MENCARI KE UNTUNGAN[1]

Jakarta, Kompas

SIDEN SOEHARTO mengharapkan Badan Musyawarah Perguruan Tinggi wasta Indonesia (BMPTSI) turut mengendalikan  pertumbuhan jumlah perguruan tinggi swasta (PTS). Tapi ia mengingatkan, yang diperlukan adalah Perguruan Tinggi (PT) yang benar-benar mampu menunjukkan mutu pendidikan dan penelitian, bukan PT yang hanya merupakan badan usaha untuk mencari keuntungan. “Peningkatan jumlah PT yang tidak disertai dengan peningkatan mutu dapat mengakibatkan  timbulnya berbagai masalah yang berkepanjangan, seperti pengangguran sarjana, ketidaksesuaian antara lulusan PT dengan tenaga kerja yang diperlukan,” tutur Presiden ketika membuka Musyawarah Nasional III BMPTSI di Istana Negara, Jakarta, hari Rabu (22/3).

Seperti dilaporkan Ketua Umum BMPTSI Prof. Dr. H Moeslim Taher, Munas diikuti 300 peserta dari 16 BMPTSI Wilayah yang mewakili 1.164 PTS. Munas diharapkan mencapai keseimbangan antara kuantitatif dan kualitatif untuk menjadikan PTS lebih berperan dan bermakna dalam mengisi pembangunan.

Beberapa cara pemecahan Presiden menjelaskan, dewasa ini ada 1164 PTS. Jumlah ini tampaknya akan terus bertambah dan menyebar ke seluruh pelosok tanah air. Pesatnya pertumbuhan PTS ini memang sesuai dengan tekad untuk memeratakan kesempatan memperoleh pendidikan tinggi bagi kaum muda.

Sekarang, katanya, saatnya untuk meningkatkan mutu PT. Dengan demikian PT yang sudah ada harus melakukan konsolidasi secara menyeluruh meliputi pembenahan kelembagaan, peningkatan mutu tenaga pengajar, perlengkapan dan pemutakhiran sarana belajar mengajar, serta berbagai fasilitas lain penunjang kegiatan akademik, baik dalam rangka pendidikan maupun penelitian. Dalam rangka pemanfaatan berbagai sumber daya secara optimal, Presiden mendesak agar BMPTSI memikirkan kemungkinan penggabungan berbagaijenis perguruan tinggi.

Presiden mengingatkan, secara nasional PT menghasilkan lulusan sarjana sebanyak 100.000 orang pertahun. Di pihak lain, jumlah sarjana yang masih menganggur cukup besar. Menurut Presiden, pengangguran sarjana seperti ini secara nasional berarti pemborosan uang, tenaga, dan wak:tu,di sarnping menganggu efisiensi nasional. Karena itu harus dicari pemecahannya. Salah satujawabannya adalah memberi bekal semangat dan pendidikan kemandirian kepada para mahasiswa selama di perguruan tinggi.

PTS Makin Penting

Mendikbud Wardiman dalam sambutannya menjelaskan pentingnya eksistensi PTS. Dengan jumlah mahasiswanya sekitar 1,4 juta atau dua kali lebih besar ketimbang jumlah mahasiswa PTN, PTS telah menjadikan dirinya sebagai penghasil utama lulusan PT. Wardiman sependapat dengan Presiden bahwa kendala bagi PTS dewasa ini lebih banyak menyangkut mutu dan relevansi pendidikan dengan pembangunan. Selama itu program pendidikan di bidang ilmu sosial masih mendominasi lulusan, yaitu sekitar 76 persen dibandingkan dengan bidang teknologi yang hanya 13 persen. Sebab itu, Depdikbud terus mendorong PTS dengan berbagai bantuan dan insentif agar lebih banyak program pendidikan dalam bidang sains dan teknologi .”Pada akhir Pelita VI diharapkan jumlah mahasiswa PTS yang belajar dalam bidang sains dan teknologi inimencapai 30 persen,”katanya. (vik)

Sumber :KOMPAS (21/02/1995)

____________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 573-574.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.