PRESIDEN SOEHARTO TIBA KEMBALI MALAM INI

PRESIDEN SOEHARTO TIBA KEMBALI MALAM INI

 

 

Jakarta, Pelita

Presi den dan Ny. Tien Soeharto beserta rombongan Rabu malam pukul 22.00, direncanakan akan tiba kembali di Tanah Air setelah melakukan perjalanan ke lima negara. Menurut rencana semula, setelah berkunjung ke Meksiko, Venezuela. Zimbabwe, Tanzania dan menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KIT) ke-6 Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Dakar, Senegal, Kepala Negara dijadwalkan tiba di Tanah Air, Sabtu (14/12) mendatang. Di Bandara Halim Perdanakusuma, Presiden dan Ny. Tien Soeharto akan disambut oleh Wakil Presiden danNy. EN Sudharmono SH serta sejumlah pejabat lainnya.

Dari Dakar wartawan Pelita H. Azkarmin Zaini semalam melaporkan. Presiden Soeharto memutuskan untuk memperpendek kehadirannya dalam Konferensi Tingkat Tinggi ke-6 Organisasi Konferensi Islam yang kini sedang berlangsung di Dakar. Segenal, dan segera pulang ke Tanah Air. Keputusan tersebut diambil berdasarkan pertimbangan padat dan pentingnya tugas-tugas besar yang harus dilaksanakan pada akhir Desemberdi Tanah Air, sementara KTT OKI pun tinggal menunggu keputusan akhir saja.

Hal tersebut diungkapkan Mensesneg Moerdiono kepada para wartawan Indonesia di celah kesibukan konferensi Senin 9/12 petang (Selasa dinihari WIB). Belum disebutkan kapan Presiden akan meninggalkan Dakar, namun Senin malam sudah diumumkan kepada seluruh rombongan kepresidenan agar tidak meninggalkan hotel mulai pukul 14.00 (21.00 WIB) hari Selasa 10/12 dan mempersiapkan barang masing-masing untuk diangkut ke bandara sewaktu-waktu.

Menurut Mensesneg, Senin pagi Presiden memberikan briefing, kepada para penasihat delegasi yang terdiri dari anggota DPR-RI dan Majelis Ulama Indonesia, Minggu malam setiba di Dakar (dari Dares-Salaam. Tanzania), Kepala Negara juga mendengarkan laporan lengkap dari delegasi Indonesia yang menghadiri pertemuan tingkat menteri. Penilaian yang diambil oleh Presiden adalah sampai saat ini KTT OKI telah berjalan dengan lancar. Kesepakatan-kesepakatan dalam garis besamya sudah sangat banyak yang dicapai, sehingga tinggal menunggu keputusan akhir pada tingkat kepala pemerintahan.

“Presiden Soeharto menyimpulkan bahwa setelah beliau mengucapkan pidato dalam acara perdebatan umum hari Selasa, dan setelah menemani kepala-kepala pemerintahan yang ingin menemui beliau, maka Presiden memutuskan untuk memperpendek acara kunjungan ini dan segera kembali ke Tanah Air. Sampai saat ini jarnnya belum ditentukan, tapi segala persiapan telah diadakan sehingga sewaktu-waktu Presiden mengambil keputusan pulang ke Tanah Air, hal itu dapat dilaksanakan,” ujar Moerdiono.

Menurut jadwal semula yang direncanakan sejak sebelum keberangkatan bulan lalu, Presiden Soeharto dan rombongan seyogianya menghadiri KTT ke-6 OKI sampai usai penutupan pada hari Karnis 12 Desember. Menurut rencana itu, Presiden baru bertolak dari Dakar pada hari Jumat 13 Desember pukul 09.40 setempat (16.40 WIB) dengan mendarat dibandara Halim Perdanakusuma jakarta hari Sabtu 14 Desember pukul 11.30.

 

Persiapan RAPBN

Dikatakan, pertimbangan lain mendorong Presiden memperpendek kunjungan di Dakar adalah banyaknya tugas di Tanah Air yang harus diselesaikan, khususnya dalam mempersiapkan RAPBN 1992/93. Menurut Mensesneg, penyusunan RAPBN setiap tahun memang mempakari tugas berat yang memerlukan keputusan-keputusan langsung dari Presiden sendiri, sesuai dengan sistem konstitusi.

“Biasanya pada tahun-tahun lampau mulai bulan September, Oktober, November, paling lambat minggu pertama bulan Desember, sudah ada gambaran. mengenai RAPBN. Diperlukan beberapa kali laporan kepada Presiden sebelum RAPBN itu menjadi rancangan yang final pada tingkat pemerintah RAPBN itu terus digodok oleh para menteri di Jakarta. Setiap hari Presiden dapat laporan dari para menteri yang menyiapkan RAPBN tersebut. Sebelum menjadi keputusan final, lazimnya RAPBN dibahas dulu dalam Sidang Kabinet Paripuma yang dilakukan pada akhir Desember,” lanjut Moerdiono.

