PRESIDEN SOEHARTO PARTISIPASI MASYARAKAT HARUS TERUS DIKEMBANGKAN 

PRESIDEN SOEHARTO PARTISIPASI MASYARAKAT HARUS TERUS DIKEMBANGKAN [1]

Jakarta, Kompas

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan harus terus dikembangkan pada masa-masa yang akan datang, karena pembangunan nasional hanya akan berhasil jika keikutsertaan masyarakat makin meluas.

Presiden Soeharto mengatakan hal itu ketika meresmikan penggunaan sarana produksi danpengawasan mutu vaksin polio dan campak di Bio Farma Bandung, hari Kamis  (27/2). Kepala Negara mengatakan,

“Kita merasa berbesar hati karena partisipasi masyarakat itu terus berkembang dari waktu ke waktu. Makin lama makin besar dan makin meluas. Dewasa ini telah bangkit lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang menunjukkan prakarsa masyarakat sendiri untuk menanggu langi berbagai masalah yang kita hadapi.” Ditambahkan, “Di bidang kesehatan khususnya dan peningkatan kesejahteraan masyarakat umurnnya,kita dengan besar hati merasakan manfaat dari gerakan PKK dari kaum ibu di pedesaan dan di daerah perkotaan. Gerakan PKK ini pula yang mengembangkan dan mengelola Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu, Red.) yang dengan cepat telah berkembang di seluruh tanah air.”

Sarana Produksi

Lebih lanjut Presiden mengatakan, sarana produksi dan pengawasan mutu vaksin polio dan carnpak ini mempunyai arti yang khusus. Karena secara langsung membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan anak-anak. Di samping itu, dengan adanya sarana ini berarti menambah kemampuan bangsa kita dalam penguasaan teknologi kesehatan.

Dengan digunakannya sarana produksi dan pengawasan mutu vaksin ini, lanjut Presiden, maka kebutuhan vaksin polio dan campak yang sampai saat ini masih diimpor akan dapat dipenuhi dengan hasil produksi dalam negeri. Hal itu jelas akan mempermudah dan memperlancar pelaksanaan imunisasi polio dan campak yang masih banyak menyerang anak-anak.

Dengan imunisasi polip dan campak maka bayi dan anak-anak akan dapat dicegah dari rasa sakit, kematian dan akibat-akibat buruk lainnya yang ditimbulkan oleh polio dan campak. Di samping itu, dengan dikuasainya teknologi canggih untuk menghasilkan kedua vaksin yang penting ini, maka terbuka pula kesempatan untuk mengembangkan kemampuan memproduksi vaksin-vaksin lainnya. Hal ini sangat penting karena akan dapat memacu pelaksanaan program imunisasi berbagai jenis penyakit dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khusu snya derajat kesehatan anak Indonesia.

Produk  Hayati

Sementara itu, Menteri Kesehatan Dr. Adhyatma MPH mengatakan, vaksin adalah produk yang bila diberikan kepada yang memerlukan dapat memberikan kekebalan spesifik terhadap penyakit tertentu untuk jangka waktu tertentu. Di dalam sejarah kesehatan dunia,berbagai vaksin telah memberikan manfaat yang sangat besar bagi umat manusia, khususnya dalam memerangi berbagai penyakit.

Sejarah misalnya mencatat keberhasilan vaksin cacar dalam membasmi penyakit cacar dari seluruh muka bumi ini. Penyakit pes hilang dengan ditemukan dan dimanfaatkannya vaksin pes. Selain itu, lanjut Menteti, beribu -ribu penderita gigitan anjing gila telah dapat diselamatkan dengan vaksin anti rabies atau vaksin anti anjing gila dari penyakit yang mematikan itu.

Sedangkan Direktur Utama Bio Farma, dalam laporannya mengatakan, Bio Farma selama ini telah memproduksi berbagai jenis vaksin, antara lain vaksin BCG, dipteri, pertusis dan tetanus. Berarti Bio Farma telah memproduksi empat dari enam jenis vaksin yang termasuk dalam Program Pengembangan Irnunisasi. Vaksin polio dan campak selama ini masih diimpor.

Pembangunan sarana produksi dan pengawasan mutu ini bertujuan agar melalui alih teknologi, bangsa Indonesia mampu memproduksi sendiri vaksin polio dan vaksin campak untuk kebutuhan imunisasi di Indonesia. Untuk itu, sarana produksi ini dirancang dengan kapasitas produksi 7,5juta dosis vaksin campak dan 20 juta dosis vaksin polio pertahun.

Proyek ini dilaksanakan berdasarkan program bantuan pemerintah Jepang senilai 3,74 milyar yen atau sekitar Rp.46 milyar yang digunakan untuk rancang bangun, supervisi, konstruksi dan peralatan termasuk sarana pengolaban limbah. Sedangkan dana pendamping dari Bio Farma sekitar Rp.750 juta.

Gedung yang dibangun di atas tanah seluas 8.600 meter persegi ini terdiri atas dua lantai, dengan luas bangunan, gedung utama 7.023 meter persegi dan gedung penunjang 200 meter persegi. Secara rinci gedung itu terdiri atas ruang produksi di lantai II seluas 2.808 meter persegi, ruang pengawasan mutu di lantai I seluas 1.506 meter persegi, sarana penanganan hewan di lantai I seluas 1.663 meter persegi, ruang mesin dan sarana penunjang seluas 1.046 meter persegi. (thy)

Sumber: Kompas (28/02/1992)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 668-670.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.