PRESIDEN: TANGKAPLAH SEMANGAT “FASTABIQUL KHAIRAT”

PRESIDEN: TANGKAPLAH SEMANGAT “FASTABIQUL

KHAIRAT”[1]

 

Jakarta, Antara

Presiden Soeharto mengingatkan agar jajaran Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) menangkap semangat “Fastabiqul Khairat” (Berlomba-lomba dalam kebaikan, Red) sehingga HMI dapat terus menyumbangkan tenaga perintisnya untuk menyongsong kumn PJP II.

Kepala Negara pada sambutan pembukaan Kongres XX HMl, di Istana Negara, Jakarta, Sabtu menambahkan, dalam babak baru ini, pembangunan nasional mengandalkan prakarsa dan kreativitas masyarakat. Peran pemerintah dalam kurun baru pembangunan nasional sekarang adalah dalam bidang yang lebih strategis khususnya dalam penciptaan kondisi dan peluang utuk mendukung dan mengayomi kekuatan pembangunan, kata Kepala Negara. Presiden menegaskan, agama Islam memberikan peluang yang besar bagi umatnya untuk berkiprah secm·a aktif dalam bidang ekonomi. “Jangan kita lupakan bahwa dalam usia mudanya, Nabi Muhammad SAW adalah seorang pengusaha yang jujur dan berhasil,” tegas Kepala Negara.

Nabi Muhammad SAW telah menunjukkan contoh pribadi bahwa berusaha dan mencari keunhmgan secara wajar adalah halal. Dmi contoh pribadi junjungan Nabi itu, semua pihak dapat mengembangkan etika bisnis rakyat di masa mendatang khususnya bagi mereka yang menganut agama Islam. Kepala Negara mengatakan, sebagai bangsa pejuang, bangsa Indonesia telah terbiasa menghadapi tantangan. Selama seperempat abad PJP I, bangsa Indonesia telah membuktikan kemampuannya mengubah nasibnya secara berencana dan terkendali. Sekarang ini, bangsa  Indonesia  siap menyingsingkan  lengan baju untuk menggerakkan seluruh tubuh kita sebagai bangsa untuk menyambut babak baru pembangunan nasional ini,” kata Kepala Negara. Presiden Soeharto mengingatkan kembali bahwa sikap bangsa Indonesia terhadap perubahan zaman sudahjelas. Bangsa Indonesia menyerap nilai baru yang diperlukan untuk memajukan bangsa. “Kita menolak hal-hal yang berpengaruh negatif terhadap jatidiri kita sebagai bangsa,” kata Presiden. Bangsa Indonesia tidak begitu saja menerima seluruh hal yang baru namun tidak pula menolak begitu saja hal yang berbeda. “Secara sadar dan terencana, kita perlu memilah-milah hal yang baik yang akan k:ita ambil dan hal yang buruk yang akan kita cegah, tolak dan tangkal,” demikian Kepala Negara. Kongres XX HMI itu diselenggarakan di Surabaya, 21-29 Januari 1995. Menurut rencana Kongres akan ditutup Wapres Try Sutrisno. Kongres HMI yang diikuti sekitar 1.500 peserta itu untuk pertama kali dibuka Presiden  Soeharto. (T.EU03/B/PU03 /21/01/95  13:32/rul/14:47

Sumber: ANTARA (28/01/1995)

_______________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 475-476.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.