Dikatakan, yang sangat penting adalah bahwa pada minggu pertama Januari, menurut Tata Tertib DPR-RI. Presiden harus menyampaikan RAPBN kepada DPR. “Tentu saja semua persiapan itu memerlukan perhatian dan mencurahkan tenaga dan pikiran yang sangat intensif Di samping itu, seperti lazimnya setiap tahun Presiden menyampaikan pidato tutup tahun pada tanggal 31 Desember malam, sebagai evaluasi perjalanan bangsa kita dalam tahun yang bersangkutan, serta mencoba melihat posisi kita dalam tahun yang bersangkutan, serta mencoba melihat kita dalam perjalanan dan pertumbuhan bangsa, Katanya.

 

Banyaknya Yang Ingin Ketemu

Pada awal keterangannya, Mensesneg mengungkapkan bahwa seperti biasa setiap kali Presiden Soeharto diluar negeri untuk menghadiri konferensi, seperti pada waktu menghadiri KTT Nonblok di Beograd dan KTT Kelompok 15 di Karakas, kali inipun cukup banyak kepala pemerintahan yang ingin bertemu dengan Presiden. Senin petang kemarin, Presiden bertemu dengan PM Bangladesh Begum Khaleda Zia, PM Pakistan Muhammad Nawas Sharif, dan Presiden Senegal Abdou Diouf.

Tamu-tamu lain yang ingin bertemu dengan Presiden Soeharto, menurut Moerdiono, adalah pemimpin PLO Yasser Arafat, Presiden Iran Ali Akbar Hashemi Rafsanjani, Pangeran Mahkota Abdullah dari Arab Saudi, Wakil Presiden Uganda Samson M. Kisekka, PM Maroko Azzedine Laraki, Sekjen OKI Hamid Al Gabid dari Arab Saudi, Presiden Kamerun Paul Biya, Presiden Afganistan Prof. Sibohatullah AI Nojad dedi, dan Wakil PM Malaysia Ghafar Baba.

Selain itu, ada wartawati surat kabar berbah asa Arab, Al Hayat yang terbit di London, minta waktu untuk mewawancarai Presiden. Apakah semua tamu tersebut dapat diterima, bergantung pada perkembangan hari Selasa, ujarnya.

 

Timor Timur

Mengenai pertemuan dengan PM Bangladesh, menurut Moerdiono, kedua pemimpin sepakatuntuk meningkatkan kerjasama ekonomi kedua pihak. PM Khaleda Zia menginginkan agar Komisi Ekonomi yang dimiliki kedua negara dapat dihidupkan kembali.“Bangladesh ingin banyak belajar dari pengalaman-pengalaman pembangunan kita,” katanya.

Dengan PM Pakistan , pembicaraan juga berkisar pada hal-hal serupa. Pada kesempatan itu, seperti juga pada pertemuan dengan PM Bangladesh, Presiden Soeharto mengharapkan sumbangan-sumbangan pikiran men genai KTT Nonblok yang akan berlangsung di Jakarta pada September 1992.

Diungkapkan, bahwa PM Pakistan dan juga Presiden Senegal mengatakan akan datang ke Jakarta, serta menyatakan kepercayaan sepenuhnya atas kepemimpinan Indonesia dalam Gerakan Nonblok mendatang.

“Seperti pemah saya kemukakan di Meksiko dan Venezuela, para negarawan tersebut memandang KTT Nonblok mendatang akan sangat penting pada saat dunia sedang mengalami berbagai perubahan yang mendasar, baik di bidang ekonomi dalam hubungan antarnegara, maupun dalam bidang politik.”

Lebih lanjut Moerdiono mengatakan bahwa dengan Presiden Senegal, Presiden Soeharto untuk kesekian kalinya memberikan penjelasan panjang-lebar mengenai masalah Timor Timur, mulai dari proses integrasi belasan tahun yang lalu sampai timbulnya insiden 12 November.

“Presiden Senegal menyatakan kepercayaan kepada semua penyelesaian dari Presiden Soeharto. Kendatipun demikian, saya ingin menekankan untuk kesekian kalinya bahwa Presiden Soeharto tetap akan mendengarkan dengan sungguh-sungguh laporan dari Komisi Penyelidik Nasional. Tadijuga ditekankan oleh Presiden Soeharto kepada Presiden Senegal bahwa komisi tersebut merupakan komisi yang independen,” demikian Mensesneg Moerdiono.

 

Sumber : PELITA (11/12/1991)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 373-376.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.