PRESIDEN SOEHARTO: PERSATUAN SYARAT UTAMA KELANJUTAN PEMBANGUNAN

PRESIDEN SOEHARTO:

PERSATUAN SYARAT UTAMA KELANJUTAN PEMBANGUNAN

Para Transmigran Harus Lebih Kreatif

Presiden Soeharto menegaskan, dalam keadaan apapun rakyat Indonesia harus terus meneruns memelihara dan memperkokoh persatuan dan kesatuan.

Lebih-lebih pada saat menghadapi Sidang Umum MPR mendatang, persatuan dan kesatuan menjadi lebih penting lagi karena dari situlah bangsa Indonesia merancang masa depannya sendiri.

Penegasan itu disampaikan Kepala Negara, Sabtu pekan lain, ketika meresmikan pembangunan Bandar Udara Pasir Pangaraian, peningkatan jalan Rantau Berangin­Pasir Pangaraian, serta pembangunan 48 jembatan yang tersebar di Kabupaten Kampar dan lndragiri Hulu, Propinsi Riau.

Menurut Presiden, persatuan di antara rakyat Indonesia merupakan syarat utama untuk meneruskan pembangunan. Karena itu menjaga suasana yang tenteram dan stabil merupakan keharusan.

Tanpa persatuan, kekuatan bangsa akan tercerai-berai dan pada gilirannya akan lemah dan sulit melaksanakan pembangunan. "Dari tempat ini, saya ajak seluruh rakyat Indonesia untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan," katanya tegas.

Dalam kaitan itu pembangunan Riau perlu diperkuat sebab Riau adalah daerah yang subur dan kaya dengan sumber alam serta letaknya strategis. Kalau sampai sekarang kekayaan alam Riau belum dapat digali dan dimanfaatkan sebaik-baiknya, hal itu disebabkan antara lain oleh kurangnya sarana perhubungan dan tenaga kerja.

Dengan adanya perluasan jaringan perhubungan yang merupakan urat nadi perekonomian dan pembangunan bangsa, pemerintah berusaha selangkah demi selangkah terus memperbaiki kesejahteraan, rakyat.

Namun, diingatkan Kepala Negara, hendaknya rakyat menyadari bahwa pembangunan meminta waktu. Lebih-lebih untuk memperbaiki kesejahteraan bangsa dengan jumlah 150 juta jiwa, bukanlah pekerjaan yang mudah dan segera dapat diselesaikan.

Membangun suatu bangsa adalah pekerjaan sangat besar, dengan segala suka­duka dan cobaan. Oleh sebab itu mutlak diperlukan ketabahan dan kesabaran disertai tekad yang besar, dan bekerja keras.

Memang, demikian Presiden, proses pembangunan yang panjang harus dilalui karena kebutuhan kita sangat banyak, sedangkan tantangan yang dihadapi masih cukup berat.

Kebutuhan itu terasa bertambah banyak karena bangsa Indonesia ingin maju. Apa yang dulu belum menjadi kebutuhan, sekarang, justru karena pembangunan, telah menjadi kebutuhan. Yang dulu bukan merupakan persoalan, sekarang malahan menjadi tantangan.

Pengembangan Wilayah

Dalam pada itu Menteri Pekerjaan Umum Poernomosidi Hadjisajoso menjelaskan, peningkatan jalan Rantau Berangin-Pasir Pengaraian di perbatasan Sumut, mempakan bagian yang penting dati langkah pengembangan Wilayah Pengaruh Bagian Barat, dan Pembangunan jembatan Kebun Durian untuk melengkapi langkah pengembangan Wilayah Pengaruh Bagian Selatan kota Pekanbaru. Dalam hal itu berperan sebagai Simpul Jasa Distribusi Orde Kesatu, yang terletak di Propinsi Riau.

Diungkapkan bahwa daerah Riau ikut ditentukan oleh kemampuan pelayanan kota Pekanbaru dalam peranannya sebagai Simpul Jasa Distribusi Orde Kesatu itu.

Sebaliknya, kemampuan pelayanan kota Pekanbaru tergantung pada intensitas dan luas pelayanannya kepada wilayah pengaruh. Berarti, kemampuan pelayanan kota Pekanbaru hanya akan meningkat sejalan dengan berlangsungnya perkembangan wilayah pengaruhnya.

Masalah yang dinilai sebagai penghambat perkembangan daerah Riau, disebut Menteri antara lain, jumlah penduduk yang sedikit.

Dalam hubungan tersebut, penyiapan lahan pemukiman Transmigrasi ditetapkan mula, dari wilayah yang berdekatan dengan kotl Pasir Pangaraian, dilanjutkan menuju timur, mendekati Dumai yang juga punya peranan Simpul Jasa Distribusi Orde Kesatu lainnya.

