Presiden : TAK PERLU BANTUAN LN KALAU DIAKAITKAN DENGAN TIMTIM

Presiden : TAK PERLU BANTUAN LN KALAU DIAKAITKAN DENGAN TIMTIM

 

 

Jakarta, Suara Pembaruan

Presiden Soeharto mengatakan, Indonesia akan tetap berprinsip menerima bantuan luar negeri tanpa syarat politik. “Kalau ada syarat politik sama sekali tidak akan kita terima. Kalau mau memberikan lagi bantuan dengan persyaratan Timor Timur harus demikian, ya tidak Karena itu melanggar daripada prinsip-prinsip kita.”

Ini dikemukakan Presiden Soeharto Rabu malam dalam pesawat Garuda DC-10, menjelang mendarat di bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, setelah mengakhiri lawatan ke lima negara di Amerika Latin dan Afrika, dan menghadiri dua konferensi tingkat tinggi, masing-masing KTT Kelompok 15 di Caracas, Venezuela dan KTT VI Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Dakar, Senegal. Kepala Negara menyebutkan kunjungan ini sebagai yang paling lama yang pernah dilakukannya. Dimulai sejak 19November yang lalu.

Komentar Kepala Negara itu dinyatakan pada akhir keterangannya kepada para wartawan yang menyertai kunjungannya, setelah ia menjelaskan hasil-hasil yang dicapai selama lawatan itu. Ia menjelaskan khusus mengenai Timor Timur, setelah mendapat laporan akan sikap beberapa negara Barat yang menyatakan akan mengaitkan bantuan mereka pada masa mendatang dengan peristiwa di propinsi itu.

“Kalau mereka tidak lagi memberikan bantuan, kembalilah kita pada prinsip kita, kita harus sanggup (membangun) dengan kemampuan sendiri. Bantuan dari luar itu pelengkap, apalagi kita akan memasuki era tinggal landas, yaitu melanjutkan, meningkatkan pembangunan dengan kemampuan sendiri”.

“Berarti sebetulnya, kalau mereka tidak mau membantu, yah, terserah, kalau itu kehendak mereka. Tetapi bukan  berarti lantas kita menyerah. Kita tetap ingin memegang prinsip hidup berdampingan secara damai, menghormati kedaulatan masing-masing, tidak mencampuri urusan dalam negeri masing-masing, dan ketja sama yang saling menguntungkan”.

Presiden Soeharto sebelurnnya mengemukakan bahwa demikian kepentingan nasional, ia telah pula memanfaatkan kunjungan itu untuk menjelaskan kejadian di Timor Timur tanggal 12 November, seminggu sebelum Kepala Negara memulai kunjungan kelima negara tersebut.

 

Tidak Terganggu

Dilihat dari segi keamanan, katanya, peristiwa Timor Timur itu tidak menimbulkan gangguan. Timor Timur juga tidak terganggu, karena bisa dikontrol. “Tetapi pemberitaan di luar negeri luar biasa. Sampai akan mengkaitkan sanksi dan sebagainya. Dan akan menjadi masalah di PBB….”

Penjelasan atas insiden itu disampaikan Kepala Negara kepada kepala-kepala pemilihan yang melakukan kunjungan kehormatan, di antaranya Presiden Guinea­ Bissau Jaco Bomado Viciero yang negaranya adalah bekas jajahan Portugal. “Saya beberkan semuanya kepada mereka,” kata Kepala Negara, termasuk menunjukkan peta di mana Indonesia terletak dan di mana Timor Timur. “Pulau kecil Timor itu saya tunjukkan, setengahnya itu Timor-Timur. Semuajadi ketawa,” kataPresiden Soeharto.

Kepala Negara mengatakan, kunjungan-kunjungan kenegaraan yang dilakukannya ke Zimbabwe dan Tanzania adalah dalam rangka mempererat persahabatan dan saling pengertian. Kedua negara itu, menurut Kepala Negara mempunyai pengaruh yang besar terhadap Afrika secara keseluruhan, termasuk Afrika Selatan.

Kunjungan ke Mexico juga demikian, karena negara itu mempunyai pengaruh yang cukup besar walaupun sedang menghadapi masalah utang. Mexico kini merencanakan kerja sama ekonomi dengan Amerika dan Kanada.

Presiden Soeharto mengatakan, kunjungannya kelima negara itu juga digunakan untuk melakukan conditioning dalam rangka tugas berat melaksanakan KTT Nonblok tahun depan di Indonesia. Setidak-tidaknya sudah bisa meng-approach 15 negara dalam Kelompok 15 dan 43 negara yang merupakan anggota OKI.

 

Kepercayaan

“Ini merupakan tugas yang besar. Kepercayaan dari dunia terhadap bangsa Indonesia, tentu tidak hanya menjadi tanggungjawab pemerintah, tetapi tanggung jawab dari seluruh warga negara Indonesia untuk turut serta mensukseskan KTT ini,” kata Kepala Negara.

Yang menjadi soal tidak hanya mengenai konferensinya saja, tetapi juga karena timbulnya pertanyaan akibat perubahan-perubahan di dunia yang serba cepat, yang belum bisa kita tafsirkan sebelurnnya di negara-negara sosialis Blok Timur dan meredanya Perang Dingin. “Timbul pertanyaan, apakah Nonblok itu masih relevan, kalau tidak relevan untuk apa KTT”.

