PRESIDEN TEGASKAN:  KEMANDIRIAN DI BIDANG INDUSTRI DIMUNGKINKAN

PRESIDEN TEGASKAN:  KEMANDIRIAN DI BIDANG INDUSTRI DIMUNGKINKAN

Jakarta, Pelita

Bangsa Indonesia di masa mendatang, diharapkan dapat menangani sendiri pembangunan industri pupuk urea dan TSP, mulai rancang bangun dan perekayasaan, manajemen konstruksi serta pelaksanaan operasi pabrik.

Penegasan ini dikemukakan Presiden Soeharto saat Menteri Perindustrian Ir. Hartarto menghadap Presiden di Istana Merdeka, kemarin.

Dikatakan, kemandirian dalam bidang industri dimungkinkan, karena, Indonesia telah mampu mengembangkan kemampuan perangkat lunak untuk melaksanakan program tersebut. Hal ini diperlihatkan dengan adanya ahli-ahli di PT Petrokimia Gresik dan PT Rekayasa Industri.

Pembangunan industri ini akan mendorong pertumbuhan industri mesin dan peralatan pabrik dalam negeri. Pelaksanaannya sendiri, akan menghemat biaya ± 15-30 persen lebih rendah dari bila dilakukan kontraktor asing. Di samping lebih mendorong kemandirian dalam proses industrialisasi itu sendiri.

Sementara itu Menperin melaporkan, penguasaan tehnologi di bidang industri semakin meningkat. Selain itu, meningkat pula pelaksanaan pembangunan industri kunci dengan tehnologi canggih.

Penguasaan tehnologi dalam rancang bangun dan perekayasaan, kekuatan inti di Indonesia, berpusat pada kemampuan industri pengolahan. Dimana kemampuan ini dikembangkan oleh para Insinyur di perusahaan Badan Usaha Milik Negara maupun di sektor swasta. Dan untuk lebih meningkatkan pengembangannya, ditempuh pembelian lisensi atau dengan cara adaptasi.

Peningkatan kemampuan rancang bangun dan perekayasaan ini, terlihat dalam kemampuan Indonesia membangun pabrik pupuk amonia, urea dengan kapasitas 570 ribu ton I tahun, pabrik TSP dengan kapasitas 500 ribu ton I tahun. Selain itu, telah dibangun pula, pabrik pupuk ZA dengan kapasitas 250 ribu ton I tahun yang dilakukan PT Petrokimia Gresik. Pabrik semen dengan kapasitas 500 ribu ton I tahun yang dilakukan PT Semen Gresik, PT Semen Padang, PT Semen Tonasa. Pabrik asam forminat dengan kapasitas 10 ribu ton I tahun, dilakukan oleh Pupuk Kujang dan pabrik Pemurnian asam fostat dengan kapasitas 60 ton I tahun, oleh PT Pupuk Kujang pula.

Trio Subuh

Selain itu, Hartarto juga melaporkan, Trio Subuh (Menteri Sudomo, Menteri Bustanil Arifin, dan Menteri Hartarto) kembali akan membuka 25 proyek industri dan 84 koperasi industri kecil dan kerajinan (Kopinkra) , tanggal 15 Oktober di Yogyakarta.

Proyek industri yang akan diresmikan itu keseluruhannya dilaksanakan swasta, dengan jumJah investasi Rp 36,841 miliar lebih dan menyerap tenaga kerja 5.372 orang.

Sedang Kopinkranya, bergerak di bidang industri sandang dan kulit,pangan ,kimia dan bahan bangunan, logam serta kerajinan umum, dengan jumlah anggota sebanyak 3.438 unit serta menyerap 17.254 tenaga kerja.

Dalam kesempatan kunjungan kerja itu, diadakan pula temu muka dengan pengusaha industri, staf pemerintah daerah serta instansi pemerintah, yang terkait di dalam usaha pengembangan industri, dan meningkatkan program ekspor.

Tanggal 16 Oktober, ketiga Menteri akan menghadiri pula Seminar Industrialisasi yang diselenggarakan Pusat Antar Universitas (PAU) UGM Yogyakarta. Seminar yang berlangsung dua hari, diharapkan akan memberikan masukan yang positif dalam pembinaan dan pengembangan industri nasional.

Sumber : PELITA (15/10/1987)

 

 

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 558-559

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.