PRESIDEN: TERUS PANTAU HARGA LEMAK, BUMBU DAN BERAS

PRESIDEN: TERUS PANTAU HARGA LEMAK, BUMBU DAN BERAS[1]

 

Jakarta, Antara

Presiden Soeharto memerintahkan Menteri Negara Urusan Pangan Ibrahim Hassan untuk memantau secara terus-menerus harga lemak, karena komoditi itu telah mengakibatkan tingginya intlasi. Ketika menjelaskan hasil Sidang Kabinet Terbatas Bidang Ekku, Wasbang dan Indag di Bina Graha, Rabu, Menpen Harmoko mengatakan kepada pers bahwa indeks harga komoditi lemak dan minyak naik 5,92 persen, bumbu 4,68 persen, sayur 1,91 persen, serta padi 0,28 persen. Kepala Negara pada sidang yang dihadiri pula Wapres Try Sutrisno memerintahkan pula Menko Indag Hartarto untuk memantau pula harga berbagai komoditi dengan melakukan koordinasi dengan Mendag, Mentan, serta Menhub.

“Cari penyebab kenaikan harga-harga itu apakah karena produksi, atau angkutannya,” kata Harmoko mengutip ucapan Presiden yang berulang kali menekankan perlunya upaya sungguh-sungguh mengendalikan inflasi.

Inflasi bulan Mei mencapai 0,52 persen, lebih tinggi dibanding bulan April 0,24 persen, bahkan bulan Mei tahun 1993 sebesar 0,14 persen. Dengan in:tlasi 0,52 persen itu maka selama tahun takwim 1994, angka ini mencapai 4,47 persen.

Makanan dan Minuman

Menurut Menpen, kenaikan inflasi itu terjadi akibat kenaikan indeks kelompok makanan dan minuman 1,05 persen, perumahan 0,42 persen, aneka barang dan jasa 0,11 persen, serta sandang 0,06 persen. Harga beras medium pada bulan Mei rata-rata mencapai Rp612,24 /kg yang lebih tinggi 0,2 persen dibanding bulan  April Rp 610,63. Sementara itu, jumlah uang yang beredar hingga April 1994 adalah Rp38,544 triliun. Menpen menyebutkan pula ekspor komoditi nonmigas pada bulan Maret 1994 mencapai 3,004 miliar dolar AS dibanding impor sebanyak 2,513 miliar dolar sehingga tercapai surplus 490 dolar AS. Ekspor Indonesia antara lain ditujukan ke Jepang, Belanda,Arab Saudi, Persatuan Emirat Arab/UAE serta Belgia dan Luksemburg. Ia menyebutkan pula sidang membahas harga kertas koran. Kapasitas dua pabrik di tanah air adalah 252.200 ton/tahun dibandingkan dengan kebutuhan 168.000 ton. “Sidang  memutuskan harga kertas koran ini sebesar Rp 1.160/kg akan dipertahankan hingga bulan Agustus,” kata Harmoko. Sidang juga membahas kebutuhan dan produksi semen, yang kapasitas produksinya tahun ini 21,3 juta ton dibanding konsumsi 20,9 juta ton. Karena itu dipandang perlu dilakukan perluasan pabrik. Menurut Harmoko, pada sidang juga dibahas penyakit ngorok pada sapi dan kerbau yang terjadi di Kabupaten Indragiri Hulu, Riau. Pemerintah akan mengambil tindakan agar penyakit ini tidak meluas.(T/Eu02/EU08/ l/06/9415:10/RB2)

Sumber: ANTARA(Ol/06/1994)

_____________________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 266-267.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.