PRESIDEN SOEHARTO TERIMA MENLU SOAL HASIL DARI SOVYET
Jakarta, Antara
Presiden Soeharto baru dapat memberikan jawaban atas undangan pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev setelah Sidang Umum MPR mendatang, kata Menlu Mochtar Kusumaatmadja hari Kamis di Jakarta.
Menjawab pertanyaan wartawan, setelah ia melapor kepada Presiden di Bina Graha, Menlu Mochtar mengungkapkan bahwa dalam pertemuannya di Moskwa pekan lalu Gorbachev menanyakan jawaban atas undangannya kepada Presiden Soeharto untuk berkunjung ke Uni Soviet.
“Saya jelaskan bahwa Maret nanti akan ada sidang umum MPR yang memilih presiden untuk periode lima tahun mendatang, maka sebelum sidang itu kami belum bisa memberikan jawaban dan mereka mengerti hal itu,” demikian Mochtar.
Jadi belum ada ancer-ancer kapan Presiden ke Uni Soviet?, tanya pers. “Jawabannya saja belum dapat diberikan. Itu harus diberikan oleh presiden terpilih nanti,” jawab Menlu.
Kepada Gorbachev, Menlu sebaliknya menyampaikan pesan Presiden Soeharto bahwa apabila pemimpin Soviet itu kebetulan melawat ke kawasan ini diharapkan singgah di Indonesia. Gorbachev menilai pesan itu suatu gagasan bagus, ungkap Mochtar.
Presiden Soeharto belum pernah berkunjung ke Uni Soviet. Dalam tahun 1985 ia melakukan lawatan resmi ke Rumania dan Hungaria, dua negara Eropa Timur yang merupakan sekutu Soviet dalam Pakta Warsawa.
Atas pertanyaan wartawan, Mochtar mengatakan lawatannya ke Moskwa menghasilkan beberapa saling pengertian dan kesepakatan untuk membantu penyelesaian masalah Kampuchea melalui cara politik.
Ia menjelaskan, Uni Soviet dan Indonesia tidak bisa menyelesaikan masalah Kampuchea, karena bukan pihak yang tersangkut langsung dalam masalah itu. “Yang bisa kita lakukan adalah bertukar pikiran dan informasi bagaimana cara membantu penyelesaian itu,” kata Menlu.
Atas pertanyaan, Menlu Mochtar menegaskan ia tidak mempunyai rencana bertemu dengan Pangeran Sihanouk dalam waktu dekat ini. Beberapa hari lalu sebuah kantor berita internasional melaporkan bahwa Mochtar akan menemui Sihanouk di Beijing, RRC.
“Jangan menimbulkan kesan kita mau mengatur terlalu banyak. Jadi kita biarkan saja beliau (maksudnya Sihanouk, red) mengambil keputusan sendiri,” kata Menlu.
Sekali lagi ia menekankan bahwa yang dilakukan ASEAN dalam masalah Kampuchea adalah sekedar membantu penyelesaian serta menyediakan tempat kalau hal itu diperlukan. “Itu persoalan mereka, jangan mengambil alih permasalahan,” demikian Mochtar.
Jadi, lanjut Menlu, kalau Sihanouk mau berbicara dengan siapapun itu haknya. “Kalau ia mau istirahat, juga haknya,” ujar Mochtar.
Namun ia mengatakan, meskipun Sihanouk mengundurkan diri sebagai pemimpin pemerintahan koalisi demokratik Kampuchea (CGDK) namun usaha ASEAN membantu penyelesaian tetap berlangsung.
Ditanya tentang pertemuan internasional yang pernah disebut Sihanouk, Mochtar menduga itu adalah “pertemuan Jakarta” yang akan dihadiri negara-negara di kawasan Asia Tenggara, baik bersifat formal maupun informal.
Kemudian Mochtar juga mengungkapkan akan adanya konferensi internasional yang juga membahas masalah Kampuchea, di mana turut serta negara-negara di luar kawasan Asteng.
…
Jakarta, ANTARA
Sumber : ANTARA (11/02/1988)
…
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 24-25.