PRESIDEN SOEHARTO TINJAU “SOS KINDERDORF” BANDUNG

HM Soeharto dalam berita

PRESIDEN SOEHARTO TINJAU “SOS KINDERDORF” BANDUNG [1]

 

Bandung, Antara

Presiden dan Ny Tien Soeharto, Senin sore, meninjau “Sos Kinderdorf’ suatu panti asuhan terletak di Desa Taman, Lembang, 15 km sebelah utara Kota Bandung.

Presiden kemudian menghadiri pembukaan Lokakarya Pendidikan Pramuka se Indonesia, pembukaan Pameran Pendidikan Luar Biasa dan meninjau arena pramuka yang kesemuanya terletak di kompleks IKIP Bandung.

“Sos Kinderdorf’ merupakan suatu lembaga yang menampung anak2 yatim piatu dan tidak mampu, dan terdapat di beberapa negara, didirikan 30 tahun yang lalu di Austria yang waktu itu menampung anak2 korban Perang Dunia II.

Presiden dan Nyonya ketika tiba di Pantai Asuhan itu disambut oleh Anak2 asuhan mengenakan pakaian pramuka dan mempersembahkan lagu2 dengan iringan musik angklung.

Direktur “Sos Kinderdorf’ Dr. Agus Prawoto melaporkan tempat penampungan anak2 kurang mampu itu dirikan 4 tahun yang lalu, kini menampung 88 orang anak. Dia meminta kepada Ny. Tien Soeharto agar mencari sponsor bagi para anak yang dididik di sini dan dipanti asuhan lainnya.

Presiden Soeharto sebagai Ketua Yayasan Dharmais menyatakan kesediaannya sebagai sponsor pertama untuk membantu anak yang dididik disitu. “Sos Kinderdorf’ di Lembang merupakan cabang ke 47 di dunia.

Pendidikan Pramuka se Indonesia

Dari Lembang Presiden dan Ny Tien Soeharto ke TVRI Bandung di Bumi Siliwangi, Ny Tien Soeharto membuka Pameran Lokakarya Pendidikan Pramuka Se Indonesia dan membuka Pameran Pendidikan Luar Biasa.

Menurut seorang dosen IKIP Bandung, Lokakarya yang sedang berlangsung selama dua hari merupakan forum untuk menyalurkan dan menampung aspirasi tentang pembinaan generasi muda mahasiswa Indonesia, melalui program pendidikan kepramukaan.

Ny Tien Soeharto yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Kwamas Gerakan Pramuka mengemukakan penghargaannya, karena memantapkan kepemimpinan generasi muda melalui gerakan pramuka justru memperoleh perhatian besar dari IKIP

Bandung, suatu lembaga pendidikan tinggi yang karena hidang perhatiannya justru bergerak di lapangan pendidikan.

Pameran Pendidikan Luar Biasa

Pameran ini bertujuan memperkenalkan bahwa anak luar biasa ini dapat dididik menjadi tenaga yang produktif. Pameran inidiharapkan menggugah perhatian dan kesadaran masyarakat terhadap perlunya pendidikan luar biasa.

Menteri P dan K Syarif Tajib mengatakan kepada pers, jumlah anak2 tuna netra, tuna rungu, cacad tubuh dan lain di seluruh Indonesia diperkirakan berjumlah 2,8 juta orang. Dari jumlah tersebut hanya sekitar 2,8 juta orang. Dan jumlah tersebut hanya sekitar 5.500 orang anak yang memperoleh pendidikan luar biasa. Hal ini disebabkan karena umumnya para orang tua merasa malu kalau diketahui orang lain, bahwa anaknya cacat.

Untuk mendidik anak2 cacad tersebut diperlukan sekitar 172.000 sampai 292.000 orang guru, suatu tantangan besar bagi IKIP dan SGPLB dan semua pihak.

Arena Pramuka

Presiden dan Ny. Tien Soeharto kemudian meninjau Arena Pramuka di komplek IKIP Bandung, di tempat tersebut pramuka yang berkemah menunjukkan ketrampilannya berbagai hidang. Presiden dan Ny. Tien Soeharto kelihatan santai bersama para pramuka yang menyanyi dan menari2.

Presiden Soeharto selasa pagi di Bandung akan meninjau tempat penampungan tuna netra nyata Guna. Presiden dan rombongan setelah itu akan ke Cilacap untuk meresmikan kilang minyak. Sore harinya Presiden Soeharto beserta rombongan di tunggu kedatangannya kembali di Ibukota. (DTS)

Sumber: ANTARA (24/08/1976)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IV (1976-1978), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 269-270.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.