PRESIDEN SOEHARTO: PERHATIKAN KEJAHATAN DAN KEKERASAN DI KOTA-KOTA

PRESIDEN SOEHARTO: PERHATIKAN KEJAHATAN DAN KEKERASAN DI KOTAKOTA[1]

 

Jakarta, Suara Pembaruan

Presiden Soeharto mengingatkan masyarakat Indonesia yang sedang berkernbang dinamis dan mengalami perubahan sosial yang cepat mempunyai banyak masalah Suatu gejala yang harus diperhatikan benar-benar adalah kecenderungan meningkatnya kejahatan dan kekerasan di kota-kota.

“Walaupun dibandingkan dengan negeri-negeri lain tingkat kejahatan di Indonesia tergolong rendah, namun kita tidak boleh membiarkan kecenderungan tadi, “kata Kepala Negara pada upacara Prasetya Perwira ABRI tahun 1995 di halaman Istana Merdeka, Jakarta. Kamis (27/7) pagi.

Menurut Presiden Soeharto, perlu benar-benar dipelajari pembahan sosial yang terjadi, serta mengembangkan sistem pencegahan, penangkalan dan penanggulangannya. Bersama-sama dengan rakyat Indonesia sendiri. “Kita tidak perlu ragu belajar dari negara-negara lain yang sudah berpengalaman dalam menghadapi kejahatan ini,”tambah Kepala Negara. Dikatakan, dalam upaya pencegahan, penangkalan dan penanggulangan kejahatan di kota-kota ini, perlu ditingkatkan peranan masyarakat secara terpadu dengan jajaran ABRI setempat. Peranan masyarakat yang perlu dikembangkan, adalah peranan yang disatu pihak dapat mempermudah dan mempercepat pelaporan masyarakat kepda yang berwajib. Dan dipihak lain untuk mencegah terjadinya penghakiman sendiri.

Inti Kekuatan

Kebersamaan ABRI dengan rakyat ini mempunyai akar kejiwaan yang dalam ABRI yang di lahirkan oleh para pejuang kemerdekaan di masa perang dan revolusi selalu memandang dirinya sebagai tentara rakyat, tentara pejuang dan tentara nasional. Tradisi kemanunggalannya dengan rakyat itulah, yang menjadi inti kekuatan ABRI.

“Karena itu, kemanunggalan ABRI dengan rakyat hamskita pelihara baik-baik. Karena itu pula, selumh doktrin ABRI didasarkan pada semangat kerakyatan, semangat kejuangan dan semangat nasional. Tidak ada satu pun kalangan yang menginginkan agar ABRI sepenuhnya menjadi militer profesional, dan meninggalkan semangat kerakyatan yang menjadi jari dirinya selarna ini,”kata Kepala Negara.

Memang, untuk menjawab tantangan zaman, maka profesionalisme ABRl harus terus ditingkatkan. Namun, profesionalisme itu sendiri bukan tujuan, melainkan merupakan cara agar dapat mengabdikan diri sebaik-baiknya dan perjuangan besar bangsa Indonesia, untuk mencapai cita-cita kemerdekaannya. “Sukar membayangkan masa depan  Indonesia dan masa depan ABRl sendiri, jika ABRl mengubah jati dirinya,” ujar Presiden Soeharto.

Semangat kerakyatan ini mernpakan pegangan yang kukuh bagi seluruh jajaran ABRl dalam memasuki abad ke-21, yang akan datang. Abad yang akan datang itu ditandai oleh makin besarnya peranan rakyat dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bemegara. Meningkatnya peranan rakyat itu, jelas tidak akan dipahami sebagai menurunnya peranan ABRl, karena ABRl memandang dirinya sebagai anak rakyat.

Perlu Penyesuaian

Pelaksanaan semangat kerakyatan yang terkandung dalam doktrin ABRl ini memerlukan penyesuaian, penyegaran dan pengembangan terus-menerus. Sebabnya ialah, karena baik personel ABRI maupun rakyat Indonesia itu sendiri berganti, berubah dan berkembang secara terus menerus. “Bersama dengan itu, bangsa kitajuga tengah berada dalam tahap lanjut pembangunan nasional. Jika kita tidak berhati-hati, dalam tahap pembangunan yang terns bertambah cepat, maka wawasan, gagasan, sikap, prilaku dan perbuatan kita sendiri dapat berubah, baik, kita sadari maupun tidak kita sadari.” Personel ABRI dewasa ini jauh lebih terdidik dan lebih profesional dari prajurit­-prajurit pada tahun ’45. Berbeda dengan prajurit-prajurit Angkatan 45 yang memang hidup di tengah-tengah rakyat dan dibekali secara langsung oleh rakyat maka personel ABRl dewasa ini berdiam di kesatrian yang lebih teratur, dan dibekali oleh negara. Dalam upacara yang berlangsung di halaman Istana Merdeka Jakarta itu bertindak selaku Inspektur Upacara Presiden Soeharto sementara Komandan Upacara Kol Laut (P) Syahril Yoga. Pada Praspa ABRI tahun 1995 ini dilantik 794 perwira AB  Rl. Sebanyak 289 perwira TNI-AD, 140 perwira TNI-AL 140,109 Perwira TNI-AU dan sebanyak 256 perwira muda Polri. Dalam kesempatan itu Presiden Soeharto menyerahkan Adhi Makayasa kepada Letda Inf Djohn Afriandi dari TNl-AD , Letda Laut (Adm) Hery Setiyo Nugroho dari TNI-AL, Letda (Tek) Sapuan dari TNI-AU dan Letda Pol Sandi Nugroho dari Polri.

Sumber : SUARAPEMBARUAN(27 /07/1995)

________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 453-454.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.