PRESIDEN SOEHARTO RESMIKAN SEKOLAH LUAR BIASA TUNANETRA DI LEBAK BULUS

PRESIDEN SOEHARTO RESMIKAN SEKOLAH LUAR BIASA TUNANETRA DI LEBAK BULUS

Presiden yang didampingi Ibu Tien Soeharto, hari Rabu, meresmikan gedung Sekolah Luar Biasa (SLB) bagian tunanetra Pembina Tingkat Nasional di Lebak Bulus, Jakarta Selatan.

Peresmian tersebut ditandai oleh bunyi lonceng serta pelepasan balon2 warna dan pembukaan selubung patung siswa-siswi tunanetra yang menggunakan serta selubung papan nama sekolah tersebut, oleh Presiden Soeharto, diiringi suara genderang yang dibawakan pelajar2 Sekolah Dasar Negeri Meksiko.

Upacara tersebut berlangsung di halaman depan gedung SLB tersebut, dilanjutkan dengan pengguntingan pita untaian bunga melati oleh Ibu Tien Soeharto, yang diiringi tepuk tangan dari para undangan. Menteri P dan K Dr. Daoed Joesoef bersama nyonya, Menteri Sosial dan para Duta besar negara asing hadir pada upacara itu.

Menteri Daoed Joesoef dalam sambutannya antara lain mengemukakan bahwa pendidikan bagi anak2 berkelainan dalam arti yang mendapat hambatan fisik dan mental semakin ditingkatkan untuk lebih memberikan kesempatan mendapat pelayanan bagi mereka.

Untuk ini jumlah SLB akan ditambah, disamping pengembangan yang sudah ada serta usaha pengintegrasian pendidikan mereka pada sekolah2 biasa. Usaha pengintegrasian program pendidikan luar biasa dengan program pendidikan biasa dilakukan di SLB Terpadu yang saat ini sedang dilaksanakan dalam bentuk uji coba.

SLB ini dibagi dalam kategori SLB bagian A yaitu sekolah tempat mendidik yang tunanetra, SLB bagian B mendidik anak2 tunarungu (tuli-bisu), SLB bagian C tempat mendidik anak2 yang tunamental, SLB bagian D untuk anak2 tunadaksa (cacat tubuh) dan SLB bagian E tempat mendidik anak2 tunalaras atau tunasosial.

Selama Pelita III ini akan dibangun tiga SLB Pembina tingkat nasional, lima SLB Pembina Tingkat Propinsi dan rehabilitasi 50 SLB swasta. SLB tingkat Pembina Nasional dibangun di Jakarta, untuk bagian A, bagian B di Denpasar dan bagian C di Lawang/Malang dalam tahap persiapan.

SLB Tingkat Propinsi di Medan (tunalaras), Sumedang (tunarungu), Pemalang (tunanetra), Yogyakarta (tunamental) dan di Ujungpandang (tunadaksa).

Untuk SLB2 tersebut akan diangkat 700 orang guru SLB, ditatar 1400 guru SLB dan 700 Pembina LSB, demikian Menteri P dan K Dr. Daoed Joesoef.

Tahap I Rp 437.578.000

Pembangunan Sekolah Luar Biasa bagian A Pembina tingkat Nasional tersebut pembiayaannya dituangkan dalam tiga tahun anggaran yaitu tahun 1977-78, tahun 1978-1979 dan tahun 1979-1980 yang untuk tahap I berjumlah Rp 437.578.000. Biaya ini tidak termasuk biaya pengadaan tanah sebesar Rp 110.000.000.

Bangunan tersebut didirikan di atas areal seluas 4,5 hektar yang dilaksanakan dalam dua tahap, antara lain terdiri dari gedung utama, aula, tempat latihan orientasi dan gedung percetakan.

Rencana pembangunan tahap ke II akan meliputi bangunan untuk enam buah asrama, satu unit bengkel kerja, 13 rumah guru termasuk rumah tamu (guest house) bersama pengawas pelaksana PT TOP Arecon.

Peninjauan selesai upacara pembukaan, Ibu Tien Soeharto membuka pameran pendidikan dalam rangka Tahun Intemasional Para Cacat 1981, yang kemudian mendapat kunjungan para undangan.

Presiden bersama Ibu Soeharto dan tamu2 lainnya menyaksikan bagaimana para siswa-siswi SLB tersebut menyambut Kepala Negara mereka dengan suatu upacara penyambutan. Sebagian membawa umbul2 dan bendera Merah putih, di bagian lain tampak anak2 SLB bagian Tunanetra memainkan musik gamelan dan ada pula yang memainkan band.

Seorang anak cacat membacakan sebuah sajak dan para hadirin mendengarnya dengan penuh keharuan. Anak2 tunanetra kemudian menyerahkan sebuah lukisan kenang-kenangan kepada Presiden Soeharto yang disambut dengan penuh haru.

Kepala Negara bersama Ibu Tien Soeharto kemudian meninjau ruang perpustakaan, ruang belajar dimana beberapa orang tunanetra sedang mengetik dan kelas untuk pengajian. Di situ beberapa orang tunanetra mendemontrasikan kebolehan membaca Kitab SuciAl-Qur’ an dengan huruf Braille.

Dalam sebuah kelas dimana terdapat anak2 yang tunawicara sedang dilatih berbicara, guru bertanya kepada muridnya, "Siapa nama Presiden kita ?"

"Ba…….pak ……Soe…..har……to…..", katanya terpatah2, dengan nada tinggi.

Ketika Presiden dan Ibu masuk ke ruang tersebut, mereka dengan segera mengatakan, "Selamat siang Bapak, selamat siang Ibu ………"

Ketika kepada mereka ditanyakan nama2nya, mereka juga menyebutkan. Di dalam kelas yang lain terdapat beberapa anak sedang dilatih mengenal buah2an, nama2 sayuran dan sebagainya.

Menurut salah seorang pendidik, anak2 tersebut juga dilatih mengenal nama2 hewan, terutama bagi para tunanetra, yaitu dengan cara meraba-raba patung hewan yang terdapat di halaman sekolah tersebut.

Beberapa anggota korps diplomatik hadir dalam upacara peresmian itu, karena negara mereka turut memberikan sumbangan/bantuannya melalui departemen2 untuk disalurkan kepada para cacat tersebut, demikian Menteri Sosial Sapardjo menjawab pertanyaan wartawan.

Umumnya mereka penuh haru memandang kepada anak2 cacat yang harus menghadapi masa depan mereka dengan penuh perjuangan. RA)

Jakarta, Antara

Sumber : Antara (09/12/1981)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 630-632.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.