Indonesia mengajukan pendapat, dengan melihat lahirnya Nonblok akibat pertentangan antara Blok Barat dan Blok Timur dengan perang dinginnya. Gerakan Nonblok dilahirkan untuk mencegah terjadinya perang, sebab akibatnya dunia akan menderita, rusak, yang berarti kemiskinan dan kebodohan akan muncul. Yang akan merasakanya, tidak lain adalah negara-negara berkembang.

Ia menambahkan, perjuangan kita dan negara-negara berkembang lainnya tidak hanya untuk merdeka, tetapi juga untuk mengisi kemerdekaan. Tujuan Nonblok sebenarnya bukan hanya untuk menghindari perang, tetapi juga untuk menghindari akibat dari perang itu.

Kepala Negara pun menyimpulkan, Nonblok harus mengarahkan sasarannya pada penanggulangan kemiskinan, kemelaratan, kebodohan dan keterbelakangan.

Apakah nama Nonblok perlu diganti, itu tergantung dari KTT itu sendiri, kata Kepala Negara lagi. Semua kepala negara yang diajak berdiskusi, menurut Presiden menganggap KTT Nonblok masih relevan dan semua mereka mengatakan akan datang untuk menghadirinya.

 

KTT OKI Dan Kelompok 15

Menyinggung KTT OKI di Dakar, Kepala Negara mengatakan, Indonesia mengajukan program menyembuhkan akibat luka-luka dari Perang Teluk di antara negara-negara Arab sendiri, yaitu menyusun persatuan diantara mereka sendiri sesuai dengan ajaran Islam, yaitu uchuwah islamiyah. “Dengan cara itu, bam bisa diatasi kepentingan antara negara-negara maupun pertentangan- pertentangan dan masalah­ masalah yang sangat prinsipiI di antara mereka”.

Juga masih terganggunya keamanan di Timur Tengah karena belum selesainya pertentangan antara Israel dengan negara-negara Arab tetangganya. Kepala Negara rnengkaitkan masalah Tirnur Tengah itu dengan penyelesaian masalah Kamboja yang memerlukan kesabaran dan berbagai dialog, serta pendekatan-pendekatan persuasif.

Tentang KTT Kelornpok 15, Kepala Negara rnengatakan, sebenarnya kelompok atau grup ini tidak mewakili negara manapun juga atau blok manapun juga. Tetapi atas kesadaran, kerelaan daripada negara-negara yang (menghadiri KTT Non Blok di, Beograd, Yugoslavia) membentuk suatu kelompok yang kecil agar efisien yang bisa melakukan konsultasi dan juga mengadakan kerjasama dan memberikan pikiran­ pikiran dan rumusan-rumusan untuk rnelaksanakan, apa yang sebenarnya sudah diputuskan oleh KTT Nonblok. Kelompok kecil atau Kelompok 15 itu terbentuk dengan wakil-wakil dari benua Asia,Amerika Latin dan Afrika.

Pada KTT Kelornpok 15 itu, Indonesia memberikan partisipasinya dengan rnengusulkan beberapa proyek kerjasama antara, Selatan-Selatan yang akhirnya disetujui.

Indonesia berdasarkan pengalamannya, mengajukan kerjasama dalarn bidang pangan, keluarga berencana, dan pengelolaan utang negara-negara berkembang, serta proyek tambahan, proyek pengembangan I swadaya atau mandiri yang berkelanjutan (self-propelling  growth).

 

Program  Magang

Dalam bidang Keluarga Berencana, Indonesia melakukan program pendidikan bagi para petugas dan penyuluh lapangan. Mereka itu melakukan peninjauan secara fisik ke desa dan kota di Indonesia, termasuk di dalamnya cara penggunaan alat kontrasepsi yang sudah dihasilkan Indonesia.

Dalam program pengelolaan utang, Indonesia menyampaikan pengalamannya, sehingga mampu memenuhi kewajibannya mengembalikan utangnya, atau rnenyelesaikannya lewat lembaga-lembaga keuangan dunia.

Menyangkut proyek swadaya atau mandiri yang berkelanjutan, Kepala Negara mengatakan, sasarannya adalah pengusaha kecil dan lemah, sehingga mempunyai kemantapan usaha dan mampu mandiri. “Inilah pengalaman kita dalam program ayah angkat anak angkat dalam program mengalihkan sahamnya kepada koperasi dan sebagainya”. Program ini juga diterima. Dan menurut Presiden, tinggal ditawarkan kepada negara-negara berkembang dalam rangka kerja sama teknik antara Indonesia dengan negara-negara berkembang lainnya.

“Kita ini menerima bantuan, tetapi toh sudah mulai membantu negara-negara lain”, Kata Kepala Negara menyinggung program itu. “Dari Tanzania”, kata Kepala Negara memberikan contoh, “sudah 127 orang yang menikmati kerja sama teknik dengan Indonesia. Di samping itu Malaysia menawarkan pembentukan pusat data dan informasi yang akan dapat dimanfaatkan oleh semua anggota. (SA)

 

Sumber : SUARA PEMBARUAN (12/12/l991)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 393-397.

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.