PRESIDEN TTG KETAHANAN SOSIAL BUDAYA
Jakarta, Antara
Presiden Soeharto menegaskan, ketahanan sosial budaya tidak kalah penting dengan ketahanan militer maupun ketahanan ideologi dan ketahanan ekonomi dalam memperkuat ketahanan nasional.
Presiden menyatakan hal itu dalam sambutannya pada pertemuan dengan para tokoh seniman/seniwati Indonesia di Istana Negara, Kamis sore yang dihadiri pula oleh Ibu Tien Soeharto, Mendikbud. Fuad Hassan, Menpen. Harmoko.
Seniman seniwati yang hadir pada pertemuan itu berusia antara 50-90 tahun yang mewakili dari berbagai bidang seni antara lain seni rupa, seni sastra, seni tari, seni karawitan, dalang, seni musik, penyanyi dan film dan teater serta pengurus BKKNI (Badan Koordinasi Kesenian Nasional Indonesia).
Presiden mengharapkan, para tokoh seniman ini menjadi “panglima panglima” dalam memperkuat ketahanan sosial budaya yang merupakan salah satu unsur penting dalam ketahanan nasional.
Kepala Negara mengingatkan, ketahanan sosial budaya yang kuat adalah sangat penting untuk menghadapi ancaman-ancaman budaya yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
Dalam pertemuan tatap muka dengan para seniman Indonesia itu, Presiden menjelaskan secara singkat hasil hasil pembangunan yang telah dicapai khususnya dibidang pertanian serta tantangan-tantangan pembangunan khususnya di bidang pendidikan.
Namun di bidang pendidkan, Presiden mengatakan salah satu tantangan yang dihadapi sekarang adalah bagaimana mengatasi masalah anak anak lulusan Sekolah Dasar yang tidak dapat melanjutkan sekolahnya.
Di sinilah para seniman dapat ikut berperan untuk mengambil bagian dalam memberikan latihan-latihan ketrampilan kepada anak anak lulusan SD itu yang tidak dapat meneruskan sekolahnya.
Dalam pertemuan itu beberapa orang seniman diantaranya Bagong Kussudiardjo mengusulkan kepada Presiden agar diterbitkan sebuah majalah kesenian Indonesia.
Presiden menyetujui usul tersebut dan sebagai Ketua Yayasan Super Semar ia menjanjikan akan memberikan dana bagi majalah itu, yang dikatakannya penting artinya sebagai upaya untuk mencerdaskan bangsa.
Pada kesempatan itu, Presiden menyampaikan kenang-kenangan berupa foto dirinya dan jam tangan yang diterima secara simbolis oleh pelukis Basuki Abdullah.
Pertemuan Presiden dengan para seniman Indonesia ini merupakan yang pertarna kali dan Presiden menjanjikan bahwa pertemuan ini bukan yang terakhir kali.
Empat puluh tiga tokoh seniman hadir pada pertemuan itu antara lain, Affandi, Kusnadi, Rusli (seni lukis), HB. Jassin, Trisno Yuwono (sastra), Nyi. Condrolukito, Nyi Bei Madusari (seni karawitan), Sampan Hismanto, Suyadi Hadisuwanto (seni tari), Ki Panut Darmoko (seni pedalangan), Isbandi , Adidharma, Binsar Sitompul, N. Simanungkalit , E. L. Pohan. Jack Lesmana, Kusbini, Gesang (seni musik), Surti Soewandhi dan Masnun (penyanyi), Drs. Asrul Sani (Film) dan D. Djajakusuma dan Bokir (teater).
…
Jakarta, ANTARA
Sumber : ANTARA (11/03/1987)
…
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 877-878.