PRESIDEN TIBA DI DAKAR
Dakar, Suara Pembaruan
Presiden Soeharto bersama rombongan tiba di Dakar, Senegal Minggu petang (8/12) waktu setempat setelah terbang selama delapan jam dari Dar Es Salaam, Tanzania. Senegal merupakan negeri terakhir yang dikunjungi Presiden Soeharto setelah Mexico, Venezuela, Zimbabwe dan Tanzarua.
Di bandar udara Yoff, Dakar, Kepala Negara Indonesia disambut oleh Presiden Senegal Abdou Disuf dan Nyonya Elisabeth Diuof, Dubes RI untuk Senegal Praijojo, serta pejabat tinggi Senegal lainnya. Demikian dilaporkan wartawan Pembaruan Moxa Nadeak dari Dakar Senin pagi.
Berlainan dengan penyambutan di negara-negara sebelumnya, begitu Kepala Negara Indonesia, Ibu Soeharto, ketiga menteri yang mengikuti kunjungan ini, menuruni tangga pesawat DC 10 Garuda, dentuman meriam yang beruntun terdengar.
Setelah itu Kepala Negara berjalan di atas landasan bandara yang tidak dilapisi permadani merah. Permadani merah baru terbentang di depan pengawal kehormatan. Setelah kedua presiden tiba di mimbar kehormatan, lagu kebangsaan kedua negara, “Indonesia Raya” dan “Pluck Your Koras” diperdengarkan. Setelah kedua lagu kebangsaan itu, dentuman meriam diteruskan.
Presiden Soeharto merupakan kepala negara ke-14 yang tiba sepanjang hari Minggu di bandara itu untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi VI Organisasi Konferensi Islam (KTT VI OKI).
Penjagaan di bandara dan di hotel amat ketat Setiap barang bawaan digeledah dengan alat detektor yang amat peka. Bungkus rokok dalam kantung celana atau kepala ikat pinggang cukup membuatnya berbunyi.
Kepala Negara dengan rombongan dilepas di bandara Dar Es Salaam oleh Presiden Tanzania Ali Hassan Mwinyi dan nyonya. Pelepasan ini tetap dimeriahkan oleh tarian-tarian rakyat yang tradisional.
Kunjungan utama Presiden Soeharto ke Senegal adalah untuk menghadiri KIT VI OKI yang akan dibuka Senin pagi (9/12). Menurut keterangan, Kepala Negara Indonesia akan menyampaikan pidatonya pada hari kedua KTT, hari Selasa (10/12).
Senegal
Senegal yang mempunyai luas 197.000 km persegi ini berbatasan di utara dengan Mauritania, timur Mali, selatan Guinea dan Guinea Portugal, dan sebelah barat Lautan Atlantik. Republik Gambia menusuk ke wilayah Senegal sepanjang 300 km, menjadi semacam enclave mengikuti Sungai Gambia, memisahkan bagian utama Senegal dati bagian selatannya, Casamance. Penduduk Senegal, menurut catatan tahun 1971 berjumlah 4 juta Ibu kotanya Dakar berpenduduk 400.000 jiwa (1969).
Republik paling barat Afrika ini, sejak lama melakukan kontak dengan Eropa dan negeri-negeri lain dari sub-Sahara Afrika. Sebelumnya Senegal merupakan jajahan Perancis, dan baru merdeka pada tahun 1960.
Selama periode kolonial, Senegal merupakan pusat perkembangan politik dan ekonomi dari Federation of French West Africa. Setelah merdeka dan menjadi republik, tetap membina kerja sama dengan negara-negara Afrika dan membina hubungan yang erat dengan Perancis serta Blok Barat. Tetapi stabilitas dan kesejahteraan Senegal berada di bawah tekanan ekonomi yang meningkat, sebab kehilangan regional primacy yang dinikmatinya di bawah pemerintahan Perancis. Penduduknya mayoritas menganut agama Islam, kemudian animisme dan Kristen (SA)
Sumber : SUARA PEMBARUAN (09/12/1991)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 351-352.