PRESIDEN: TERUS KENDALIKAN INFLASI

PRESIDEN: TERUS KENDALIKAN INFLASI[1]

 

Jakarta, Antara

Presiden Soeharto memerintahkan para menteri dan pejabat di bidang ekonomi dan keuangan untuk terus menekan angka inflasi serta semakin memperlancar arus barang ke konsumen.

Ketika menjelaskan hasil Sidang Kabinet Terbatas Bidang Ekku, Wasbang dan Indag di Bina Graha Rabu yang dipimpin Kepala Negara, Menpen Harmoko menjelaskan kepada pers bahwa inflasi bulan Mei adalah 0,14 persen. “Pengendalian inflasi harus terns dilakukan meski pada bulan Mei adalah 0,14 persen dibanding bulan April 0,15 persen,” kata Harrnoko. Inflasi selama tahun takwirn 1993 telah mencapai 6,76 persen dan tahun anggaran 1993/94 0,29 persen.

Inflasi bulan Mei ini terjadi akibat kenaikan indeks kelompok perumahan 0,87 persen, aneka barang dan jasa 0,17 persen, sandang 0,56 persen.  Sementara itu, indeks kelompok makanan dan minuman turun 0 ,66persen karena harga beras turun dari rata-rata Rp 589,37/kg menjadi Rp 582,24 /kg.

Inflasi selama tiga bulan pertama tahun ini cukup tinggi karena kenaikan harga BBM serta lonjakan harga berbagai kebutuhan pokok memasuki bulan Puasa dan Idul Fitri. Pemerintah mengharapkan inflasi tetap dibawah sepuluh persen tahun 93.

“Presiden juga memerintahkan agar para pejabat melakukan cek dan recek terhadap pengadaan dan distribusi barang sehingga berbagai barang kebutuhan rakyat harus dekat dengan rakyat,” kata Harmoko mengutip Presiden.

Pada sidang yang dihadiri wakil Presiden Try Sutrisno, Menhankam Edi Sudradjat, dibahas pula jumlah uang beredar yang hingga bulan Maret mencapai Rp 30,592 triliun.

Surplus, Neraca Perdagangan

Menpen Harrnoko mengatakan, pada sidang yang berlangsung satu setengah jam itu dibahas pula tentang perkembangan neraca perdagangan yang menggambarkan kegiatan ekspor dan impor selama periode tertentu. Ekspor selama bulan Maret mencapai 2,997 miliar dolar AS dibanding impor 2,189 miliar dolar AS sehingga Indonesia menikmati surplus 807,5 juta dolar AS. Khusus mengenai perdagangan lndonesia-RR Cina, Kepala Negara menyetujui usul Menteri Perdagangan Satrio Budihardjo Joedono bagi penempatan seorang atase perdagangan di negara itu.

Harmoko menjelaskan, pada sidang ini dibahas pula ekspor hasil industri seperti pupuk yang selama periode Januari-April tahun 1993 mencapai 54,9 juta dolar AS. Selama periode itu, ekspor semen mencapai 26,9 juta dolar AS, kertas dan pulp 119 juta dolar AS, serta besi baja 73 juta dolar AS. Ketika mengomentari sektor industri, Presiden minta Menteri Perindustrian Tunky Ariwibowo untuk mengamankan proses produksi serta alat-alat produksi. Menurut Harmoko, instruksi itu dikeluarkan karena banyak pabrik yang alat­ alatnya sudah dipakai selama 25 tahun. Setelah mendengar laporan mengenai pencetakan sawah dan peningkatan produksi gula, Presiden minta pejabat terkait melakukan koordinasi sebaik-baiknya, misalnya Mendagri Yogie SM, Menteri Negara Urusan Pangan/ Kepala Bulog Ibrahim Hassan, serta Menteri Koperasi/ Pembinaan Pengusaha Kecil Subiakto Tjakrawerdaya. (T-EU02/EU05/ 2/06/93 14:13)

Sumber: ANTARA(02/06/1993)

_________________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 456-457.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.