PRESIDEN: STOP PENGGUNDULAN HUTAN

PRESIDEN: STOP PENGGUNDULAN HUTAN

Rabu, Presiden Soeharto minta rakyat menghentikan penggundulan hutan terutama dihulu sungai demi kesuburan tanah dan kelestarian sumber-sumber air yang merupakan pangkal kesejahteraan dan keselamatan bangsa.

Berpidato ketika meresmikan Waduk Parangjoho har in di Wonogiri masyarakat untuk benar-benar ikut bertanggungjawab dalam usaha melestarikan kesuburan tanah dan sumber air.

Kepala Negara mengatakan, pembangunan Bendungan Parangjoho merupakan bagian untuk melestarikan sumber-sumber air yang mutlak harus dikerjakan sekarang untuk keselamatan kebahagiaan masa depan.

Presiden Soeharto mengatakan, usaha menghentikan penggundulan hutan dibarengi dengan reboisasi di tanah kawasan hutan, penghijauan tanah-tanah rakyat dan usaha-usaha lainnya.

Kepala Negara mengatakan pula, kesadaran dan peranan masyarakat merupakan unsur yang sangat menentukan bagi berhasilnya usaha penghutanan kembali dan penghijauan.

‘Tidak ada gunanya kita membangun bendungan dan jaringan irigasi yang menelan biaya sangat besar, jika dalam waktu singkat bendungan dan irigasi jadi penuh dengan lumpur dan pasir," kata Presiden.

Meningkat

Presiden minta agar dengan selesainya bendungan Parangjoho, produksi pangan di wilayah itu dapat meningkat, sebab bendungan itu dapat mengairi sawah ribuan hektar dan tegalan. Di samping itu, bendungan Parangjoho dapat meningkatkan persediaan air di sumur-sumur rakyat di musim kemarau.

"Ini berarti perbaikan kesejahteraan rakyat," kata Presiden.

Diingatkan Kepala Negara, bahwa hanya dengan pengairan yang baik saja produksi pangan belum dapat meningkat secara maksimal. Penyediaan air yang cukup dan teratur baru merupakan salah satu unsur pokok dalam intensifikasi pertanian.

Unsur-unsur lain yang harus dipenuhi ialah penggunaan bibit unggul, penggunaan pupuk, penggunaan obat-obat anti hama dan cara-cara bercocok tanam yang benar.

"Pembangunan pertanian itu merupakan akar-akar pembangunan kita. Jika akar­akarnya kokoh, pembangunan akan terus tumbuh dengan baik, "kata Presiden.

Orang Kecil

Pada awal pidatonya, Presiden mengatakan, "pembangunan benar-benar ditujukan kepada orang-orang kecil".

Bendungan yang banyak dibangun di Indonesia agar dapat mencukupi kebutuhan pangan sendiri dan agar kehidupan berjuta-juta petani Indonesia bertambah baik. Karena kaum tani mernpakan lapisan terbesar masyarakat Indonesia, pembangunan pertanian sekaligus berarti memperbaiki taraf hidup rakyat banyak.

"Pembangunan untuk orang-orang kecil itu memang terus kita kerjakan," kata Presiden. Kata Presiden, selanjutnya pembangunan SD lnpres di seluruh penjuru tanah air, tidak lain agar setiap anak rakyat jelata memperoleh pendidikan.

Tertampung

Presiden Soeharto mengatakan, semua anak sudah akan tertampung di Sekolah Dasar pada Repelita III ini.Pembangunan pusat-pusat kesehatan masyarakat di setiap kecamatan bertujuan agar rakyat kecil bisa mendapat pelayanan kesehatan yang baik.

Setiap propinsi, setiap kabupaten dan setiap desa mendapat bantuan pembangunan, dengan tujuan agar semua daerah maju secara merata.

Jika dewasa ini jalan-jalan aspal mulai masuk semua pelosok, desa-desa mulai dipugar, listerik mulai masuk desa, semuanya itu tanda-tanda pembangunan memang untuk rakyat banyak. lndustri muncul di mana-mana yang secara langsung atau tidak mempunyai arti memperbaiki taraf hidup rakyat.

