PRESIDEN SOEHARTO PADA HARI PERS HPN KE III
Jakarta, Antara
Presiden Soeharto mengharapakan agar pers nasional terus menerus ikut menyalakan obor ditengah-tengah masyarakat, supaya masyarakat tetap bersikap realistik, penuh harapan dan setia kepada Pancasila.
Harapan Kepala Negara dikemukakannya pada peringatan Hari Pers Nasional III di Istana Negara, Senin.
Presiden mengatakan, dalam menghadapi masa yang penuh ujian dan tantangan dewasa ini “agar kita bersikap realistik, memiliki harapan dan mempertebal kesetiaan kepada Pancasila.”
Sikap yang realistik adalah sikap yang setepat-tepatnya untuk menghadapi ujian dan tantangan berat itu, kata Presiden di depan para pemimpin redaksi media massa dan ketua ketua PWI seluruh Indonesia di istana.
Ia mengingatkan, sikap realistik “membawa kita pada sikap mawas diri. Harapan yang berdasarkan sikap realistik ini sangat penting, sebab tanpa memiliki harapan sebenarnya kita kehilangan masa depan.”
Karena itulah kesetiaan pada Pancasila harus diperkuat dan diperdalam. Hal ini sangat penting, sebab dalam keadaan yang penuh ujian dan tantangan dewasa ini jangan sampai “kita terjerumus mengambil sikap dan langkah yang justru menyimpang dari tujuan kita semua ialah membangun masyarakat Pancasila,” ujar Presiden.
Kesetiaan pada Pancasila justru makin diperlukan dalam masa-masa yang sulit ini, sebab semua unsur dalam Pancasila itu justru memberi kekuatan dan arah yang setepat-tepatnya untuk keluar dengan selamat dari masa yang penuh dengan ujian dan tantangan dewasa ini.
Presiden menyatakan, dalam zaman modern sekarang ini peranan pers bagi kehidupan masyarakat jelas sangat penting, antara lain ikut membentuk pendapat umum.
Apa yang diberitakan pers dan apa yang tidak diberitakan oleh pers, langsung atau tidak langsung ikut berpengaruh terhadap sikap masyarakat mengenai suatu masalah yang dihadapi, kata Presiden.
Malahan, cara pers memberitakan suatu peristiwa atau memberi ulasan kepada suatu masalah akan ikut mernpengaruhi pendapat dan sikap masyarakat. “Kita cukup mempunyai pengalaman mengenai peranan pers yang sangat penting itu,” kata Kepala Negara.
Peranan yang istimewa dan terhormat dari pers itu perlu disertai dengan rasa tanggung-jawab yang sebesar-besarnya.
Presiden sangat menghargai bahwa pers nasional sendiri telah merurnuskan mengenai Pers Pancasila.
Tugas selanjutnya adalah mewujudkan secara nyata apa yang telah di rumuskan mengenai Pers Pancasila tersebut. Ini terutama menyangkut kualitas pers nasional yang tidak dapat dilepaskan dari etika dan moral dalam kehidupan pers.
Presiden menekankan pentingnya segi kualitas pers ini mendapat perhatian, sebab dalam tahun-tahun terakhir ini pers nasional berkembang pesat dari segi jumlah maupun Jelasnya.
lsi, ragam dan cara-cara penampilan berita dalam beberapa surat kabar dan majalah masih ada yang sangat memprihatinkan dari sudut kualitas, etika dan moral.
“Masih ada saja penampilan berita dan gambar yang memberi kesan sensasional dan mencerminkan naluri naluri manusiawi yang dangkal,” kata Kepala Negara.
Unsur-unsur komersil terus mendesak unsur-unsur ideal. Menghadapi kenyataan yang tidak sehat ini, pers nasional yang pertama-tama harus mampu membersihkan dirinya sendiri.
Sumber: ANTARA (09/02/1987)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 748-749