PRESIDEN : TOKOH- TOKOH PETA ADALAH PELOPOR PEMBANGUNAN

PRESIDEN :

TOKOH- TOKOH PETA ADALAH PELOPOR PEMBANGUNAN

 

 

Presiden Soeharto selaku pelindung Yayasan Pembela Tanah Air (Yapeta) mengatakan, tidak bisa kita mengklaim bahwa kita adalah cikal-bakal dari pembangunan bangsa dan negara ini tetapi sejarah akan membuktikan bahwa tokoh-­tokoh Peta adalah pelopor pembangunan.

Presiden Soeharto mengatak:an hal itu di depan sekitar 80 peserta Sarasehan Yapeta Senin pagi di Bina Graha Jakarta.

Yang penting, kata Presiden, setelah kita mendapat ilmu kemiliteran di Peta dengan semangat dan jiwa sebagai hasil gemblengan, kita masuk BKR, kemudian TKR, yang pada 5 Oktober 1946 menjadi TNI.

Peta sendiri dibubarkan tanggal 10 Agustus 1945 dan tanggal 22 Agustus pemimpin-pemimpin bangsa mengimbau agar bekas-bekas anggotanya mau membentuk Batalyon-batalyon, bersama sama pemuda-pemuda lainnya untuk membentuk BKR atau Badan Keamanan Rakyat.

Di Jawa sendiri, Peta terdiri dari 60 batalyon sedangkan di Sumatera 22 batalyon. Kepada para peserta  sarasehan  itu, Kepala Negara  mengatakan, jiwa dan semangat Peta yang ingin membela bangsa dan Tanah Air masih berkobar dan menyala­nyala sampai saat ini serta akan dilanjutkan oleh pemuda-pemuda sekarang.

Bukti

Sebagai bukti, Presiden Soeharto menegaskan, bangsa Indonesia akan memasuki era industrialisasi yang ditunjang pertanian yang mantap untuk mencapai tahap tinggal landas.

Seperti bukti nyata delegasi dari negara sosialis Ethiopia dengan dua menterinya datang mengunjungi dan melihat kemajuan Indonesia yang pada tahap sekarang sudah swasembada pangan.

Di bidang industri, Kepala Negara mengatakan kemajuan yang dicapai sekarang boleh dilihat di IPTN, PT PAL, Pertamina, dengan Elpiji di Arun dan peleburan aluminium di Kuala Tanjung.

“Ini saya jelaskan supaya benar-benar lega, bahwa cita-cita, semangat dan perjuangan yang dahulu itu masih benar-benar dilanjutkan oleh generasi penerus”, tambah Presiden.

Menyinggung perjuangan dan keberadaan PETA, menurut Presiden, para pemuda waktu itu merasa terpanggil menjadi pembela tanah air.

“Waktu itu belum ada senjata tapi kita digendong dengan sifat kesatria dan kewiraan. Kita sama sekali tidak membela Jepang. Malah kita diperlakukan Jepang dengan tidak wajar. Akhirnya perlakuan itu kita tendang. Memang harus diakui orang-orang PETA adalah ujung tombak untuk pembentukan BKR. Di sini perlu saya tegaskan, bahwa Peta bukan untuk membela Jepang tetapi membela negara dan bangsa yang kita buktikan sampai sekarang”, kata Presiden Soeharto.

Hadir juga dalam pertemuan dengan peserta sarasehan tsb Wakil Presiden Umar Wirahadikusuma dan Alamsyah Ratu PeiWiranegara (Menko Kesra) sebagai sesepuh, serta Amir Machmud (Ketua DPR/MPR) sebagai penasihat.

Para peserta diantar oleh Ketua Umum Yayasan Pamurahardjo dengan Ali Amangku SH, Muhammad Dradjat SH masing-masing sebagai wakil ketua dan Tjokropranolo sebagai pendiri. (RA)

 

 

Jakarta, Suara Pembaruan

Sumber : SUARA PEMBARUAN (16/02/1987)

 

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 59-61.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.