PRESIDEN SOEHARTO: TEGUHKAN PERSATUAN DAN KESATUAN DENGAN AJARAN KASIH PADA SESAMA
[1]
Jakarta, Kompas
Presiden Soeharto menyerukan seluruh umat Kristiani Indonesia untuk ikut memperteguh persatuan dan kesatuan bangsa yang dilandasi oleh ajaran kasih kepada sesama sesuai dengan teladan yang diberikan Yesus Kristus yang senantiasa rela berkorban demi kebahagiaan sesamanya.
Seruan Natal Kepala Negara tersebut disampaikan pada peringatan Natal Bersama Pegawai Republik Indonesia dan ABRI di Jakarta Hilton Convention Centre, Jakarta hari Senin (27/12).Hadir pada acara itu antara lain Ny. Tien Soeharto, Wakil Presidien dan Ny. Tuti Try Sutrisno, para Ketua Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, para menteri Kabinet Pembangunan VI, para Duta Besar negara-negara sahabat, para tokoh Agama Kristen/Katolik serta para umat Kristiani.
Kepala Negara menyatakan, dengan semangat kasih kepada sesama, maka kemajemukan bangsa Indonesia justru akan menjadi kekayaan dan kekuatan dalam membangun kesatuan dan persatuan. “Tak seorang pun merasa tersingkir atau disingkirkan. Bahkan, sebaliknya, setiap orang merasa memiliki dan ikut bertanggung jawab demi persatuan dan kesatuan bangsa kita,” kata Presiden.
Dengan hati tulus, Presiden mengajak semua umat Kristiani di Indonesia untuk meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan pengabdian pada masyarakat, bangsa dan negara.
Secara khusus pula Kepala Negara minta kepada para Pegawai Negeri RI untuk bekerja dengan tekun dan jujur. “Layanilah masyarakat sebaik-baiknya, sebab saudara-saudara memang dipanggil untuk melayani, bukan untuk dilayani,” imbau Presiden. “Selamat pada segenap umat Kristiani di seluruh pelosok Tanah Air dan selama Tahun Bam 1994 kepada saudara-saudara semua,” lanjut Presiden.
Dalam pidatonya Presiden juga mengingatkan agar bangga Indonesia tetap memegang teguh cita-citanya membangun masyarakat Pancasila. “Dengan membangun masyarakat Pancasila, kita tidak ingin mengulangi kekeliruan bangsa bangsa maju yang berhasil membangun dan menjadi kaya di bidang kebendaan, tapi miskin secara kerohanian,” kata Presiden.
Sebaliknya, kata Kepala Negara, bangsa Indonesia tidak ingin menjadi bangsa yang hanya maju di bidang kerohanian, tapi serba kekurangan di bidang kebendaan karena lemah, ekonominya.
“Kita ingin menjadi bangsa maju dan sejahtera lahir dan batin. Itu lab sebabnya kita membangun dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas manusia dan kualitas masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri dalam suasana, tentram dah sejahtera lahir batin, dalam tata kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang berdasarkan Pancasila,” kata Kepala Negara.
Megawati dan Ave Maria
Acara Natal di Jakarta Hilton Convention Centre semalam juga ditandai dengan tamu-tamu yang mengundang sambutan tepuk tangan meriah. Selain Presiden dan Ny. Tien Soeharto serta Wapres dan Ny. Tuti Try Sutrisno, yang kedatangannya mendapat sambutan meriah hadirin adalah Menteri Agama dan Ny. Tarmizi Taber, Panglima ABRI dan Ny. Feisal Tanjung serta Ketua Umum DPP PDI yang baru, Megawati Soekarnoputri.
Mega duduk di deretan para Menteri Kabinet Pembangunan VI dan para pejabat tinggi sipil dan militer lainnya. Sebelum duduk Mega sempat mendapat ciuman dari Mensos Ny. Inten Soeweno.
Tepuk tangan untuk Mega cukup lama, baru berhenti setelah penyanyi seriosa Pranawingrum Katamsi meinbawakan lagu Ave Maria ciptaan Sebastian Bach. Suasana menjadi hening ketika lagu pemujaan kepada Santa Maria itu beralun. Nampak para hadirin, terutama Ny Harmoko, memandang terpukau kepada Pranawingrum yang melantunkan lagu sakral yang romantis itu, dari atas podium.
Perayaan Natal selama dua setengah jam tersebut juga ditandai dengan kor lagu lagu Natal oleh Paduan Suara (PS) Dharma Pertiwi, PS SMP/SMA Don Bosco Pulomas dan PS Korpri Unit Departemen Keuangan. Setelah doa syafaat yang dibawakan Ketua Konferensi Wali gereja Indonesia (KWI) Mgr J. Darmoatmodjo SJ, acara diisi dengan sendratari dari Sanggar Exaudia yang disutradarai oleh Men-PANTB Silalahi.
Kesejahteraan Keluarga
Pagi harinya di tempat yang sama Presiden memberi sambutan pada Peringatan Hari Kesatuan Gerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Dalam sambutan itu, Presiden antara lain menyatakan, pembangunan tidak ban yak artinya bagi bangsa ini kalau tidak meningkatkan kesejahteraan keluarga. “Keberhasilan pembangunan mestilah terlihat dalam peningkatan kesejahteraan keluarga secara nyata,” kata Presiden.
Menurut Presiden, PKK dapat menyumbangkan peranan yang besar dalam pembangunan masyarakat Indonesia. Sebab, lanjut Kepala Negara, yang menjadi sasaran kegiatan PKK adalah keluarga yang merupakan kesatuan kecil dari masyarakat Indonesia. Selain itu Presiden menegaskan, PKK telah berbuat banyak dalam pembangunan masyarakat, terutama di daerah pedesaan. “Kita percaya, bahwa di tahun-tahun yang akan datang PKK akan berbuat lebih banyak, “ucap Presiden.
Presiden juga mengisahkan, gerakan PKK bermula dari keinginan almarhumah Ibu Munadi, istri Gubernur Jawa Tengah, untuk membantu masyarakat daerah Wonosobo yang sangat menderita akibat bencana alam. Dalam rangka membantu masyarakat yang terkena bencana tersebut, lbu Munadi minta bantuan dana kepada Pemerintah Pusat. Karena saat itu tidak tersedia dana, maka gantinya Presiden memberi petunjuk agar masyarakat dibantu dengan meningkatkan kesejahteraan keluarga mereka melalui kegiatan para ibu, misalnya dengan meningkatkan kepercayaan diri, memberi pengetahuan ekonomi rumah tangga untuk, peningkatan pendapatan, melakukan gotong royong dengan Jimpitan dan seterusnya. Kemudian gerakan ini mulai dilaksanakan secara intensif di Jawa Tengah. Melihat hasilnya yang membesarkan hati, maka permulaan dasawarsa 70-an, Presiden menganjurkan agar Gerakan PKK dilaksanakan di seluruh Indonesia. (osd)
Sumber :KOMPAS ( 28/12/1993)
__________________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 701-704.