PRESIDEN: TAK AKAN ADA PETAKA JIKA SETIA KEPADA PANCASILA
Jakarta, Suara Karya
Presiden Soeharto menyatakan, kesetiaan terhadap Pancasila tidak akan membawa bencana dan malapetaka pada kehidupan bangsa dan negara, apapun perbedaan yang tetjadi di antara bangsa Indonesia yang sangat majemuk ini. “Karena itu saya ajak agar kaum muda tetap memelihara kesetiaan yang seteguh-teguhnya terhadap Pancasila,” kata Kepala Negara pada peringatan Hari Sumpah Pemuda Hari Pemuda ke-64 di Istora Senayan, Rabu (28/10).
Acara peringatan yang sederhana namun cukup meriah itu dihadiri Ibu Tien Soeharto, Wapres dan Ibu Sudharmono, pejabat tertinggi dan tinggi negara, para menteri, duta besar, serta kaum muda, mahasiswa serta pelajar ibukota.
Menurut Presiden, kalau ideologi nasional ini benar-benar menjadi landasan dan pegangan dalam berbangsa, dan membangun negara, bangsa Indonesia akan terhindar dari nasib seperti negara-negara yang terpecah belah, bahkan dilanda perang saudara, hanya karena perbedaan suku atau agama.
Dikemukakan, dengan menyadari berbagai kekurangan yang masih terdapat diberbagai bidang, serta dengan penuh syukur kepada Tuhan, Yang Maha Esa, bangsa Indonesia menyadari bahwa apa yang sudah dicapai selama ini merupakan prestasi yang besar.
Rasa syukur tadi terasa makin besar lagi jika menyaksikan masih ada sejumlah bangsa yang dewasa ini masih bergulat hebat mengenai masalah dasar dan tujuan nasional yang hendak dicapainya, beberapa diantaranya bahkan telah terpecah-pecah menjadi negara-negara yang lebih kecil.
“Semuanya itu membuat kita makin menghargai persatuan dan kesatuan bangsa, karena itu persatuan dan kesatuan dari bangsa kita yang majemuk itu perlu terus dipelihara dan dikembangkan secara dinamis, untuk kemudian didayungkan sebagai sarana dalam membangun masa depan yang kita dambakan,” kata Presiden
Kepala Negara mengatakan, dewasa ini semua bangsa bergumul dengan berbagai usaha untuk meningkatkan sumber daya-insani mereka untuk menghadapi masa depan itu. Bangsa Indonesia tidak boleh ketinggalan. Ini berarti kaum mudanya harus disiapkan dan menyiapkan diri untuk meningkatkan kualitas.
“Tekad kita untuk mulai memasuki era tinggallandas ketika mulai melaksanakan pembangunan jangka panjang tahap kedua yang akan datang harus dibuktikan dengan kerja keras, tekun dan dengan kerja sama. Untuk itu kita harus meningkatkan pengetahuan dan memperluas wawasan kita, kita harus meningkatkan kemampuan dan ketrampilan kerja kita, dan kita harus meningkatkan disiplin dan integritas.
Zaman Berbeda
Sebagai generasi yang akan meneruskan perjuangan mewujudkan cita-cita membangun Indonesia, kata Presiden lebih lanjut, kaum muda harus benar-benar mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Tantangan dimasa depan tidak kalah besar dibanding dengan tantangan yang dihadapi generasi-generasi dahulu.
Diingatkan, kaum muda akan hidup dalam zaman yang sangat berbeda dengan dunia yang sekarang, Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang luar biasa pesatnya akan melahirkan berbagai perubahan yang belum terbayangkan sekarang.
”Namun yang pasti adalah bahwa bangsa yang tertinggal dan terbelakang dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi akan menjadi bangsa yang terbelakang,” katanya.
Menurut Presiden, menghadapi masa depan yang penuh tantangan itu dengan sadar bangsa Indonesia bertekad untuk memberi perhatian yang lebih besar pada pengembangan sumber daya insani. Sebab, bagaimanapun, pada akhirnya, kualitas manusia sendirilah yang menjadi kunci kemajuan.
Sumber Inspirasi
Untuk itu, demikian Presiden lebih lanjut, perjuangan dan wawasan para pendahulu, pencetus Sumpah Pemuda, merupakan sumber inspirasi yang tidak pemah akan kering.
