PRESIDEN TIBA KEMBALI DI TANAH AIR
Indonesia dan Bangladesh sepakat untuk meneruskan kerjasama dalam eksplorasi minyak dan gas serta kemungkinan usaha patungan di bidang lainnya yang menguntungkan bagi kedua negara.
Hal itu dinyatakan dalam komunike bersama Indonesia-Bangladesh yang dikeluarkan ketika kunjungan kenegaraan Presiden Soeharto berakhir di Dakka, Rabu pagi.
Kedua pihak juga menjajaki kemungkinan2 bagi peningkatan hubungan dagang dan kerja-sama ekonomi. Khususnya mengenai impor semen, bahan baku semen (clinker) dan pupuk dan Indonesia ke Bangladesh cukup memberikan prospek yang cerah.
Bangladesh dapat mengekspor ke Indonesia antara lain kertas, kertas koran, jute dan permadani jute dan sejumlah barang2 lainnya.
Mengenai hubungan kedua negara, komunike itu menyebutkan bahwa hubungan persahabatan dan kerjasama antara Bangladesh dan Indonesia telah diperkuat sebagai hasil dari kunjungan Presiden Ziaur Rahman ke Indonesia tahun lalu dan kunjungan Presiden Soeharto ke Bangladesh tahun ini.
"Kunjungan Presiden Soeharto merupakan kerjasama dan dialog yang terus menerus antara Indonesia dan Bangladesh dan telah bermanfaat bagi mempererat ikatan persahabatan dan pengertian dan dalam memperluas kerjasama kedua negara”.
Menghadapi situasi ekonomi Intemasional, kedua Presiden menyatakan tekad mereka untuk terus bekerjasama dan berusaha keras bagi terciptanya orde ekonomi internasional baru berdasarkan persamaan dan keadilan.
Kedua Presiden juga menekankan perlunya memberikan perhatian bagi pemecahan masalah yang sulit yang dihadapi negara2 yang kurang berkembang.
Dalam komunike itu, Presiden Soeharto menyatakan bahwa Bangladesh karena faktor geografis, sejarah dan kebudayaan, merupakan jembatan antara kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara.
Non-Blok
Kedua Presiden menegaskan kembali dukungan mereka bagi terciptanya wilayah damai di Samudera Indonesia (Hindia) dan daerah damai, bebas dan netral di Asia Tenggara.
Tentang situasi internasional dewasa ini, kedua Presiden menekankan perlunya semua negara pencinta perdamaian dan keamanan internasional berdasarkan prinsip2 persamaan kedaulatan, integritas wilayah, tidak ikut campur tangan dalam urusan negara2lain dan mencari penyelesaian damai dalam segala perselisihan dan persengketaan.
Kedua Presiden juga menekankan perlunya mempertahankan prinsip2 dan tujuan gerakan Non-Blok sebagai alat yang penting dan bagi perdamaian dan kemajuan.
Kedua Kepala Negara itu menekankan pentingnya persatuan, solidaritas dan kerjasama di antara negara2 Non-Blok.
Tentang masalah di Timur Tengah, dikatakan bahwa penyelesaian masalah itu hanya dapat dilakukan jika ditariknya semua pasukan Israel yang menduduki daerah Arab, mengembalikan kota suci Jerusalem kepada kekuasaan Arab serta mengakui hak rakyat Palestina untuk mendirikan negara merdeka di tanah air mereka.
Mengenai Afrika Selatan, kedua Presiden memandang dengan cemas krisis yang makin menjadi di Afiika Selatan dan mengulangi dukungan mereka kepada peljuangan yang heroik bagi rakyat Afiika untuk pemindahan kekuasaan dari pemerintahan rasial minoritas kepada wakil2 dari rakyat di Zimbabwe, Namibia dan Tanzania.
Perundingan2 di London tentang Zimbabwe diharapkan akan menghasilkan penyelesaian bagi rakyat Zimbabwe.
Dalam komunike bersama itu disebutkan juga bahwa kedua pemerintah telah mengadlakan perjanjian kerjasama tehnik dan kebudayaan.
Tiba Kembali
Presiden Soeharto bersama rombongan, Rabu petangjam 17.10 WIB mendarat di bandar udara internasional Halim Perdanakusuma setelah mengunjungi Kerajaan Inggeris, Sri Lanka dan Bangladesh selama 11 hari dalam rangka kunjungan kenegaraan.
Pesawat Boeing 707 Pelita Air Service "Republik Indonesia" yang ditumpanginya bersama rombongannya akan tiba langsung dari bandar udara internasional Tejgaon, Bangladesh setelah dilepas sampai perbatasan oleh empat pesawat Mig – 21 milik Angkatan Udara Bangladesh.
Selama kunjungan kenegaraan ke Kerajaan Inggeris, Sri Lanka dan Bangladesh, Kepala Negara berhasil meyakinkan para Kepala Negara yang menjadi Tuan/Nyonya rumah, bahwa keberhasilan pembangunan di Indonesia sampai sejauh ini tercapai berkat pengertian dan kerjasama timbal balik secara saling menguntungkan dari semua pihak yang ikut memberikan dukungan baik moral dan material, bagi kesejahteraan rakyat Indonesia.
Upacara penyambutan kedatangan Kepala Negara seperti biasa bersifat sederhana tanpa gelar pasukan upacara.
Palapa
Indonesia pada prinsipnya menyetujui untuk menyewakan sebagian penggunaan satelit Palapa bagi kepentingan Bangladesh, demikian salah satu hasil pembicaraan Presiden Soeharto dan Presiden Ziaur Rachman di Dakka Selasa pagi.
Satelit consab yang digunakan Bangladesh dewasa ini hampir habis masa berlakunya dan negara itu minta kepada Indonesia untuk dapat menyewakan, satelit Palapa bagi kepentingan Bangladesh.
Prinsipnya Indonesia sudah setuju tinggal pelaksanaan tehnisnya akan diatur, kata Direktur Asia Pasific Deplu Sudarsono. Pembicaraan Presiden Soeharto danPresiden Ziaur Rachman berlangsung dua jam di istana kePresidenan dalam suasana persahabatan dan blak2an.
Bangladesh mengajukan keinginannya untuk mengimport semen dari Indonesia sampai tahun 1985 dan juga flinkote, bahan baku semen karena mereka akan memprosesnya menjadi semen di Bangladesh.
Dalam pertemuan itu telah disepakati bahwa kedua pemerintah akan melakukan inventarisasi proyek2 apa yang dapat dilakukan bagi peningkatan kerja sama kedua negaraitu.
Dalam bidang perminyakan Bangladesh ingin belajar lebih banyak dari Indonesia misalnya tentang Undang-undang penanaman modal asing termasuk undang2 pertambangan agar hal ini dapat menarik investor asing menanamkan modalnya di Bangladesh untuk kegiatan2 perminyakan dan gas alam.
Bangladesh juga mengajukan permintaan agar Indonesia dapat mengisi kekurangan minyak bumi Bangladesh yang mencapai lebih kurang 200.000 ton. Selain semen Bangladesh juga ingin lebih banyak mengimport pupuk dari Indonesia.
Kedua Kepala Negara itu dalam pertemuan tsb. sepakat perlunya penarikan pasukan asing dari Kampuchea. (DTS)
…
Jakarta, Sinar Harapan
Sumber: SINAR HARAPAN (22/11/1979)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku V (1979-1980), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 253-255.