Dengan demikian sekaligus mempercepat perintisan jalan Dumai-Pasir Pangaraian yang menunjang pengembangan Wilayah Kota Dumai, dan sebaiknya berpengaruh positip bagi pengembangan kota pelabuhan utama Dumai sendiri.

Dalam jangka panjang, wilayah Pasir Pangaraian akan berkembang dalam pengamhnya terhadap kota Dumai, sebab kedudukan Pekan Baru sebagai pelabuhan Sungai, dengan alur sungainya yang cukup panjang membatasi ukuran maupun frekuensi lalu-lintas kapal.

Karena itu, pada saatnya kelak perkembangan pelayanan distribusi daerah itu akan ditampung oleh bersamaan dengan itujalan Pekanbaru – Dumai menjadi penting.

Meninjau Lokasi

Selesai peresmian tiga proyek pembangunan yang ditandai dengan penekanan tombol dan penandatanganan prasasti, Presiden dan Ibu Tien Soeharto menyaksikan pendaratan pertama pesawat Transal Hercules yang membawa 23 KK transmigran korban letusan Gunung Galunggung. Mereka diangkut langsung dari Bandung,

Dengan berkendaraan mobil, Presiden didampingi Menteri Perhubungan Rusmin Nurjadin, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Harun Zain, dan Menteri Muda Transmigrasi Martono.

Gubernur Riau H. Imam Munandar, dan Pangkowilhan I Susilo Sudarman, meninjau lokasi transmigrasi Pasir Pangaraian. Di tempat ini, sebelum mengadakan temu wicara Kepala Negara memberi hadiah kepada juara Koperasi Unit Desa, kelompok tani, keluarga tani dan wanita tani, berupa 4 traktor tangan, 22 alat penguji kadar tanah, 200 buku Al Qur’ an, yang diterjemahkan ke bahasa Jawa, 2 pengering padi, dan 40 alat pemotong rumput.

Temu Wicara

Memberikan kesempatan kepada wakil transmigran untuk berdialog langsung, Presiden dengan teliti menanggapi setiap pertanyaan yang diajukan, namun tidak selalu mengabulkan permintaan mereka.

Kepala Negara menghendaki para transmigran lebih kreatif dan tidak selalu mengandalkan alat-alat yang sulit perawatannya.

Ketika salah seorang dari mereka minta didirikan pabrik tapioka sehubungan hasil singkong meningkat tetapi sulit memasarkannya, Presiden menasehatkan, agar mereka mulai dengan membua tonggok sendiri yang menghasilkan aci.

Selain caranya sangat sederhana, juga tidak perlu modal. Namun, permintaan tambahan bibit unggul palawija, segera disanggupi. Menurut Presiden, bibit unggul memang sangat diperlukan.

Salah seorang transmigran juga minta disediakan traktor besar. Presiden menganjurkan, daripada memiliki traktor yang sulit merawatnya, lebih baik memelihara kerbau.

Di samping tenaganya bisa dimanfaatkan, kotorannya bisa diolah menjadi biogas sebagai bahan bakar sehari-hari, sedang ampasnya dapat digunakan untuk penyubur tanah.

Presiden mengatakan, mereka yang memperoleh kesempatan bertransmigrasi harus bersyukur, sebab yang masih menunggu untuk diberi tanah garapan sebagai sumber hidup masih banyak.

Sebagai gambaran dijelaskan bahwa di Jawa saat ini terdapat 6juta petani yang mempunyai tanah 0,5 ha, 5 juta petani memiliki tanah kurang dari 0,5 ha dan 8 juta lainnya hanya sebagai buruh tani. Ini berarti sebanyak 13 juta petani harus dipindahkan. Kalau rata-rata mereka mempunyai keluarga 5 jiwa, yang harus dipindahkan menjadi 65 juta jiwa lagi.

Jika tiap tahun dipindahkan 1 juta jiwa, untuk itu diperlukan waktu 65 tahun. Padahal selama Pelita ill, sebanyak 500.000 KK yang sudah dipindahkan mengalami banyak kesulitan.

Pada akhir temu wicara, Presiden menyarankan para transmigran agar lebih menggiatkan keluarga berencana.

Hal itu ada kaitannya dengan warisan tanah yang ditentukan tidak boleh lebih kecil dari 0,5 ha untuk tiap anak. Di samping juga untuk kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga.

"Perbaikan hidup hanya terletak di tangan Saudara. Karena itu marilah kita bersama-sama membangun. Selamat berjuang !" ucap Presiden, kemudian meninggalkan tempat. (RA)

Pekanbaru, Suara Karya

Sumber : SUARA KARYA (30/08/1982)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 1152-1155.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.