PRESIDEN SOEHARTO MINTA KEHIDUPAN PENDUDUK DIPERHATIKAN DALAM PENANGGULANGAN PENGUNGSI VIETNAM

PRESIDEN SOEHARTO MINTA KEHIDUPAN PENDUDUK DIPERHATIKAN DALAM PENANGGULANGAN PENGUNGSI VIETNAM

Presiden Soeharto meminta kepada Panglima Operasi Halilintar dan Pangdaerah2 selaku Ketua P3-V Daerah agar memperhatikan kepentingan dan hari depan kehidupan penduduk setempat dalam usaha penanggulangan pengungsi.

"Hal ini perlu", demikian Kepala Negara setelah mendengar laporan mengenai situasi pengungsi dan penanganannya dari Panglima Opstar Laksda Abd. Rahman dan Pang daerah2

“karena kegiatan penanggulangan pengungsi diharapkan dapat bermanfaat pula bagi penduduk dan daerah setempat".

Presiden menginstruksikan kepada Bupati KDH Riau Kepulauan untuk mempelajari bagaimana meningkatkan kehidupan nelayan yang terdapat di Pulau Galang, misalnya dengan memperbaiki cara2 usaha penangkapan ikan.

Bupati Riau Kepulauan menjelaskan kepada Presiden bahwa P. Galang berpenduduk hanya 250 orang yang hidupnya dari usaha nelayan. Kalau hasil tangkapan ikan mereka tidak begitu banyak, biasanya penduduk tersebut berusaha mendapatkan penghasilan dari mencari kayu di hutan sekitarnya.

Dijelaskan pada kepada Presiden bahwa nelayan2 tersebut menangkap ikan dengan cara2 tradisional. Presiden minta kepada Bupati untuk mempelajari kemungkinan para nelayan tersebut dapat mempergunakan kapal motor untuk meningkatkan hasil penangkapan ikan mereka.

Dalam hubungan ini Presiden menginstruksikan kepada Panglima Opstar agar para pengungsi dapat melakukan kegiatan yang bermanfaat untuk penduduk setempat sementara mereka diproses untuk disalurkan ke negara penampung.

"Dari pada mereka menganggur dan tidak melakukan kegiatan apa2 sedang mereka mendapat bantuan, lebih baik mereka bekerja yang dapat memberikan manfaat kepada daerah yang pernah mereka diami sehingga mereka dapat memberikan kesan yang baik bila mereka meninggalkan daerah tersebut", kata Presiden.

Presiden meminta agar mempelajari pulamisalnya tanaman apa yang dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan di pulau2 Riau Kepulauan.

Kepada para pengungsi dapat diminta agar mereka masing2 menanam satu pohon kelapa sehingga setelah tiga tahun daerah ini akan mengalami perkembangan baru.

Kepada Presiden dijelaskan, bahwa di wilayah Riau Kepulauan dapat tumbuh dengan baik tanaman seperti nanas dan kelapa di daerah pantai, serta tanaman keras seperti jambu mete.

Kegiatan seperti ini dapat dilakukan para pengungsi tentunya di samping melakukan persiapan untuk kehidupan mereka di negara2 penerima kelak seperti mempelajari bahasa dan ketrampilan.

Kepada Presiden dijelaskan bahwa dari Unicef ada gagasan untuk menyelenggarakan sekolah bagi mempelajari bahasa dan memberikan ketrampilan pada para pengungsi.

Jumlah Pengungsi 6 x Lipat

Penglima Opstar dalam laporannya kepada Presiden menyatakan jumlah para pengungsi yang sekarang ada di Riau Kepulauan enam kali lipat penduduk setempat.

Pada akhir bulan Agustus 1979 jumlah pengungsi tersebut mencapai 45.764 jiwa, sedangkan pada 15 September jumlah tersebut berkurang menjadi 44.619 jiwa karena sebagian dari mereka sudah disalurkan ke negara penerima.

Para pengungsi ini mulai berdatangan ke Riau Kepulauan tahun 1975. Tapi pada waktu itu jumlah mereka hanya beberapa puluh orang saja. Tahun 1977 jumlahnya bertambah menjadi 1.000 orang. Bulan September 1978 datang lagi 1.200 orang.

Peningkatan jumlah pengungsi ini berlangsung sangat pesat sekali sejak awal tahun 1979 sampai bulan Juni.

Pada 7 Juli 1979 jumlah ini meningkat lagi menjadi 26.742. Pada tanggal 12 Juli meningkat lagi menjadi 28.883. Setelah satu bulan jalannya Operasi Halilintar, arus pengungsi dari Vietnam itu bertambah lagi 13.000 lebih sehingga jumlah mereka pada 1 Agustus mencapai 42.784 jiwa. Jumlah ini bertambah lagi sehingga akhir Agustus 1979 mencapai 45.764 jiwa.

Para pengungsi ini tinggal di tempat2 penampungan di Riau Kepulauan seperti di Pulau Bintan Selatan, Bintan Timur dan Bintan Utara. Yang terbanyak di Pulau Jemaja yaitu sebanyak 28.157 orang.

Setelah laporan Panglima Opstar, Pangdaerah2 menjelaskan, mengenai lokasi pengungsi, usaha penyaluran dan penanganan pemrosesan para pengungsi tersebut. Setelah mendengar laporan tersebut Presiden meninjau barak2 yang sudah dibangun di tempat pemrosesan tersebut di Pulau Galang.

Kini sudah berdiri 39 barak tempat penampungan pengungsi. Tujuh belas barak lainnya sedang dalam penyelesaian.

Lokasi tersebut dibagi atas dua, lokasi penampungan dan lokasi processing. Di lokasi penampungan akan dibangun, menurut rencana, 220 barak yang dapat menampung masing2 100 pengungsi. Pembangunan barak ini diharapkan rampung 13 Oktober mendatang.

Dalam kesempatan peninjauan selama satu jam di P.Galang itu Presiden berkesempatan berwawancara langsung dengan beberapa pengungsi.

Dalam peninjauan ini Presiden didampingi oleh Menhankam/Pangab Jendral Jusuf, Mensesneg Sudharmono, Kasau Ashadi Tjahjadi, Pangkowilhan I Letjen TNI Mantik, Gubernur Riau Subrantas dan pejabat sipil dan militer lainnya.

Selesai peninjauan ini Presiden berangkat pukul 13.00 WIB menuju Singapura untuk mengadakan kunjungan kerja selama dua hari. (DTS)

Pulau Galang, Antara

Sumber: ANTARA (18/09/1979)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku V (1979-1980), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 510-512.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.