PRESIDEN TIBA KEMBALI DI TANAH AIR

PRESIDEN TIBA KEMBALI DI TANAH AIR

 

 

Jakarta, Suara Karya

RABU malam yang lalu Presiden Soeharto dan rombongan tiba kembali di Tanah Air. Dengan demikian lawatan yang semula direncanakan sampai Sabtu 14 Desember besok, diperpendek. Adalah wajar bila perpendekan lawatan itu dipertanyakan.

Karena, menurut kebiasaan yang berlaku di mana-mana perjalanan luar negeri seorang kepala negara atau pemerintahan akan diperpendek, bahkan kalau perlu diurungkan karena ada soal-soal mendesak yang harus diatasi. Kita tidak tahu apakah perpendekan lawatan ini ada kaitannya dengan kasus Timor Timur.

Namun, Mensesneg Moerdiono menjelaskan di Dakar, Senegal, Selasa lalu, perpendekan kunjungan itu, antara lain disebabkan pertimbangan bahwa dalam menyusun RAPBN 1992/93 yang akan diajukan Pemerintah ke DPR pada pekan pertama Januari 1992, diperlukan keputusan-keputusan Presiden karena RAPBN itu dikatakan Moerdiono, cukup berat.

KALAU dilihat perkembangan ekonomi dunia ada indikasi-indikasi laju pertumbuhan negara-negara industri maju selama semester kedua 1991 tidak mengalami kemajuan. Dan, diperkirakan perkembangan itu akan berlangsung terus dalam tahun 1992. Atau, paling banter negara-negara industri maju akan mengalami laju pertumbuhan sekitar 1,2 persen.

Antara lain karena “perang dagang” di antara blok-blok perdagangan Amerika Utara-Eropa-Asia Timur yang menunjukkan kecenderungan meningkat. Dikhawatirkan hal ini akan makin diperburuk bilamana perundingan GATT belum juga memperoleh hasil yang memperlunak proteksionisme. Dan, semua itu akan mempengaruhi lalu lintas perdagangan internasional yang akhirnya mempengaruhi pula ekspor nonmigas Indonesia.

DAMPAK dari perkembangan ekonomi internasional terhadap ekonomi Indonesia, yang pada gilirannya akan mempengaruhi pula penyusunan RAPBN 1992/93 akan terasa lebih berat karena harga minyak yang ak:an dijadikan patokan untuk menyusun RAPBN 1992/93 mau tidak mau akan lebih rendah dari 19 dolar AS/barel yakni harga minyak yang dijadikan patokan untuk menyusun APBN 1991/92.

Oleh karena itu RAPBN 1992/93 akan cenderung cukup berat seperti dikatakan Mensesneg Moerdiono. Diperkirakan harga minyak yang akan dijadikari patokan sekitar 17-18 dolar AS.

Namun, belajar dari pengalaman menghadapi tahun-tahun sulit pada pertengahan dasawarsa 1980-an agaknya menghadapi penyusunan RAPBN 1992/93 Presiden tidak perlu memperpendek  lawatannya, karena berbagai  faktor eksternal yang bersumber pada perkembangan ekonomi dunia itu mestinya telah diperhitungkan sejak jauh-jauh hari.

OLEH karena Itu, ada kemungkinan Presiden memutuskan memperpendek kehadirannya dalam KTT OKI karena suasana KTT yang diwarnai oleh sikap kurang bersahabat antara pemenang perang Teluk dengan mereka yang kalah.

Bahkan, tuan rumah Presiden Senegal, menurut surat kabar Le Monde Paris sangat kecewa karena tidak hadirnya pemimpin-pemimpin negara Arab (yang bertikai dalam perang Teluk) di KTT OKI.

Barangkali, itulah sebabnya Presiden Soeharto dalam sambutannya pada KTT, Selasa lalu, menekankan pentingnya memusatkan perhatian pada pembinaan persatuan dan solidaritas umat Islam dalam menghadapi berbagai masalah dunia.

Ditegaskan Presiden, perang Teluk telah menimbulkan korban manusia dan kerusakan material yang begitu besar, di samping melemahkan persatuan Arab dan umat Islam. Oleh karena itu diingatkan perlunya memusatkan perhatian pada pembinaan persatuan dan solidaritas serta mengenyampingkan permusuhan dan saling tidak percaya, dan mengerahkan segala upaya untuk membina kembali kerukunan sesuai dengan uchuwah lslamiah. ‘‘Indonesia yakin OKI dapat memainkan peranan penting dalam membangun kembali Timur Tengah menjadi kawasan yang damai dan rukun dengan kerja sama yang saling menguntungkan,” kata Presiden.

KITA belum tahu sampai berapa jauh imbauan Presiden yang pada hakikatnya merupakan kunci bagi kebangunan kembali kawasan Timur Tengah dari perpecahan yang ditimbulkan oleh perang Teluk itu, menggugah para penguasa negara-negara Arab yang tadinya saling berhadapan dalam perang Teluk.

Namun, tanpa kesediaan kedua belah pihak membuka lembaran baru, tidak saja kehadiran OKI akan kehilangan makna, juga sengketa Arab-Israel takkan terselesaikan sampai tuntas. Pada gilirannya, kawasan Timur Tengah akan tetap menjadi bagian dari hegemoni negara-negara Barat. (SA)

 

Sumber : SUARA KARYA(13/12/1991)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 404-405.

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.