PRESIDEN SOEHARTO TIBA DI NEW YORK
New York, Suara Pembaruan
Presiden dan Ibu Tien Soeharto serta rombongan tiba Selasa siang waktu setempat (tengah malam WIB) di bandara internasional John F Kennedy, New York, disambut Duta Besar/Wakil Tetap RI di Perserikatan Bangsa-Bangsa Nugroho Wisnumurti, Dubes RI untuk ASAR. Ramly, protokol dari PBB dan seorang pejabat dari Deplu AS, para dubes negara-negara ASEAN serta para dubes/wakil tetap negara anggota Biro KTT GNB.
Setelah pintu pesawat MD-11 dibuka, Dubes Nugroho Wisnumurti menaiki tangga pesawat mempersilahkan Presiden dan Ibu Tien, bersama 28 orang anggota rombongan resmi antara lain Menlu Ali Alatas, Mensesneg Moerdiono dan Penasihat Ekonomi Pemerintah Prof. Dr. Widjojo Nitisastro. Wartawan Pembaruan Bachtiar Sitanggang melaporkan dari New York, Rabu pagi WIB.
Selama hari Selasa (22/9), setelah terbang dari Jenewa, Swiss, ke New York selama delapan jam, Presiden Soeharto istirahat di hotel Waldorf Towers, New York.
Rabu siang pukul 13.05 waktu setempat Presiden memulai kegiatannya yang pertama di New York yaitu menghadiri jamuan makan siang yang diselenggarakan Sekjen PBB Boutros Boutros-Ghali untuk menghormat pada Kepala Negara/Pemerintahan bertempat di “UN delegates dining room”, Markas PBB. Sementara Ibu Tien juga menghadiri jamuan makan siang yang diselenggarakan Ny. Boutros BoutrosGhali di kediaman resmi Sekjen PBB.
Sore harinya, Presiden Soeharto juga akan mengadakan pertemuan dengan Presiden Republik Korea Roh Tae Woo bertempat di hotel Waldorf Towers yang dijadwalkan kurang lebih selama satu jam.
Pertemuan dengan Presiden Nikara gua Ny. Violetta Barrips De Chamorro dibatalkan, karena yang bersangkutan mempercepat kembali ke tanah airnya
Menurut pihak Perutusan Tetap RI di PBB, waktu yang luang tersebut sedang diusahakan dapat dimanfaatkan untuk menerima Presiden Bosnia Herzegovina Presiden Alija Izetbegovic. Seperti diketahui, Bosnia Herzegovina adalah bekas negara bagian Yugoslavia yang sudah berdiri sendiri dan menjadi anggota PBB sejak 22 Mei 1992.
Pidato Di PBB
Sebelum menyampaikan pidatonya di Sidang Umum PBB hari Kamis, 24 September (pukul 10.00 waktu setempat), Presiden Soeharto terlebih dulu bertemu dengan Sekjen PBB di ruang GA 204 sekitar 20 menit. Setelah itu Presiden Soeharto mengadakan pertemuan dengan Presiden Sidang Umum PBB ke-47 Stoyan Ganev yang juga Deputi PMI Menteri Luar Negeri Bulgaria. Ganev yang masih berusia 37 tahun, merupakan Presiden SU PBB termuda sepanjang sejarah organisasi bangsabangsa itu.
Presiden Soeharto selaku Ketua GNB akan menyampaikan hasil KTT ke-10 yang berlangsung 1-6 September lalu di Jakarta. Sebagai negarawan senior dan Ketua GNB dengan 108 negara anggota, kesempatan pertama diberikan kepada Presiden Soeharto.
Menurut Mensesneg Moerdiono, pidato Kepala Negara kurang lebih 30 menit Direncanakan Kepala Negara berada di Markas PBB itu kurang lebih dua jam. Setelah itu mengadakan pertemuan dengan Presiden Mongolia, Punsaimagiin Ochirbat selama 25 menit, dan menyusul pertemuan dengan Presiden Republik Latvia, Anatolija Gorbunous selama 30 menit. Malam harinya Kepala Negara dan lbu Tien Soeharto mengadakan resepsi di Empire Room Hotel Waldorf Astoria.
Sejarah Singkat
PBB adalah organisasi internasional yang didirikan setelah berakhirnya Perang Dunia II dengan tujuan mencegah peperangan, memelihara perdamaian dan keamanan dunia serta membina kemajuan sosial dan standar hidup yang lebih baik dan kebebasan yang lebih luas, mengembangkan hubungan persahabatan antar bangsa dan menciptakan kerja sama.
Nama PBB (UNO-United Nations Organization) diusulkan Presiden Amerika Serikat Franklin D. Roosevelt dan pertama kali dicantumkan dalam Deklarasi PBB pada 1 Januari 1942 ketika peperangan sedang berlangsung, di mana sebanyak 26 bangsa (negara) bersumpah untuk berjuang ber sama melawan Kekuatan Poros (Jerman-Italia -Jepang).
Piagam PBB itu dirancang utusan 50 negara pada Konferensi PBB tentang organisasi internasional di San Fransisco, AS, 25 April-26 Juni 1945. Para delegasi bekerja berdasarkan proposal yang diajukan oleh wakil-wakil dari Cina, Uni Soviet (waktu itu), Inggris dan AS di Dumbarton Oaks, Agustus-Oktober 1944.
Secara resmi PBB lahir 24 Oktober 1945, setelah Cina, Perancis, Uni Soviet, Inggris, AS dan mayoritas negara peserta lainnya meratifikasi.
Ditinjau dari segi organisasi, PBB terdiri dari enam badan utama yaitu Majelis Umum, Dewan Keamanan, Dewan Ekonomi dan Sosial, Dewan Perwalian, Mahkamah Internasional dan Sekretariat, lima di antaranya berkantor di New York, sedang Mahkamah Internasional di Den Haag, Belanda.
Sekjen PBB yang pertama adalah Trygve Lie dari Norwegia sampai 1953, digantikan Dag Hammarskjold dari Swedia sampai tewasnya dalam kecelakaan pesawat di Afrika tahun 1961. Kemudian digantikan U Thant dari Bima sampai tahun 1971. Berikutnya adalah Kurt Waldheim dari Austria (1972-1981) kemudian Javier Peres de Cuellar dari Peru dan sejak 1992 ini dijabat oleh Boutros Boutros-Ghali dari Mesir.
Indonesia secara resmi menjadi anggota ke-60 PBB tanggal 28 September 1950. Namun, di masa Orde Lama, Indonesia menyatakan diri keluar dari organisasi dunia itu tanggal 20 Januari 1965 dan baru tanggal 26 September 1966 Indonesia kembali aktif dan menjadi anggota kembali.
Sumber : SUARA PEMBARUAN (23/09/1992)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 230-232.