Sungai Tempuran

Waduk ini dibuat dengan maksud memanfaatkan air sebagai tulang punggung pengairan daerah itu, sekaligus mengganti Waduk Kedung Uling dan Waduk Plumbon yang sekarang tidak berfungsi sebagai penampungan air karena terjadi pendangkalan. Juga dimaksudkan untuk membangkitkan kembali sistem pengairan teknik dan setengah teknik yang ada sekarang.

Bendungan itu mempunyai ketinggian puncak 119 m, panjang puncak 310 m dengan volume 323.500 m3. Waduk yang dibangun dengan biaya sekitar 2,9 milyar rupiah itu diharapkan dapat memenuhi kebutuhan air baik pada musim hujan maupun kemarau sehingga diharapkan dapat panen dua kali per tahun.

Untuk daerah proyek pengembangan daerah Bengawan Solo, peresmian waduk Parangjoho ini merupakan yang kedua kalinya, setelah 4 tahun lalu Presiden meresmikan Bendungan Nawangan.

Diharapkan dapat segera selesai pembangunan Bendungan Wonogiri. Pada kesempatan peresmian itu di samping menanda-tangani prasasti, Presiden Soeharto juga melakukan penebaran benih ikan di waduk tersebut.

Dulu dan Sekarang

Daerah Eromoko, Wuryantoro dan sekitarnya tempat waduk dibangun menurut Presiden Soeharto, bukan merupakan daerah asing baginya, karena ketika masih kecil, dia tinggal di daerah itu. Keadaan dulu dan sekarang jauh berbeda, kata Presiden, kalau dulu di sini banyak hutan dan binatangnya seperti kera dan babi, tetapi sekarang sudah gundul dan kering.

Waduk Parangjoho menelan biaya 2,9 milyar rupiah dengan kapasitas tamping 1.7 juta m3, hasil tampungan Sungai Tempurung, anak Bengawan Solo. Panjang bendungan 310 meter dengan luas genangan 20 ha dan dapat mengairi sawah 2740 ha.

Selesai penandatanganan yang dilakukan Presiden Soeharto, Ny. Tien Soeharto menyerahkan bibit padi, palawija dan ikan kepada petani setempat. Dalam kesempatan itu, Presiden Soeharto menaburkan bibit ikan ke dalam waduk Parangjoho.

Pembukaan pintu waduk dilakukan oleh pimpinan kelompok tani "Dharma Tirta" dan ditandai dengan pelepasan balon-balon. Sebelumnya dilepaskan burung-burung yang diiringi bunyi sirene yang dilakukan Kepala Negara sebagai peresmian waduk Parangjoho.

Upacara peresmian itu dilanjutkan dengan pemberian kenang-kenangan dari masyarakat Eromoko kepada Kepala Negara dari kepala desa.

Sebelum Kepala Negara mengucapkan pidatonya, terlebih dahulu Proyek Manager PT. PP Kirnadi menjelaskan, walaupun waduk Parangjoho termasuk kecil, tapi besar manfaatnya bagi penduduk sekitar karena juga dapat mengairi daerah Kebon Kacang 250 ha, waduk Uling 200 ha, Plumbon 75 ha dan Eromoko 125 ha.

Turut pula berpidato Gubernur Jawa Tengah dan Menteri Pekerjaan Umum Purnomo Sidi. Dalam rombongan resmi Presiden ke Jawa Tengah itu, terdapat Menteri Ekuin Widjojo Nitisastro, Menteri Emil Salim, Menteri Pertanian Soedharsono, Menteri Nakertrans Harun Zain, Menmud Transmigrasi Martono dan Mensesneg Soeharmono. (DTS)

Parangjoho, Jateng, Merdeka

Sumber:MERDEKA (03/07/1980)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku V (1979-1980), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 939-942.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.