PRESIDEN TERIMA PESERTA RAKER LKBN ANTARA B.M. Diah: Indonesia Harus Perjuangkan Tempat “Di Bawah Matahari”
Jakarta, Merdeka
Presiden Soeharto menegaskan profesionalisme di bidang pers dan jurnalistik harus tetap diarahkan kepada kelancaran dan kebaikan pembangunan bangsa. Ini berarti bahwa semangat, wama, jenis dan cara pemberitaan harus pula diukur dari kegunaannya bagi pembangunan bangsa.
“Ini juga mengandung arti bahwa berita dan cara-cara pemberitaan perlu mempertimbangkan segi-segi etik dan moral sebagai unsur yang penting dalam pembangunan nasional kita,” kata Kepala Negara ketika menerima para peserta Rapat Kerja Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara, yang diselenggarakan dalam menyambut peringatan 50 tahun Antara, Bina Graha, Kamis.
Presiden mengemukakan, dalam zaman serba maju sekarang profesionalisme memang merupakan syarat mutlak. Namun profesionalisme saja tidak pemah akan cukup.
Profesionalisme harus tetap diarahkan oleh wawasan yang benar dan idealisme yang luhur. Tanpa itu profesionalisme dapat kehilangan arahnya bagi kebaikan man usia, dan dapat merendahkan martabat manusia.
Sebagai media informasi, demikian Presiden Antara mempunyai peranan yang sangat diperlukan dalam rangka mencerdaskan bangsa. Sebab hanya dengan informasi yang benar dan cukup wawasan dan cakrawala pemikiran masyarakat akan makin luas.
“Hal ini dengan sendirinya akan membuat masyarakat kita makin sadar pentingnya pembangunan bangsa kita. Sebab, kita hidup di tengah-tengah dunia yang bergerak cepat. di tengah-tengah masyarakat antar bangsa yang berlomba mengejar kemajuan,” tuturnya.
Menurut Kepala Negara, kesadaran masyarakat dalam membangun masa depannya, merupakan syarat mutlak keberhasilan pembangunan bangsa. Karena tanpa kesadaran masyarakat untuk membangun diri maka pembangunan nasional yang terus digiatkan itu akan mengalami hambatan.
Oleh karena itu, Presiden mengharapkan agar segenap jajaran Antara khususnya dan media masa pada umumnya, untuk meningkatkan kesadaran tentang tanggungjawab mereka terhadap kepentingan dan kemajuan masyarakat dan bangsa.
“Berilah masyarakat kita informasi yang sebanyak banyaknya dan setepattepatnya, tetapi bukan demi informasi itu sendiri melainkan demi kemajuan masyarakat dan bangsa. Di sinilah letak tanggungjawab saudara-saudara yang bergerak dalam bidang media massa,” kata Presiden Soeharto.
Menteri Muda Sekretaris Kabinet (Meseskab) Moerdiono selaku Ketua Dewan Pembimbing Antara dalam sambutannya menjelaskan tentang kelahiran Antara 50 tahun yang lalu yang hanya memiliki 5 karyawan yang antara lain mencari berita, membuat, mencetak sekaligus menyebarkan berita.
“Hal itu mencerminkan watak Antara yang sebagai kantor berita perjuangan yang lahir di tengah-tengah penjajahan,” katanya.
Dikemukakan juga, sebagai kantor berita nasional yang vital dalam arus informasi, Antara pernah diincar oleh kekuatan-kekuatan anti Pancasila.
Menjelang pemberontak PKI yang kedua pada akhir tahun 1965, Antara nyaris dikuasai oleh kaum komunis. Tapi berkat kewaspadaan wartawan dan karyawan Antara sendiri yang setia kepada Pancasila, dan bersama-sama ABRI, usaha-usaha mengkomuniskan Antara dapat digagalkan.
Perjuangan Tempat
Sementara itu, tokoh pers Indonesia B.M. Diah dalam ceramahnya mengawali rapat kerja LKBN Antara itu mengatakan, Antara sebuah kantor berita nasional yang diharapkan dapat mengembangkan hubungan bangsa mempunyai dua aspek tugas.
