PRESIDEN SOEHARTO SAYANGKAN PERISTIWA BERDARAH DI MEKAH

PRESIDEN SOEHARTO SAYANGKAN PERISTIWA BERDARAH DI MEKAH

Jakarta, Merdeka

Presiden Soeharto menyatakan sangat menyayangkan terjadinya peristiwa berdarah dalam demonstrasi yang dilancarkan oleh jemaah haji Iran ketika melakukan ibadah haji ditanah suci Mekah sehingga menimbulkan ratusan korban jiwa manusia, pecan lalu.

Kepala Negara juga menyatakan keprihatinannya yang mendalam karena peristiwa itu justru terjadi di antara bangsa-bangsa beragama Islam dan di saat melakukan rukun Islam kelima yaitu ibadah haji.

Menlu Mochtar Kusumaatmadja dalam jumpa pers mingguannya hari ini di Deplu Pejambon mengatakan, pernyataan Presiden itu dikemukakan kepada utusan khusus Presiden Iran. Ata-Ul-Allah Mohajerani ketika menemui Kepala Negara di kediamannya Jl. Cendana Kamis petang.

Utusan khusus dari Iran itu membawa surat dari Presidennya Ali Khameini kepada Presiden Soeharto dan menjelaskan pandangan Iran mengenai peristiwa Mekkah itu.

Menurut Mochtar, Presiden menyatakan keprihatinannya atas peristiwa itu yang menunjukkan kepada dunia tidak adanya persatuan dan persahabatan di antara umat Islam sendiri.

Kepada utusan khusus Presiden Iran itu, Kepala Negara menyatakan harapan seluruh rakyat Indonesia semoga peristiwa semacam itu tidak akan terulang lagi dimasa datang.

Menlu Mochtar dalam jumpa pers itu menambahkan bahwa Indonesia dalam hubungannya dengan kejadian di Mekkah itu di samping menerima penjelasan dari utusan Iran itu juga menerima laporan versi Arab Saudi melalui KBRI.

Selain itu juga masih ditunggu laporan dari para saksi mata atas peristiwa tersebut yaitu jemaah haji Indonesia sendiri. Diantara para jemaah itu terdapat dua pejabat tinggi pemerintah seperti Mensesneg Sudharmono SH, dan Ketua Mahkamah Agung Ali Said SH.

Menjawab pertanyaan wartawan mengenai tanggapannya atas usul Mesir supaya diadakan sidang luar biasa Organisasi Konperensi Islam (OKI), Menlu Mochtar mengatakan bahwa yang paling penting dilakukan sekarang ini ialah bagaimana meredakan dulu situasi politik yang panas antara Iran dan Arab Saudi, jika penyelesaian diantara mereka mengenai peristiwa itu belum bisa dilaksanakan.

Selain itu, katanya, adalah sangat penting pula bagi seluruh bangsa Indonesia untuk menyatakan turut berduka cita atas jatuhnya korban jiwa manusia dalam peristiwa itu serta rasa syukur kepada Tuhan terhindarnya para jemaah haji kita dari malapetaka akibat kerusuhan tersebut.

Pelanggaran

Dalam pada  itu Kuasa Usaha Saudi Arabia di Jakarta Abdul Latif dalam keterangan persnya hari ini mengatakan bahwa apa yang terjadi di negaranya yang dilakukan oleh Iran merupakan pelanggaran terhadap semua kebiasaan dan perjanjian intemasional, diplomatik serta akhlak dan nilai Islam.

Pemerintah Saudi Arabia tidak akan ragu-ragu mengambil tindakan yang diperlukan oleh situasi dan kepentingan keamanan, stabilitas, agar jemaah haji dari semua negeri dapat menunaikan ibadah haji mereka dengan aman, damai lancar dan mudah.

Menurut Pemerintah Saudi kejadian itu adalah bertujuan merusak keamanan Saudi Arabia dan ketertiban dalam musim haji, pada bulan suci pada saat berkumpul umat Islam untuk menunaikan ibadah haji, katanya.

Dalam awal keterangan persnya Latief mengatakan bahwa Raja Fahd dan Putera Mahkotanya Pangeran Abdul Aziz menyampaikan terima kasih yang mendalam kepada Pemerintah dan rakyat Indonesia serta para pejabatnya atas penyesalan yang mendalam terhadap apa yang dilakukan oleh jemaah haji Iran di Mekkah yaitu berupa pawai dan demonstrasi.

Dikatakannya perbuatan ini justru menguntungkan musuh agama dan umat Islam. Rasullullah SAW sendiri ketika menaklukkan Mekkah, masuk tanpa senjata.

“Perbuatan ini mencerminkan nama baik agama dan umat Islam,”kata Latief.

Abdul Latief mengatakan lagi Pemerintah Saudi telah mengundang semua ketua missi haji dan Duta Besar negara Islam dan Arab di Saudi Arabia untuk melihat dokumen yang merekam peristiwa demonstrasi massa Iran dan agar mereka sendiri melihat korban yang cedera.

Selesaikan  Dulu  Politik

Menlu Mochtar menjawab pertanyaan mengenai kesibukan ASEAN mengusahakan penyelesaian politik di Asia Tenggara ketimbang kerjasama ekonomi, menyatakan bahwa hal itu memang perlu didahulukan karena stabilitas politik merupakan prasyarat bagi kerjasama lainnya, baik ekonomi maupun bidang-bidang lainnya.

Sedang mengenai kerjasama ekonomi di antara negara-negara anggota ASEAN sendiri, perlulah terlebih dahulu diciptakan kesepakatan mengenai hal itu di antara mereka.

Tapi pertemuan tingkat Menteri ASEAN di Singapura baru-baru ini makin memperlihatkan adanya keinginan yang kuat ke arah itu. Banyak kesepakatan yang telah dicapai seperti kerjasama industri yang mengikut sertakan unsur swasta serta kesepakatan untuk lebih memperlancar arus lalu-lintas perdagangan di antara negara­negara ASEAN sendiri.

Mudah-mudahan semua itu akan menjadi salah satu pembicaraan utama dalam pertemuan tingkat tinggi ASEAN di Manila bulan Desember nanti dan menghasilkan keputusan yang mengikat bagi kerjasama tersebut.

Mochtar pada kesempatan itu menegaskan kembali pandangannya bahwa ide pasaran bersama ASEAN sulit diterima seperti terbukti dengan adanya penolakan dari beberapa  negara ASEAN.

Ide semacam itu terlalu prematur untuk kawasan seperti ASEAN yang berbeda latar belakang sejarah diantara anggotanya sendiri. Lagi pula ide itu akan melepaskan semua batasan yang ada dalam hubungan antar negara sehingga banyak yang tidak dapat menerimanya.

“Kita harus bisa menarik pelajaran dari pasaran bersama di kawasan lainnya seperti pasaran bersama Eropa yang ternyata banyak menimbulkan masalah dalam hubungan internasional para anggotanya dengan negara-negara di luar kawasan itu,” katanya mengingatkan.

Sumber: MERDEKA (08/08/1987)

 

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 650-652

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.