PRESIDEN SOEHARTO TERIMA MENTERI PERTANIAN AS

PRESIDEN SOEHARTO TERIMA MENTERI PERTANIAN AS

Jakarta, Antara

Menteri Pertanian Amerika Serikat Richard Lyng mengatakan, ia memahami perbedaan-perbedaan besar yang terdapat antara pertanian di Indonesia dengan di negaranya dan karenanya tidak menuntut agar Indonesia lebih melonggarkan perdagangan hasil pertanian termasuk buah-buahan.

"Sekali lagi kami tidak menuntut. Ini adalah suatu usul serupa dengan Indonesia, Australia, Thailand, Filipina, Argentina serta sejumlah negara lain,” katanya menjawab pertanyaan wartawan setelah ia melakukan kunjungan kehormatan kepada Presiden Soeharto di Bina Graha, Jakarta hari Kamis.

Ia menilai, usul itu bukan sesuatu yang dapat menimbulkan masalah bagi Indonesia. Namun apabila dalam perundingan-perundingan GATT di Jenewa nanti Indonesia berpendapat bahwa usul Amerika Serikat itu akan merugikan, maka pihaknya bersedia mendengar apa yang ingin dikemukakan Indonesia.

Ia memandang terdapat perbedaan besar antara pertanian di Indonesia dengan Amerika Serikat. Dalam hal ini Indonesia, menurutnya, memberikan sedikit subsidi kepada para petaninya.

"Selama kita mengembangkan peraturan-peraturan GATT, mungkin kita harus tetapkan subsidi yang berbeda dalam situasi berbeda pula," ujarnya dengan menambahkan, subsidi sebagaimana yang diterapkan di Indonesia kebanyakan tidak ada pengaruhnya terhadap perdagangan, melainkan hanya mendorong produksi untuk mencapai swasembada.

Ia menolak istilah-istilah "meminta" atau "memaksakan"atas usul AS itu yang dapat memberi kesan bahwa AS mendorong negara lain.

Sebagai contoh Lyng mengungkapkan, Amerika mengeluarkan 30 miliar dolarAS per-tahun untuk subsidi dan negara-negara Eropa mengeluarkan hampir 100 miliar dolar AS. "Jadi subsidi yang diberikan Indonesia kepada petaninya sangat kecil dibanding yang dilakukan Amerika dan Eropa," katanya.

Namun, ujar Lyng, apabila negara-negara bisa mengurangi semua subsidi secara bertahap dalam jangka beberapa tahun, hal itu akan baik sekali bagi negara seperti Indonesia.

"Kita harus capai suatu kompromi dan persetujuan yang baik untuk dunia. Ini adalah suatu proses panjang tapi jelas akan membantu negara berkembang lebih banyak dari pada membantu negara-negara seperti Amerika Serikat atau Eropa. Kami berpendapat ini untuk kepentingan jangka panjang dunia," demikian Richard Lyng yang didampingi Dubes AS Paul Wolfowitz.

Menteri AS itu menyatakan, ia terkesan oleh minat dan pengetahuan Presiden Soeharto yang luas dan mendalam terhadap masalah pertanian.

Dalam pertemuan lebih dari setengah jam itu Presiden menjelaskan kepada Lyng tentang rencana jangka panjang bidang pertanian di Indonesia dan hasil-hasil yang telah dicapai serta harapan-harapan yang ingin dijangkau.

Ditanya tentang adanya kampanye anti minyak sawit di AS dengan dalih mengandung kolestoral tinggi, Richard Lyng menjelaskan, itu bukan kebijaksanaan Pemerintah AS melainkan usaha para petani kedelai yang menginginkan suatu label yang menyatakan bahwa "minyak kedelai lebih sehat ketimbang minyak sawit atau lainnya." Ia mengungkapkan, usul para petani kedelai itu telah diajukan ke kongres sebagai bagian dari RUU Perdagangan.

Namun pemerintah Reagan telah menentangnya dan memandang hal itu sebagai kebijaksanaan yang buruk.

Jakarta, ANTARA

Sumber : ANTARA (04/02/1988)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 20-21.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.