Tugas pertama, mana Antara mampu memperkenalkan Indonesia pada dunia luar, sedang aspek lainnya bagairnana dunia luar dapat diperkenalkan kepada Indonesia.
“Dalam tatanan dunia baru dimana negara-negara seperti Indonesia memperjuangkan tempat dibawah” matahari, hanya akan terwujud jika realistik menghendakinya.
Usaha mulia Antara mengembangkan hubungan antar bangsa selama ini ternyata diperhadapkan pada kondisi dunia yang berbelah belah dimana dunia hendak menghendaki dunia berkembang mengatasi tempatnya ia ingin menguasai termasuk melalui sarana informasi.
Kepada Antara yang dalam usia 50 tahun dimana telah mampu tampil dalam teknologi perangkat keras yang memadai. Diah yang bekas Menpen dan Dubes RI di beberapa negara itu mengisyaratkan segera dapat menyusun konsep perluasan jaringan untuk dapat menyaingi cara-cara mempengaruhi dunia yang kini dikuasai dunia maju.
Dalam ceramahnya berjudul “Peranan Kantor Berita Antara” dalam memberikan dan mengembangkan Hubungan Antara Bangsa. Diah mengatakan aset tugas pertama mengembangkan hubungan antar bangsa ini tidak mudah. Selain membutuhkan perangkat keras, juga perlu perangkat lunak yang dapat diandalkan, berikut dana yang besar, sikap mental yang tangguh, pengetahuan luas dan kehendak politik yang mampu dilahirkan.
Untuk pekerjaan ini maka apa yang terjadi di Indonesia seyogianya lebih dahulu disiarkan oleh Antara. “Ini suatu kemestian dan syarat agar tugas Antara berhasil,” katanya sambil mengutip sebuah motto kantor berita asing tempo dulu “vitesse, vitesse” yang artinya “cepat, cepat”.
Tentang aspek kedua, bagaimana seharusnya Antara memperkenalkan dunia luar kepada Indonesia, B.M. Diah dalam ceramahnya di depan 30 kepala biro Antara se-Indonesia dan luar negeri selaku peserta Raker itu mengatakan, kita merasa tidak adil karena dengan keunggulan teknologi dan keahlian pengelolaan dunia maju, bangsa-bangsa berkembang seperti Indonesia hanya kebanjiran berjuta kata yang justeru menghancurkan, mengecilkan dan bahkan meniadakan usaha dan citra bangsa dunia ketiga yang berjuang untuk dapat diakui dunia luar.
Syarat untuk mengembangkan hubungan antar bangsa itu tidak akan mudah diterima begitu saja karena masa dan Iuasnya mesin-mesin informasi dan propaganda dunia maju mempengaruhi cara berfikir bangsa bersangkutan sangat dominan.
Karena itu, katanya memberi dorongan Antara harus mampu bekerja lebih aktif, gesit dan tepat dengan dilandasi kecanggihan peralatan dan pengetahuan tinggi sehingga dunia luar memungkinkan dapat melihat Indonesia dengan kacamata lain.
Pada ceramah yang berlangsung di Ruang Udayana Wisma Antara Jakarta itu, B.M. Diah juga mengungkapkan selintas liku-liku sejarah hingga Antara sebagai kantor berita perjuangan lahir setengah abad yang lalu.
Antara didirikan 13 Desember 1937,delapan tahun sebelum Indonesia merdeka dari penjajahan Belanda, oleh beberapa orang pemuda terutama R.M.Soemanang, Sipahutar, Adam Malik dan Pandoe Kartawigoena.
Berita tentang Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 dulu disiarkan oleh Antara ke seluruh dunia dengan menggunakan kode-kode morse oleh markonis dan konon dapat ditangkap di Sanfransisko, Amerika Serikat.
Pimpinan LKBN Antara, Handjojo Nitimihardjo dalam laporannya kepada Presiden mengungkapkan, bahwa Antara kini memiliki biro di setiap propinsi dan tiga biro di luar negeri yaitu di Kuala Lumpur, Tokyo dan Hamburg. Dengan 505 karyawan, termasuk 211 wartawan.
Sumber: MERDEKA (11/12/1987)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 755-757