PRESIDEN : TETAP DIPERLUKAN KOREKSI ARAH PEMBANGUNAN[1]
Bogor, Kompas
Presiden Soeharto saat meresmikan Monumen dan Museum Peta (Pembela Tanah Air) di Bogor Senin (18/12) menegaskan, sekalipun arah pembangunan sudah tepat, namun rangkaian koreksi dari waktu ke waktu masih tetap diperlukan.
“Yang penting, marilah kita melaksanakan seluruhnya itu dalam kerangka semangat persatuan dan melalui lembaga negara kebangsaan yang telah kita bangun dengan susah payah selama ini.” kata Presiden.
Menurut Kepala Negara menambahkan bahwa segala kekurangan dan keterbatasan masih ada.
Pada upacara yang juga dihadiri Ny. Tien Soeharto, Wakil Presiden Try Sutrisno, mantan Wakil Presiden Umar Wirahadikusumah, Pangab Jenderal TNI Feisal Tanjung, Presiden mengatakan, tumpuan untuk memasuki masa depan adalah penguasaan ilmu dan teknologi. Namun, penguasaan pengetahuan dan teknologi saja tidak akan cukup.
“Yang jauh lebih sulit adalah mengembangkan watak dan kebiasaan yang dibutuhkan agar bangsa kita mampu membangun di tengah-tengah dunia yang berubah dengan pesat. Dan, bersama itu mempertahankan jati diri kita sebagai bangsa.” kata Kepala Negara.
Mempertahankan jati diri sebagai bangsa, lanjut Presiden, sungguh penting. Sebab, jika tidak mampu mempertahankan jati diri, tidak mustahil akan hanyut terbawa arus perubahan dunia.
“Bangsa kita akan menjadi bangsa yang rapuh dan berbagai gejolak akan mewarnai kehidupan bangsa kita.” jelas Presiden.
Patung Sudirman
Presiden mengatakan, bangsa Indonesia adalah salah satu dari sedikit bangsa yang memperoleh kemerdekaan melalui perang dan revolusi. Kemerdekaan bangsa kita diperoleh melalui cucuran darah dan air mata bangsa kita sendiri.
“Kita bangga sebagai bangsa yang lahir berkat perjuangannya sendiri. Perjuangan itulah yang membuat bangsa kita memiliki kepribadian, memiliki harga diri dan memiliki rasa percaya diri yang kuat.” kata Presiden Soeharto.
Menurut Presiden, sejarah bangsa-bangsa juga sejarah bangsa Indonesia menunjukkan bahwa perjuangan suatu bangsa dapat berhasil, jika pemimpinnya berhasil memimpin bangsanya. Tanpa para pemimpin yang tangguh, sulit bagi suatu bangsa untuk merebut kemerdekaan serta mewujudkan cita-citanya.
“Kemerdekaan bangsa kita diperoleh melalui perang dan revolusi. Karena itu, tidak sedikit jumlah pemimpin bangsa kita yang berasal dari kalangan prajurit. Salah satu sumber pemimpin prajurit tadi adalah kader-kader Peta.” kata Presiden.
Presiden juga berharap, mudah-mudahan Monumen dan Museum Peta akan selalu mengingatkan bangsa Indonesia akan kebesaran perjuangan dan cita-cita bangsa di masa lampau.
“Mudah-mudahan pula, kesadaran itu akan terus membakar semangat dan menjadi penggerak tekad kita semua untuk melanjutkan perjuangan mengisi kemerdekaan dengan membangun masyarakat adil, makmur, dan sejahtera berdasarkan Pancasila.” kata Presiden.
Kepala Negara didampingi Ny. Tien Soeharto meresmikan patung Panglima Besar Jenderal Sudinnan. Yang juga hadir dalam peresmian itu antara lain Ketua DPR/MPR Wahono, Jenderal TNI (Purn) Sumitro, Letjen TNI (Purn) Ibrahim Adjie dan Letjen TNT (Purn) Himawan Sutanto.
Ketua Pelaksana Harian Pembangunan Monumen dan Museum Peta, Basofi Sudinnan melaporkan jumlah biaya pembangunan monumen sebesar Rp.7,7 miliar. Pihak panitia pembangunan telah berhasil menghimpun dana dari berbagai sumber, dan saat ini masih menanggung hutang Rp.2 miliar. Sementara Ketua Umum Yayasan Pembela Tanah Air (Yaipeta) Pusat, Pamoe Rahardjo melaporkan latar belakang pendirian museum dan monument Peta. (pun)
Sumber : KOMPAS (19/12/1995)
_______________________________________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 700-701.