PRESIDEN SOEHARTO : KITA HARUS MEMIKIRKAN SUNGGUH-SUNGGUH KESEJAHTERAAN GURU[1]
Jakarta, Suara Pembaruan
Presiden Soeharto mengajak para guru agar tetap mencurahkan perhatian kepada pembinaan mental dan rohani murid-muridnya.
“Kita tidak semata-mata bermaksud melahirkan orang-orang pintar saja. Lebih jauh dari itu, kita ingin membentuk kepribadian anak-anak kita yang benar-benar mencerminkan jiwa dan kepribadian bangsa yang berbudi pekerti luhur dan mulia.”
Ajakan itu disampaikan Kepala Negara pada peringatan Hari Guru Nasional dan Internasional Tahun 1995 di Stadion Sriwedari Surakarta Sabtu (25/11).
Para guru, kata Presiden, tentu lebih menyadari bahwa mendidik bukanlah sekadar mengajar. Mengajar hanyalah memindahkan pengetahuan agar para murid menjadi mengerti.
“Tetapi mendidik, mempunyai makna yang lebih dalam dan lebih luas.” kata Kepala Negara.
Presiden mengatakan menyadari makin besarnya sumbangan para guru kepada bangsanya pemerintah dengan tidak putus-putusnya terus berusaha untuk meningkatkan taraf kesejateraan para guru.Meskipun anggaran yang tersedia terbatas, pemerintah berusaha keras untuk meningkatkan pendapatan para guru.
“Kita semua menginginkan agar taraf kesejahteraan para guru dapat ditingkatkan sejalan dengan meningkatnya laju pembangunan.” ujar Kepala Negara.
Jika guru mendapat tempat terhormat di hati masyarakat, jika penghasilan guru baik, maka generasi muda pasti tertarik untuk menjadi guru. Sekarang ini ada tanda tanda berkurangnya minat orang menjadi guru.
“Sebagian generasi muda kita menganggap profesi guru tidak lagi sebagai profesi terhormat sebagaimana halnya di masa-masa yang lalu. Memang menjadi guru yang sejati itu adalah panggilan hidup, panggilan jiwa dan hati nurani. Namun kita harus memikirkan dengan sungguh-sungguh kesejahteraan para guru ini adalah seharusnya dan adil.”
Dengan penghasilan yang baik, maka guru akan dapat memusatkan perhatiannya kepada murid-muridnya.
“Kita haru menciptakan suasana agar profesi guru kernbali diminati oleh generasi muda kita. Untuk itulah, usaha untuk meningkatkan taraf kesejateraan guru akan terus kita tingkatkan di masa-masa yang akan datang.”
Kesejahteraan
“Dengan memperingati Hari Guru Nasional kali ini saya mengajak masyarakat khususnya para orang tua murid, untuk turut memikirkan langkah-langkah guna meningkatkan kesejahteraan para guru. Pendidikan memang bukan hanya menjadi tanggungjawab pemerintah, tetapi juga menjadi tanggungjawab masyarakat dan orangtua.”
Kepada murid-murid di sekolah-sekolah, saya minta untuk menghormati dan menghargai para guru. Ingatlah bahwa selama kalian masih muda guru-guru adalah ibarat obor yang menerangi dan membimbing kehidupan kalian.
10 Ribu Guru
Lebih dari sepuluh ribu guru mengikuti peringatan Hari Guru di Stadion Sriwedari Solo. Sekitar 4.050 guru dari berbagai provinsi berada di tengah stadion serta 16 ribu lebih di sekitar kompleks itu. Sesuai urutan tata upacara mereka bersama-sama menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya serta Hymne Guru.
Sajian atau pergelaran pad a upacara itu adalah tarian massal yang diberi judul “Tari Eka Prawira” oleh 750 orang terdiri 500 murid SD dan 250 SMKI, serta paduan suara dengan peserta 400 siswa SMA dan 500 guru.
Presiden Soeharto di tempat yang sama Stadion Sriwedari sekitar pukul 15.00 membuka secara resmi gelar dan parade Reog Ponorogo, memperebutkan piala bergilir dari Ibu Tien Soeharto.
Sumber : SUARA PEMBARUAN (25/11/1995)
___________________________________________________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 754-755.