PRESIDEN SOEHARTO MENGINGATKAN, IPTEK HARUS KITA KUASAI
Presiden Soeharto mengingatkan bahwa bangsa yang tertinggal dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) akan semakin jauh tertinggal di belakang menjelang akhir abad ke 20.
Berbicara pada upacara peresmian perluasan tahap III pabrik PT. Petrokimia Gresik dan Pabrik Bahan Aktif Pestisida PT. Petrosida Gresik di Gresik, Jawa Timur Rabu pagi, Presiden selanjutnya menegaskan :
“Karena kita pun bertekad untuk meningkatkan dan memperluas industri kita, maka ilmu pengetahuan dan teknologi itu tidak bisa lain juga harus kita kuasai.”
“Dalam hal ini kita merasa berbesar hati, karena dengan mulai beroperasinya pabrik bahan baku pestisida ini kita melangkah maju setapak lagi dalam menggunakan teknologi tinggi itu,” tambah Kepala Negara.
Walaupun demikian, Presiden juga menuturkan bahwa pembangunan sektor industri bukanlah semata-mata untuk memajukan industri itu sendiri melainkan harus diabadikan kepada tujuan yang lebih luhur ialah kemajuan dan kesejahteraan rakyat secara keseluruhan yang menjadi cita-cita kemerdekaan.
Menurut Presiden, pembangunan sektor industri sama halnya dengan pembangunan sektor-sektor lain yang manapun. Tujuan akhirnya adalah untuk memajukan dan mensejahterakan rakyat. Bersamaan dengan itu kekuatan melanjutkan pembangunan harus diperbesar, agar mampu melanjutkan dan meningkatkan pembangunan dalam tahap-tahap mendatang.
Ini berarti, semua segi kehidupan masyarakat harus dibangun secara terpadu, harus dimajukan secara bersama-sama dan kait-mengkait satu dengan lain, sehingga tercapai hasil yang sebaik-baiknya dan sebesar-besarnya. Dalam membangun industri umumnya dan pabrik-pabrik khususnya juga harus tampak jelas kaitannya dengan bidang-bidang lain.
“Tujuan pembangunan satu pabrik harus tampak kaitannya dengan pabrik yang lain dalam memperkuat sektor industri,” tegasnya.
“Sedangkan pembangunan sektor industri itu pun harus tampak kaitannya dengan pembangunan sektor-sektor yang lain dalam kerangka besar pembangunan nasional kita.”
Pada kesempatan yang sama, secara khusus Presiden menilai bahwa PT. Petrokimia Gresik merupakan salah satu perusahaan milik negara yang betjalan sehat, kuat dan mampu berkembang pesat.
Pupuk Tunggal
Menteri Perindustrian Hartarto yang ikut memberikan sambutan mengatakan bahwa pengembangan jenis industri pupuk di Indonesia dalam waktu-waktu mendatang masih diarahkan pada penggunaan pupuk tunggal (straight fertilizer). Dengan demikian, jenis industri pupuk yang dikembangkan adalah urea, TSP (Triple Super Phosphate) dan ZA (Ammonium Sulfat).
Perusahaan tersebut, menurutnya, masih akan dikembangkan lebih lanjut dengan perluasan pupuk TSP dan ZA III dalam periode Repelita IV ini. Dengan demikian, kapasitas telah mencapai titik optimal. Karena itu, kini sedang disiapkan studi kelayakan untuk pengembangan industri pupuk TSP pada Repelita V di daerah lain.
Mengenai pembuatan bahan baku pestisida, dikatakan, proses yang digunakan adalah teknologi tinggi, cepat usang dan sangat polusif. Pada unit ini dilengkapi peralatan anti polusi.
Diakui bahwa pada tahap I cara yang ditempuh adalah dengan persetujuan lisensi dengan perusahaan Daewoo, Korea Selatan, namun selanjutnya dikembangkan penguasaan dan pengembangan proses tersebut. Karena itu, pada perusahaan ini dilengkapi tenaga-tenaga ahli dan peralatan untuk pelaksanaan program penelitiannya.
Lima Pabrik
Pabrik perluasan III PT. Petrokimia Gresik yang diresmikan Presiden Soeharto itu terdiri dari lima pabrik yaitu :
Asam sulfat, asam fosfat, pupuk ZA, aluminium fluorida dan gips (cement retarder). Termasuk di sini adalah satu unit utilities dengan kapasitas 20 MW dan sebuah sistem conveyor sepanjang 17,5 Km dengan kapasitas 900 ton per Jam.
Investasi
Biaya investasi proyek perluasan berjumlah Rp 205 milyar terdiri dari partisipasi PT. Petrokimia Gresik Rp 18,44 milyar, kredit perbankan dalam negeri Rp 56,25 milyar dan sisanya berupa supplier kredit dari Jepang 32.150.000.000 yen. Sebagai subtitusi impor, maka pabrik perluasan III itu dapat menghemat penggunaan devisa sebesar USS 56 juta per tahun.
