PRESIDEN SOEHARTO: PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA TAK BISA DIANGGAP SEBAGAI BARANG JADI

PRESIDEN SOEHARTO: PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA TAK BISA DIANGGAP SEBAGAI BARANG JADI

 

Jakarta, Suara Pembaruan

Presiden Soeharto mengatakan, persatuan dan kesatuan bangsa perlu terus­ menerus dipupuk dengan ketekunan dan dibina bersama dengan penuh tanggung jawab. Rasa kebersamaan, rasa kesetiakawanan dan rasa senasib sepenanggungan harus diperkuat dengan langkah-langkah nyata di segala bidang kehidupan.

“Dalam perubahan dunia kita saksikan adanya bangsa-bangsa yang dulu merupakan satu bangsa kemudian terpecah belah. Dengan segala keprihatinan dan rasa simpati kita agar mereka dapat menyelesaikan masalah mereka dengan cara yang sebaik-baiknya kita dapat menarik pelajaran itu adalah bahwa rasa persatuan dan kesatuan bangsa tidak bisa kita anggap sebagai barang jadi,” kata Kepala Negara dalam pidato akhir tahun 1991 yang disiarkan TVRl dan RRl pukul 19.30 WIB hari Selasa.

Menurut Kepala Negara, perubahan-perubahan yang diinginkan perlu dilakukan dengan sikap tanggung jawab, kehati-hatian dan kewaspadaan. Perubahan-perubahan itu tidak boleh membuka celah-celah yang rawan sehingga membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa “Itulah sebabnya kita bertekad untuk memelihara stabilitas nasional yang dinamis. Itulah sebabnya kita memikul tanggungjawab bersama untuk mendinamisasi stabilitas, yang memang merupakan kepentingan utama kita untuk memelihara dan memantapkan persatuan bangsa dan meneruskan pembangunan,” katanya.

Dengan bekal mantapnya kehidupan sebagai bangsa, dengan bekal kemajuan­kemajuan ekonomi yang memadai, Bangsa Indonesia akan dapat memberi sumbangan yang lebih berarti bagi pelaksanaan pesan pembukaan UUD 45 ialah ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. “Dalam rangka ini kita sangat berbahagia dapat ikut mengantarkan rakyat Kamboja ke arah kehidupan yang damai dan bersatu,” kata Kepala Negara.

 

Pengendalian Inflasi

Lebih lanjut Kepala Negara mengatakan, pengendalian inflasi dan keseimbangan neraca pembayaran tetap merupakan kebijakan pemerintah yang penting. Saya menyadari bahwa kebijakan ini telah mengakibatkan kesulitan perkreditan di berbagai kalangan dunia usaha kita. Namun langkah-langkah yang berat itu harus kita ambil secara berani dan harus kita pikul bersama dengan penuh kesabaran agar perekonomian kita tetap berkembang secara sehat dan aman sambil mencari jalan keluar yang tidak membahayakan perekonomian kita secara keseluruhan, proyek­-proyek besar dan strategis bagi perekonomian kita dalam jangka panjang kita undur waktu pembangunannya.

Sejalan dengan bangkitnya prakarsa dan kemampuan masyarakat sebagai hasil langkah langkah deregulasi dan debirokratisasi yang telah dilakukan pada tahun tahun yang lalu, tahun ini Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup memadai. “Laju inflasi juga berhasil dikendalikan sehingga berada sedikit di bawah 10 %. Gambaran perekonomian kita di tahun ini menunjukkan bahwa kita tetap memiliki ketahanan ekonomi,” ujar Presiden Soeharto.

Di tahun yang akan datang kewaspadaan harus ditingkatkan dalam pengendalian perekonomian nasional karena sekarang pun telah ada tanda-tanda bahwa perekonomian dunia sedang mengalami kelesuan dan mengandung berbagai kemungkinan yang sulit diramal. “Yang penting adalah kebulatan tekad kita untuk bekerja keras, memanfaatkan secara tepat setiap peluang yang terbuka.”

Dalam kehidupan kebudayaan nasional tahun 1991 dapat dicatat dua langkah penting. Tahun 1991, telah berlangsung Kongres Kebudayaan Nasional dan Festival Istiqlal 91. Dalam dua pertemuan tersebut, para budayawan Indonesia dari berbagai lapisan dan kalangan telah membahas keseluruhan aspek kebudayaan bangsa secara utuh. “Kita makin sadar akan kekayaan khazanah kebudayaan bangsa kita yang amat majemuk, yang telah. dan sedang serta tetap akan selalu menjadi motor penggerak yang kuat bagi pembangunan nasional kita dimasa datang.”

“Kita memang perlu menyelenggarakan pertemuan akbar kebudayaan seperti itu secara berkala karena pada akhirnya tujuan pembangunan nasional kita adalah untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya dan membangun seluruh masyarakat Indonesia,” kata Kepala Negara.

Secara keseluruhan, kata Presiden, dapat dirasakan bahwa makin lama makin bertambah mantap, dinamis dan kreatif Penegasan kita mengenai Pancasila asas dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bemegara telah memungkinkan seluruh kalangan untuk berkomunikasi dalam pengertian suasana keterbukaan yang bertanggungjawab. Kemajuan yang telah dicapai dalam pembangunan telah memungkinkan tersedianya sumber daya yang cukup untuk meneruskan dan meningkatkan di masa datang.

Presiden mengatakan, Bangsa Indonesia merasa lega bahwa pembangunan yang selama ini dilakukan telah menunjukkan hasil yang nyata. Pengolahan hasil Sensus Penduduk yang dilakukan Biro Pusat Statistik menunjukkan bahwa jumlah rakyat Indonesia yang masih hidup di bawah garis batas kemiskinan makin bertambah kecil. “Ini berarti kita, terus bergerak ke arah tujuan utama pembangunan kita, yaitu mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.”

Di lain pihak, juga disadari bahwa perbedaan kemajuan antar daerah masih cukup besar, khususnya antara wilayah bagian barat Tanah Air dengan bagian timur. Perkembangan masyarakat di daerah-daerah memang perlu memperoleh perhatian yang makin besar, karena di daerah-daerah itulah hidupnya rakyat sehari-hari dan di daerah itulah tumbuh seta berkembangnya berbagai masalah yang harus diselesaikan.

 

 

Sumber : SUARA PEMBARUAN (02/01/1992)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 9-11.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.