PRESIDEN SOEHARTO : PERKEMBANGAN DUNIA PENUH DENGAN SEGALA KEMUNGKINAN

PRESIDEN SOEHARTO :

PERKEMBANGAN DUNIA PENUH DENGAN SEGALA KEMUNGKINAN

Kemiskinan Masih Dialami Sebagian Terbesar Umat Manusia

Presiden Soeharto mengingatkan, dewasa ini, seakan-akan umat manusia dihadapkan kepada ujian dan tantangan maha berat. Apakah harapan dan usaha menuju perdamaian dan kesejahteraan bersama dapat diwujudkan. Ataukah akan terus hidup dengan diliputi kecemasan akan ancaman peperangan. Atau bahkan akan ditimpa oleh malapetaka peperangan dahsyat yang mengerikan.

Sementara teknologi terus menanjak dan ekonomi dunia makin berkembang ke arah pertalian yang membuat semua bangsa saling membutuhkan. Kepentingan nasional berbagai bangsa makin jauh melampaui batas-batas wilayah negaranya, yang apabila tidak terkendalikan akan dapat membakar api konflik.

Kepala Negara mengingatkan hal itu, Sabtu siang yang lalu di Istana Negara ketika melantik lima orang Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia masing-masing untuk Perancis, Turki, Polandia, Meksiko dan Tunisia.

Oleh karena itu, peranan Duta Besar dalam dasawarsa delapan puluhan ini, semakin bertambah penting lagi, karena perkembangan dunia dalam tahun-tahun yang akan datang penuh dengan segala kemungkinan.

Presiden di hadapan para Duta Besar yang baru itu berkata: "Dalam upacara pelantikan sekarang ini, saya perlu menekankan lagi betapa pentingnya tugas seorang Duta Besar. Sebab, ia harus dapat menampilkan diri sebagai wakil dari bangsa Indonesia dalam arti luas."

Ditambahkan lagi, Duta Besar bukan hanya mewakili dan mengurusi kepentingan Republik Indonesia di luar negeri melainkan juga harus dapat menggambarkan kepada negara dan rakyat di tempat Duta Besar yang bersangkutan, mengenai berbagai aspek kehidupan bangsa Indonesia, termasuk cita-cita dan usaha-usaha bangsa Indonesia dalam mewujudkan cita-citanya.

”Demi keselamatan dan kesejahteraan seluruh umat manusia, maka tidak bisa lain, semua negara harus mencari keserasian antara kepentingan nasional masing-masing", Kata Presiden.

Ditegaskan, pengalaman akhir-akhir ini, menunjukkan bahwa melalui jalan peperangan dan konfrontasi, ternyata tidak dapat menyelesaikan konflik-konflik kepentingan nasional secara tuntas baik konflik-konflik kepentingan ekonomi maupun konflik-konflik politik.

Pengalaman dunia mengajarkan dengan sangat jelas, bahwa perang bukan jalan keluar yang benar dalam menghadapi masalah-masalah yang dihadapi dunia dewasa ini.

Karena itu adalah merupakan kewajiban moral dari semua bangsa di dunia untuk menghentikan, tidak meluaskan dan bahkan mencegah kemungkinan timbulnya peperangan. Baik perang terbatas, dan lebih-lebih lagi perang dunia yang baru. Untuk itu semua negara yang besar maupun yang kecil, harus menahan diri.

Bersamaan dengan itu, dari seluruh bangsa-bangsa di dunia, terutama bangsa yang telah maju, juga dituntut untuk mengusahakan bersama terhapusnya keterbelakangan dan kemiskinan yang sampai sekarang ini masih dialami oleh bahagian terbesar umat manusia, terutama di dunia ketiga.

"Ini merupakan kewajiban moral bagi kita semua untuk berusaha dan berbuat yang mungkin ke arah itu,” kata Presiden Soeharto.

Kalau hal ini sudah merupakan kesadaran yang mendalam dari semua bangsa, maka akan terbinalah kekuatan moral yang cukup penting.

Presiden mengakui, memang kekuatan moral bukan satu-satunya alat yang dapat kita gunakan. Juga tidak realistis untuk hanya mengandalkan kekuatan moral bagi keselamatan dan kemajuan umat manusia.

Namun bagaimana punjuga kekuatan moral, harus dibina dan dikembangkan tanpa mengenal lelah, sehingga menjadi semangat dalam tata hubungan antar bangsa.

Kelima Duta Besar baru tersebut adalah Drs. Barli Halim untuk Perancis, HMS Mintaredja untuk Turki, Drs. Yunan Marah Jani untuk Polandia, Drs. Husni Thamrin Pane untuk Meksiko, dan Teuku Moeh. Thayeb untuk Tunisia. (DTS)

Jakarta, Berita Buana

Sumber: BERITA BUANA (10/11/1980)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku V (1979-1980), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 650-651.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.