Presiden Direktur PT. Petrokimia Gresik Sjafaroeddin Sabar mengatakan, kapasitas disain masing-masing pabrik adalah asam sulfat 510.000 ton, asam fosfat 317,500 ton, pupuk ZA 250.000 ton, aluminium fluorida 12.600 ton dan cement retarde 440.000 per tahun.
Pabrik perluasan yang mempunyai lokasi 36,5 hektar itu ditangani oleh konsorsium Mitsubishi Corporation – Hitachi Zosen Corporation yang ditunjuk setelah melalui evaluasi terhadap 5 perusahaan dari 11 perusahaan di delapan negara yang mengikuti tender.
Dikatakan, pembangunan proyek dapat diselesaikan dalam waktu 33 bulan atau tiga bulan lebih awal dari rencana.
Tenaga kerja yang dilibatkan meliputi karyawan PT. Petrokimia 637 orang, expatriate 193 orang dan tenaga kontraktor lokal 3 .181 orang.
Selain itu, menurut Sjafaroeddin Sabar, sekitar 200 tenaga ahli PT. Petrokimia Gresik telah ikut serta aktif dalam penanganannya, khususnya di bidang rancang bangun dan perekayasaan. Umumnya, mereka terlebih dulu dikirim ke Jepang, Tunisia, Maroko, Italy, Belanda, Australia dan beberapa negara lain selama tiga hingga delapan bulan untuk mempercepat alih teknologi.
Pabrik asam fosfat yang pertama kali dibangun di Indonesia tersebut menggunakan teknologi mutakhir dan lebih ekonomis, karena dapat memaksimalkan pemanfaatan bahan buangan phospho gypsum dan fluorida untuk diolah menjadi ZA, gips dan alumunium fluorida.
Dalam rangka produksi TSP, menurutnya PT. Petrokimia Gresik mengikutsertakan pengusaha-pengusaha batuan fosfat di seluruh Jawa dan Madura sebanyak 25 pengusaha kecil dengan sistem Bapak Angkat dan akan diteruskan dalam pemenuhan bantuan fosfat untuk pabrik asam fosfat.
Di samping itu juga mereka mensponsori berdirinya Lingkungan Industri Kecil (LIK) Gresik yang untuk tahap I terdiri dari 40 unit produksi dan fasilitas penunjang lainnya. Khusus dalam perluasan III dikembangkan pada keterkaitan dengan industri kapur di Jawa Timur dengan sistem yang sama dengan batuan fosfat.
Proyek yang ikut disertakan dalam kesempatan itu adalah industri bahan aktif pestisida dari PT. Petrokimia sebagai anak perusahaan PT. Petrokimia Gresik, berstatus PMDN. Adapun bahan baku industri formulasi pestisida mempunyai kapasitas produksi BPMC 900 ton, MIPS 450 ton dan Diazinon 2.000 ton per tahun.
Dikatakan bahwa pabrik bahan aktif pestisida yang pertama di Indonesia itu dilengkapi dengan sebuah unit pengolahan bahan buangan, sehingga buangan yang keluar sudah memenuhi standar bahan buangan yang ditentukan.
Lahan Sempit
Gubernur Jawa Timur Wahono berpendirian, era industrialisasi bidang agro kimia, merupakan tantangan bagi petani berlahan sempit di daerahnya. Dengan dorongan sarana produksi yang makin lengkap, mereka ditantang menjadi petani yang tangguh.
Artinya didorong agar mampu mendayagunakan lahan sempit secara optimal dengan memproduksi komoditi pertanian yang bernilai tinggi.
Dikatakan Jawa Timur bertekad untuk mem bentuk sekitar 10.000 kelompok taruna atau sekitar 4 juta orang taruna tani pada akhir Repelita IV nanti.
Sumbangan
Peresmian tersebut ditandai dengan penekanan tombol sirene oleh Presiden Soeharto kemudian dilanjutkan penandatanganan dua buah prasasti sebagai perluasan tahap III PT. Petrokimia Gresik dan pabrik bahan aktif Pestisida PT. Petrosida.
Secara simbolis, Gubernur Jatim menyerahkan satu ton biji lamtoro gung kepada Presiden Soeharto sebagai hasil pengembangan di daerah Tuban.
Sebaliknya Presiden Soeharto memberi sumbangan pupuk ZA sebanyak 100 ton. Di samping sejumlah Menteri Kabinet Pembangunan IV, Pangab/Pangkopkamtib Jenderal L.B. Moerdani serta masyarakat Jawa Timur juga hadir dalam acara peresmian adalah Dubes Jepang dan Korsel untuk Indonesia.
Presiden yang tanpa disertai Nyonya Tien Soeharto tiba kembali di Jakarta Rabu petang. (RA)
…
Gresik, Merdeka
Sumber : MERDEKA (10/10/1984)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 880-884.