“Kita harus belajar dari semangat perjuangan, tradisi kepeloporan dan keberanian mereka untuk melakukan terobosan sejarah demi masa depan bangsanya,” ujar Presiden.
Di bawah cengkeraman pemerintah Kolonial dengan kekuasaannya yang masih kukuh di kala pemuda-pemuda Indonesia terpecah belah dalam berbagai organisasi yang bersifat kesukuan pada saat itu mereka melakukan tindakan yang sangat monumental dalam sejarah bangsa.
Hal ini, menurut Kepala Negara, menunjukkan mereka mempunyai kearifan sejarah yang membuat mereka mampu membaca tanda-tanda zaman, sehingga secara tepat mereka mampu menentukan arah perjalanan bangsa ke masa depan.
Yang harus dilakukan oleh kaum muda Indonesia adalah meneruskan perjuangan mengisi kemerdekaan dengan pembangunan. Untuk itu, kaum muda harus mampu menggali kekuatan-kekuatan yang dimiliki untuk menjawab tantangan-tantangan pembangunan dan tantangan-tantangan masa depan.
Penghargaan
Menpora Akbar Tanjung dalam laporannya mengatakan peringatan di Istora dihadiri oleh para Pemuda Indonesia berjumlah 9.500 orang, yang terdiri dari peserta Aubade 2.000 orang, KNPI, Karangtaruna, Pramuka, Pelajar,Mahasiswa, pimpinan dan anggota organisasi-organisasi kemasyarakatan pemuda.
Hadir pula Pemuda Pelopor sejak 1985 sebanyak 44 orang, Sarjana Penggerak Pembangunan Pedesaan (SP3) 54 orang yang mewakili 3.100 anggota SP3 yang tersebar di seluruh Indonesia, 27 orang Tenaga Kerja Sukarela Terdidik (TKST) Depnaker yang mewakili 7.800 TKST se-Indonesia, 69 peserta Penataran Bela Negara Tingkat Nasional bagi Pemuda Angkatan I tahun 1992.
Menurut Menpora, peringatan Hari Sumpah Pemuda tahun ini diselenggarakan menjelang SU MPR 93 dan saat bangsa Indonesia menyongsong PJPT II. Atas dasar itulah, tema peringatan adalah “Dengan semangat Sumpah Pemuda kita tingkatkan peran serta pemuda dalam menyuk seskan Sidang Umum MPR 1993 dan menyongsong Era Kebangkitan Nasional II. Dalam kesempatan itu Presiden Soeharto menyerahkan penghargaan kepada pemuda pelopor, sarjana penggerak pembangunan di pedesaan teladan, dan tenaga sukarela terdidik teladan.
Mereka yang menerima penghargaan itu, untuk pemuda pelopor Muhadi Setia Budi (31) dari Bulakamba, Jateng; Sukatno (33) dari Trenggalek, Jatim Achmad Dahlan ED (31) dari Cirebon, Jabar Dra Siti Rahmasiah (30) dari Wajo , Sulsel. Mereka berempat menjadi pelopor pencipta lapangan kerja.
Kemudian Azri SMAK (30) dari Medan, Sumut sebagai pelopor pembangunan koperasi; Drs. Ganda Suganda (34) dari Bandung, Jabar, pelopor kepariwisataan, Murdiman (29) dari Kulon Progo, Yogyakarta, pelopor lingkungan hidup dan Eugenio Gomes da Silva (31) dari Ermera, Timtim sebagai pelopor pembangun pedesaan. Pemuda penggerak pembangunan pedesaan adalah Ir Jumlah (25) dari Palembang, Sumsel Ir Suyatmi (29) dan Magdang, Jateng dari Abdul Goni Roi SH dari Bengkalis, Riau.
Pemuda Tenaga Kerja Sukarela Teladan adalah Drs. Lamurta Casuna (27) dari Halmahera, Maluku, Dahzon Nizar, SH, (27) dari Baiyit, Lampung, dan Ir. Birma Siregar (31) dari Tapanuli Selatan, Sumut.
Sumber : SUARAKARYA (29/10/1992)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 349-351.