PRESIDEN SOEHARTO: TINGAKTKAN EFISIENSI DAN DAYA SAING INDUSTRI

PRESIDEN SOEHARTO: TINGAKTKAN EFISIENSI DAN DAYA SAING INDUSTRI[1]

Jakarta, Kompas

PRESIDEN SOEHARTO kembali menegaskan pada kalangan industri, harus meningkatkan efisiensi dan  daya saingnya. Sebab, bagi bangsa-bangsa yang produknya mampu bersaing, peluang pasar kini telah terbuka luas, terutama setelah adanya Deklarasi Bogor yang menentukan anggota APEC akan melaksanakan perdagangan bebas tahun 2020.

“Mulai sekarang juga, kita harus bemsaha sekuat tenaga agar industri kita pada umumnya dan industri kecil serta kerajinan rakyat khususnya benar-benar meningkatkan efisiensi dan daya saing, ujar Presiden Soeharto usai menyerahkan penghargaan Upakarti 1994 di Istana Negara, Jakarta, Rabu (14/12).

Untuk itu, katanya, diperlukan pemusatan perhatian pada peningkatan mutu sumber daya manusia (SDM). Sebab, SDM mempakan unsur paling menentukan dalam menghasilkan produk-produk bermutu dengan harga bersaing.

Program pendidikan yang telah dilaksanakan selama ini, juga harus dilanjutkan dan ditingkatkan efektivitasnya, ujarnya. Program pendidikan manajemen sederhana untuk industri kecil perlu dilanjutkan, agar industri kecil yang sedang berkembang menjadi industri kecil yang lebih modern. Diklat untuk menciptakan wirausaha baru, menurut Kepala Negara, juga harus ditingkatkan karena tumbuhnya wirausaha baru diperlukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja.”Ringkasnya, bila kita ingin mencapai kemajuan dan kemakmuran, bila kita ingin memanfaatkan peluang yang terbuka dalam abad ke-21, bila kita tidak ingin tertinggal oleh bangsa-bangsa lain, maka kita harus memperluas dan memperkuat industri kecil dan kerajinan rakyat,”demikian Presiden. Presiden juga mengharap agar kerja sama saling menguntungkan antara industri besar industri kecil dalam pola bapak-anak angkat yang kini telah berubah menjadi pola kemitraan, didorong dan dikembangkan. Cara ini terutama dimaksudkan untuk memeratakan kesempatan berusaha, meningkatkan produktivitas dan efisiensi industri nasional. “Industri kecil mempunyai kelebihan yang dapat dimanfaatkan industri besar, misalnya kelenturan usaha. Industri kecil lebih kenyal terhadap berbagai pengaruh pembahan dari luar”.

Penerima Upakarti

Dalam upacara itu hadir Ny Tien Soeharto, Wapres dan Ny Try Sutrisno, Ketua MPR/DPR Wahono, para menteri dan Gubernur. Upakarti 1994 Jasa Pengabdian diberikan kepada 22 orang. Upakarti 1994 Jasa Kepeloporanjuga diberikan kepada 22 perusahaan. Mereka yang menerima Upakarti Jasa Pengabdian adaJah Ny Zuhriah (Jambi), Muma Yetty (Sumbar), Noerma Bachtiar (Sumbar), Maimunah HM Amin (Sumsel), Cholipa (Sumsel), Ani Prayogi (Lampung), Dudun (Jabar),Elan Ruslandi (Jabar), Ella Hamela (Jabar),Adis Nazmudin (Jabar),Sudirdja (Jabar), Sabar (Jateng), Yoesman (Jateng), Mifron (Jateng), Djemikrun (Jatim), K Perwito (Jatim), dr Wahyoetomo (Jatirn),Abdulah bin Aiwi (Jatirn),Abdullah Kamil (Jatirn), I Nyoman Rudana (Baii), Kasniyah (Kalsel) dan M Syarief SA (Kalbar). Penerima Upakarti Jasa Pelopor adalah PT Telkom Witel II Sumbar-Riau, Sanggar Kain Basurek Dinda Co Heetion, Mir Senen Gallery, PT Lautan Otsuka Chemical, PT Foximas Mandiri, PT Sudinar Artha, PD Dedy Jaya, Perum Perhutani KPH Pemalang, Perusahaan Tahu Mumi Putra, Cemani, PTAneka Karya, PG Rejo Agung Baru Madiun, PG Lestari-Nganjuk, CV Pabrik Semen Guntur, Industri Busana Muslim Alib, Golden Hand Bakery, Pabrik Gula Djombang Baru, CV Maiu Mapan, CV Gafindo, PT Industri Kapal Indonesia (IKI), PT Tunggal Agathis Indah Wood Industries dan PT Freeport Indonesia Co. Para penerima itu kemudian mendapat ucapan selamat dari Presiden dan Ny Tien Soeharto, Wapres dan Ny Try Sutrisno, serta Menteri Perindustrian dan Ny Tungky Ariwibowo.

Peran Perguruan Tinggi

Wahyoetomo, salah seorang penerima Upakarti Jasa Pengabdian, menjelaskan kepada wartawan, apa yang dikerjakannya kini benar-benar sesuai dengan harapan Kepala Negara untuk menciptakan wirausahawan baru. Rektor Universitas Merdeka Malang yang diangkat tahun 1983 itu mengembangkan dua program pengembangan masyarakat melalui Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Unmer, yaitu program revitalisasi desa dan pengembangan sektor informasi, serta program pengembangan usaha mandiri dan wira usaha. Bersama tim LPM-nya, Wahyoetomo mengembangkan pendidikan usaha sederhana bagi masyarakat desa. Sedangkan lewat program pengembangan usaha mandiri, tim memberi berbagai pelatihan kepada kelompok yang memiliki pendidikan. “Progam usaha mandiri ini sudan memiliki 500 alumnus, banyak di antaranya sudah menjadi pengusaha menengah,” katanya. Selain itu, tim membina 19unit usaha, seperti bordir, anyaman bambu, keripik, tahu tempe, tikar mendong, sepatu dan mebel. Setelah programnya berkembang, bantuan dari berbagai lembaga dana juga datang, sehingga kini melibatkan 23 perguruan tinggi. Pihaknya juga telah menerima dana dari ILO (Bangkok) sebesar 22 ribu dollar AS, dari Depnaker Rp 20 Juta untuk koperasi dan Rp 45 juta untuk pameran serta Rp 25 juta dari Gubemur Jatim. “Pro­ gram ini akan kami tingkatkan sampai tahap nasional. Sebab kebutuhan akan pengusaha menengah atau pengusaha tangguh yang kecil pun merupakan kebutuhan nasional”.

Sumber: KOMPAS ( 15/12/1994)

______________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 502-504.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.