PRESIDEN TERIMA UTUSAN KHUSUS SADDAM HUSSEIN
Jakarta, Antara
Presiden Soeharto Rabu menerima Hisham Tabaqchali, utusan khusus Presiden Saddam Hussein dari Irak, yang menjelaskan perkembangan terakhir perundingan damai antara Irak dan Iran di bawah pengawasan PBB.
“Saat ini posisi yang diambil Irak mengarah ke upaya mencapai penyelesaian secara damai dalam pertikaian kami dengan Iran, dalam rangka menuju perdamaian abadi dan kestabilan di kawasan Teluk,” kata Tabaqchali kepada wartawan setelah ia diterima Presiden di Bina Graha Jakarta.
Ia tidak mengungkapkan lebih terperinci isi penjelasannya kepada Presiden Soeharto. Dalam pertemuan setengah jam itu tamu dari Irak tersebut didampingi Dubes Abdul Hamid Al-Habba serta Menlu Ali Alatas.
Sementara itu berita dari Markas Besar PBB di New York menyebutkan bahwa Irak hari Selasa mengumumkan kesediaan untuk bertukar tawanan perang dengan Iran, sebagai salah satu sisi dari upaya penyelesaian secara damai kedua negara bertetangga yang telah berperang selama delapan tahun terakhir ini.
Irak memberitahu Komisi Palang Merah Internasional (ICRC) dan PBB tentang keputusannya itu. Dewasa ini tercatat ada sekitar 105 ribu tawanan perang, 70.000 orang Irak dan 35.000 orang Iran, ditawan di kedua negara tersebut.
Perang Iran-Irak mulai berkobar September 1980, setelah timbul sengketa menyangkut wilayah Shat-El Arab yang membatasi kedua negara.
Repatriasi tawanan perang merupakan salah satu ketentuan utama dalam resolusi Dewan Keamanan PBB no. 598, yang menyerukan gencatan senjata serta penyelesaian menyeluruh perang berkepanjangan itu.
Dalam pada itu Iran hari Selasa mengatakan tidak akan membolehkan pembersihan terusan Shat El Arab yang disengketakan sampai Irak setuju membagi kedaulatan atas terusan itu dan menarik pasukannya ke garis perbatasan internasional.
Sikap Iran itu dikemukakan Menlu Ali Akbar Velayati yang disiarkan Radio Teheran dan dipantau di Manama.
Velayati menyebutkan, Iran menyetujui rencana perdamaian PBB empat pasal yang menetapkan penarikan pasukan ke garis perbatasan sebagaimana ditetapkan Persetujuan Aljir 1975.
“Ini akan disusul dengan penghentian pencegatan kapal-kapal Irak di Selat Hormuz oleh Iran, pertukaran tawanan perang dan dimulainya operasi pembersihan Shat-El Arab yang panjangnya 220 km itu di bawah pengawasan PBB,” kata Velayati sebagaimana dikutip kantor berita DPA.
…
Jakarta, ANTARA
Sumber : ANTARA (19/10/1988)
…
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 187-188.