PRESIDEN SOEHARTO: STABILITAS MERUPAKAN LANDASAN POKOK BAGI KELANCARAN JALANNYA PEMBANGUNAN

HM Soeharto dalam berita

PRESIDEN SOEHARTO: STABILITAS MERUPAKAN LANDASAN POKOK BAGI KELANCARAN JALANNYA PEMBANGUNAN [1]

 

Jakarta, Antara

Pemerintah selalu berusaha sekeras2nya memelihara dan mempertahankan stabilitas di berbagai bidang karena stabilitas merupakan landasan pokok yang memungkinkan dilaksanakannya pembangunan dengan lancar.

Presiden Soeharto ketika menyampaikan keterangan Pemerintah tentang Rancangan Anggaran Pendapatandan Belanja Negara (RAPBN) 1977/1978 pada sidang pleno DPR Kamis pagi kembali menegaskan, tanpa stabilitas, baik di bidang politik, keamanan maupun ekonomi, dapat dikatakan pembangunan hanya merupakan suatu kemustahilan.

“Namun, kata Kepala Negara, “stabilitas yang harus diusahakan bukanlah stabilitas yang mandek. Stabilitas itu haruslah dinamis yang memungkinkan bangsa Indonesia terus bergerak maju.”

Presiden mengingatkan, bangsa Indonesia sebenarnya telah mempunyai landasan yang kokoh kuat untuk menciptakan dan mempertahankan keadaan stabilitas yang dinamis. Landasan itu ialah landasan konstitusional Undang2 Dasar 1945.

Oleh karena itu Orde Baru juga bertekad untuk melaksanakan Undang2 Dasar 1945 secara sungguh2. Dalam rangka inidan dalam rangka mengusahakan keadaan yang stabil dan dinami itu pulalah bangsa Indonesia bertekad melaksanakan pemilihan umum yang akan datang sebaik2nya.

“Pemilihan umum merupakan peristiwa yang sangat mendasar, turut menentukan jalannya sejarah kehidupan bangsa dan negara. Bukan saja membawakan fungsi demokrasi, tapi bagi bangsa Indonesia mernpakan pula sarana untuk terus menciptakan keadaan stabilitas yang dinamis,” kata Kepala Negara.

Bertumpu Pada “Trilogi” Pembangunan

Garis2 Besar Haluan Negara (GBHN) menegaskan bahwa pembangunan yang ditempuh bangsa Indonesia harus mengarah pada kemajuan, kesejahteraan dan keadilan sosial.

“Karena itu, kata Presiden, “dalam memasuki tahun keempat Repelita II, seperti tahun2 sebelumnya pembangunan yang mempunyai sasaran seperti itulah yang akan dikerjakan.

Untuk menjamin tercapainya sasaran pembangunan sesuai dengan arah yang demikian itu, kebijaksanaan yang ditempuh selalu bertumpu pada “trilogi” pembangunan, pertama: stabilitas, kedua: pertumbuhan ekonomi dan ketiga: pemerataan pembangunan menuju terwujudnya keadilan sosial.

“Tidak ada diantara ketiganya yang harus diberi nilai mutlak dan tidak boleh ada yang diabaikan,” demikian Presiden menegaskan.

Serba Muka

Pembangunan yang dilaksanakan bangsa Indonesia sekarang adalah serba muka, bukan hanya pembangunan ekonomi, tapi juga pembangunan politik, sosial, budaya dan bidang2 lainnya.

“Bahkan seperti yang ditegaskan dalam GBHN, pembangunan yang kita lakukan adalah pembangunan manusia seutuhnya,” demikian Presiden.

Demikian pula hakekat pembangunan adalah peljuangan untuk membangun hari esok yang lebih baik, perubahan menuju kemajuan dan harus berarti gerak.

Oleh karena itu, kata Kepala Negara, di atas landasan stabilitas itu kita terus mengusahakan pertumbuhan di segala bidang, khususnya pertumbuhan ekonomi.

Ekonomi yang tumbuh dengan baik dan menurut rencana akan memperlebar urat2 ekonomi, sehingga memperkuat landasan stabilitas ekonomi yang ada.

“Dengan ekonomi yang tumbuh, dengan keuangan negara yang lebih sehat, kita akan memiliki lebih banyak alternatif apabila salah satu mata rantai kehidupan kita mendapat pukulan sewaktu2,” demikian Presiden.

Presiden mengemukakan contoh pengalaman selama tahun2 pembangunan yang membenarkan prinsip2 yang dikemukakannya.

Tanpa memiliki kekuatan yang memadai, krisis Pertamina yang berat itu akan merupakan pukulan yang berat terhadap ekonomi dan pembangunan bangsa Indonesia. Tanpa kekuatan ekonomi yang memadai, kerusakan ekonomi dan sosial setempat akibat bencana alam tidak akan teratasi.

Demikian pula tanpa kekuatan ekonomi yang memadai, musim kemarau yang melanda berbagai daerah dalam tahun ini akan mendatangkan kesengsaraan dan kesulitan yang lebih besar bagi masyarakat.

“Lebih dari itu kita juga pernah mengalami betapa sulitnya keadaan sosial ekonomi, ketika keadaan ekonomi kita macet dan tidak bertumbuh pada tahun2 1962 sampai 1966,” demikian Presiden Soeharto.   (DTS)

Sumber : ANTARA (06/01/1977)

 

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IV (1976-1978), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 282-284.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.