PRESIDEN SOEHARTO: MERISAUKAN, JIKA ORSOSPOL TERGANGGU [1]
Jakarta, Merdeka
Presiden Soeharto menyatakan, pemerintah dan masyarakat risau jika konsolidasi organisasi kekuatan sosial politik dan organisasi kemasyarakatan terganggu karena akan berpengaruh terhadap kelancaran pembangunan nasional. Ketika menyampaikan pidato akhir tahun melalui RRI dan TVRI, Sabtu malam (31/12), Presiden mengatakan, sebagai wadah partisipasi warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, semua pihak berkepentingan agar organisasi kekuatan politik dan organisasi kemasyarakatan itu kukuh dan berfungsi dengan baik. Sebab, keberhasilan pembangunan nasional, sebagian dipengaruhi oleh kualitas kekuatan Orsospol dan Ormas.
Dikatakan, pada tahun 1994 penuh dengan rangkaian kegiatan konsolidasi organisasi kekuatan sosial politik (Orsospol) dan organisasi kemasyarakatan (Ormas). Menyinggung situasi politik internasional, Kepala Negara mengemukakan, sekalipun perkembangan akhir-akhir ini menunjukkan mulai munculnya perdamaian yang menggantikan ancaman perang, Indonesia merasa prihatin terhadap masih munculnya penderitaan rakyat di berbagai wilayah.
“Dengan rasa prihatin, kita masih menyaksikan penderitaan sesama manusia karena konflik bersenjata di berbagai kawasan, perpecahan negara-negara serta pertikaian yang bersumber pada perbedaan ras dan agama,”katanya.
Indonesia, kata Kepala Negara, yang juga merupakan Ketua Gerakan Non Blok (GNB), berusaha menyegarkan kembali dialog Utara-Selatan serta kerja sama diantara sesama negara berkembang yang disebut kerja sama Selatan-Selatan.
Pertumbuhan Ekonomi
Mengenai laju pertumbuhan ekonomi, Kepala Negara menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi tahun 1994 telah diperkirakan melampaui 6,2 persen yang merupakan sasaran tahun pertama Repelita VI. Sementara, laju inflasi cukup tinggi walaupun dibawah 10 persen. Namun, di sektor pertanian mengalami perlambatan, terutama karena musim kemarau panjang. Pada tahun 1994 alam ternyata tidak demikian ramah. Selain kekeringan yang melanda sebagian tanah air, sejumlah daerah dilanda bencana alam yang menelan korban jiwa dan harta benda penduduk. Tidak banyak yang dapat diketjakan untuk mencegah dan menanggulangi musim kering atau bencana alam itu karena merupakan hukum alam. “Kita bertambah sadar bahwa kehidupan kita ini sangat erat terkait dengan alam,”katanya. Karena itu, Presiden mengimbau agar meningkatkan kesadaran bahwa lingkungan alam harus dilestarikan. Walaupun Indonesia negara maritim yang dilingkari oleh laut, banyak memiliki danau dan sungai. Tetapi dapat mengalami kekurangan air.
Di bidang ekspor non migas yang turun pada bulan-bulan awal tahun 1994, naik lagi dengan mengesankan. Cadangan devisa terus bertambah besar dan dapat membiayai lebih dari lima bulan kebutuhan impor.
Demikian juga perkembangan pasar modal mengalarni peningkatan yang sekaligus menunjukkan kepercayaan investor kepada perekonomian Indonesia dan bertambah efisiennya mekanisme pasar modal. “Secara umum saya dapat mengatakan bahwa kekuatan-kekuatan ekonomi dalam masyarakat kita terus berkembang dan dapat memanfaatkan setiap peluang yang terbuka,” tambahnya.
50 Tahun RI
Selanjutnya, tepat pukul 00.00 WIB, tanggal 1 Januari 1995, Presiden dalam pidatonya yangjuga disiarkan melalui TVRl telah mencanangkan tahun 1995 sebagai 50 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia.
Dikatakan, memasuki tahun 1995 menjadi tahun ke-3 dekade kunjungan Indonesia. Sebelumnya sudah ditetapkan bahwa tahun 1993 sampai tahun 2000 sebagai dekade kunjungan Indonesia dengan tujuan agar memantapkan posisinya sebagai daerah tujuan wisata. Minat wisatawan mancanegara untuk datang ke Indonesia bisa ditarik dengan kegiatan-kegiatan wisata yang menawan hati sesuai dengan tema-tema yang telah ditetapkan. Kegiatan kepariwisataan memerlukan dukungan dari berbagai kalangan luas. Dewasa ini, pariwisata menjadi penghasil devisa keempat terbesar setelah minyak dan gas, kayu, dan tekstil. Dalam Pelita VII nanti, diharapkan, devisa yang diperoleh dari sektor pariwisata dapat menduduki urutan pertama. Karena itu, pelayanan pos juga harus ditingkatkan. Sebab, pos adalah alat komunikasi yang murah dan memasyarakat, melalui surat, bangsa-bangsa lain akan Iebih mengenal keindahan dan keramahtamahan bangsa Indonesia.
“Marilah kita pelihara silaturrahmi di antara kita melalui surat. Ajakan saya ini ditandai melalui surat yang saya kirimkan kepada dua orang guru teladan, masing masing kepada Idris Amran, guru SMP di Meulaboh dan Pelpina Yetti Korwa, guru SMP di Nabire,” papar Kepala Negara.
Sedangkan Ibu Tien Soeharto mengirim surat kepada dua orang anak pelajar teladan, masing-masing kepada Deflin K Intan Mendrova, pelajar SMA di Gunung Sitoli dan Yakos Likliy Watil, pelajar SMA di Serui. Menyinggung tentang telekomunikasi, dikatakan supaya terus dikembangkan agar menjadi alat komunikasi yang andal.
Sumber: MERDEKA (02/01/1995)
___________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 6-8.