PRESIDEN SOEHARTO: MEMBANGUN DUNIA BARU DENGAN TATANAN EKONOMI BARU MERUPAKAN MASALAH PRINSIPIL
Presiden Soeharto menegaskan, salah satu masalah prinsipil dan merupakan tantangan untuk dipecahkan dewasa ini ialah usaha untuk dapat membangun dunia baru dengan tata hubungan ekonomi baru.
Hal itu ditegaskan Kepala Negara hari Selasa di Istana Negara dalam sambutannya ketika menyelenggarakan jamuan makan malam kenegaraan untuk menghormati tamu negara Perdana Menteri Belanda Dr. Andreas Antonius Maria van Agt bersama isteri yang kini sedang berada di Indonesia.
Tatanan ekonomi baru itu, menurut Presiden, harus memungkinkan negara2 sedang berkembang meningkatkan kemampuannya, sehingga terdapat keseimbangan dan keadilan di antara bangsa2 di dunia. Serta tidak terdapat jurang perbedaan yang dalam antara negara besar dan kaya dengan negara2 miskin.
"Untuk mewujudkan cita2 tersebut diperlukan kesatuan dan kebulatan kemauan politik dari semua negara di dunia," kata Kepala Negara.
Dalam hubungan ini, Presiden menyatakan, Indonesia mengharapkan dan selalu berusaha agar dialog Utara__Selatan yang telah berlangsung beberapa tahun terakhir ini mencapai kemajuan dan menghasilkan putusan2 positif bagi terlaksananya tatanan Ekonomi Dunia Baru.
Dikatakan, Negeri Belanda yang terletak di belahan bumi barat dan utara yang telah rnaju serta Indonesia yang terletak di belahan bumi timur dan selatan yang sedang membangun dapat meneruskan kerjasama atas dasar kesamaan pandangan.
Kerjasama ini, menurut Presiden, dapat dilakukan melalui berbagai forum dan kesempatan ke arah terciptanya dunia yang damai, maju, sejahtera dan adil bagi semua negara.
Dalam kesempatan itu secara khusus Kepala Negara juga menyampaikan penghargaan atas kerjasama dan pemberian bantuan oleh Pemerintah Belanda kepada Indonesia yang bermanfaat dan memperlancar pelaksanaan pembangunan.
"Betapa besar perhatian dan bantuan Pemerintah Belanda, kami rasakan sejak terbentuknya IGGI," kata presiden.
Menurut Presiden Soeharto, Pemerintah Belanda yang selalu menjadi tuan rumah dan memimpin dengan bijaksana sidang2 IGGI telah berhasil mencapai kesepakatan2 tentang besarnya kebutuhan dana dan mendorong usaha2 untuk penyediaan dana yang dibutuhkan Indonesia. Hal ini, dikatakan, dapat memperlancar pelaksanaan program2 pembangunan nasional yang telah dirancangkan.
Diharapkan Perdana Menteri A.A.M. van Agt selama berada di Indonesia, berkesempatan menyaksikan sendiri berbagai proyek pembangunan yang dananya sebagian besar bersumber dari ketjasama dengan luar negeri.
Presiden juga mengingatkan bahwa dunia masih belum pulih dari akibat berbagai krisis ekonomi dan energi yang terjadi beberapa tahun lalu, ditambah timbulnya berbagai ketegangan dan kegawatan di berbagai kawasan serta terganggunya situasi detente pada umumnya.
Berbagai keadaan yang mencemaskan itu, menurut Kepala Negara, harus diatasi bersama agar semua umat manusia benar2 dapat merasakan kedamaian dan menikmati kemajuan yang berkeadilan.
Khusus tentang kunjungan P.M. Belanda van Agt beserta isteri ke Indonesia, Presiden menilainya sebagai mempunyai arti sejarah dalam hubungan antara kedua negara.
Kunjungan ini yang merupakan kunjungan resmi pertama kali yang dilakukan seorang Perdana Menteri Belanda ke Indonesia, menurut Kepala Negara, mencerminkan besarnya perhatian Pemerintah Belanda kepada Indonesia.
"Dengan latar belakang ikatan sejarah, kita berketetapan hati untuk membangun sejarah baru di masa depan dengan semangat dan cita2 baru untuk tujuan2 konstruktip baik di bidang politik, ekonomi maupun kebudayaan," demikian Presiden Soeharto.
Kerjasama Meningkat
Sementara itu, PM Belanda AAM van Agt dalam pidato balasannya menegaskan kunjungan kenegaraan Presiden Soeharto bersama lbu Tien Soeharto hampir sepuluh tahun lalu ke negeri Belanda, serta kunjungan Ratu Juliana dan Pangeran Bernhard menandai suatu tahap baru yang mempererat hubungan kedua negara.
"Kontak2 antara Indonesia dan Negeri Belanda di bidang kerjasama ekonomi, politik, kebudayaan dan kepariwisataan telah meningkat pesat", kata van Agt.
Perdana Menteri Belanda itu juga mengemukakan gambaran yang bernada serupa dengan pernyataan Presiden Soeharto tentang perlunya kerjasama lebih erat antara berbagai negara untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi dunia dewasa
Dalam hubungan ini van Agt menyampaikan penghargaan atas peranan aktif yang dimainkan Indonesia terutama dalam Kelompok 77.
"Negeri Belanda juga mendukung usaha2 ASEAN untuk mencari penyelesaian politis terhadap konflik di Kambodja dan untuk membantu keperluan phisik penduduknya," demikian Perdana Menteri van Agt menyatakan.
Setelah menyampaikan sambutan pada acara jamuan makan malam kenegaraan itu. Presiden Soeharto beserta Ibu Tien Soeharto dan P.M. van Agt beserta isteri melakukan toast untuk kesejahteraan dan persahabatan kedua negara. (DTS)
…
Jakarta, Antara
Sumber: ANTARA (16/04/1980)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku V (1979-1980), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 768-770.