PRESIDEN: TUGAS ABRI SEMATA-MATA MEMANTAPKAN STABILITAS NASIONAL

PRESIDEN: TUGAS ABRI SEMATA-MATA MEMANTAPKAN STABILITAS NASIONAL

ABRI mengambil langkah prefentif dan represif mengatasi suatu peristiwa dan sama sekali tidak ditujukan untuk memojokkan dan membatasi golongan dan membatasi pelaksanaan demokrasi, melainkan untuk mengatasi kerawanan dan ancaman yang memang masih ada dalam tingkat pertumbuhan bangsa Indonesia sekarang ini.

Penegasan ini dikemukakan Presiden Soeharto dalam amanatnya di depan serta Rapim ABRI 1981 dl Istana Negara, Jakarta, Kamis pagi.

Presiden mengatakan, ABRI sebagai aparatur pemerintah dan alat keamanan melakukan tugasnya dengan tujuan semata-mata untuk menjaga dan memantapkan stabilitas nasional yang dinamis, menjamin ketertiban dan ketenteraman bersama demi kesejahteraan dan kebahagiaan seluruh warga bangsa Indonesia.

Jika pemerintah dewasa ini masih terus memberikan perhatian kepada segi2 stabilitas keamanan, ini tidak berarti bahwa pemerintah mengada-ada dan sama sekali bukan hanya sekedar untuk menakut-nakuti atau membatasi kebebasan masyarakat dangolongan tertentu.

Ini dilakukan pemerintah, kata Presiden, karena Pemerintahlah yang bertanggungjawab atas keselamatan negara dan bangsa yang berdasarkan Pancasila dan mengetahui dengan pasti masih adanya unsur2 yang membahayakan keselamatan negara dan bangsa serta Pancasila itu sendiri.

Dalam hubungan ini, Presiden mengingatkan bahwa peristiwa pembajakan atas pesawat DC-9 Garuda yang terjadi baru2 ini menyadarkan semua pihak bahwa di tengah2 masyarakat Indonesia masih terdapat golongan ekstrim yang tidak segan2 melancarkan tindakan yang tidak berperikenanusiaan.

Oleh karena itu Presiden mengajak seluruh lapisan masyarakat dan pemimpin2 masyarakat agar benar2 meningkatkan kewaspadaan, yang tidak berarti menumbuhkan saling curiga dan akhirnya melemahkan kesatuan yang menjadi kekuatan bangsa.

Kepala Negara menegaskan bahwa pemerintah tanpa ragu2 akan bertindak tegas terhadap mereka yang mengacau dan bertindak tegas kepada mereka yang ingin mengubah Pancasila dengan dasar negara yang lain.

Kepada seluruh jajaran ABRI, baik sebagai kekuatan pertahanan keamanan maupun sebagai kekuatan sosial politik, Presiden meminta agar terus mengingatkan masyarakat.

Harus Dilawan

Sehubungan dengan terjadinya akhir2 ini tindakan kekerasan baik berlatar politik maupun kejahatan biasa khususnya yang menyangkut pembajakan yang dilakukan sekelompok orang yang tidak bertanggungjawab, Presiden menegaskan bahwa pada prinsipnya segala bentuk terorisme dan penggunaan kekerasan untuk memaksakan kehendak dengan dalih apapun harus dilawan.

Presiden mengajak seluruh lapisan masyarakat dan para pemimpinnya untuk sama2 menjaga ketertiban dan ketenteraman dan kebaikan bersama.

Presiden menyatakan mengutuk pembajak:an yang baru2 ini dilakukan orang yang telah menyandera awak dan penumpang pesawat Garuda DC-9 Woyla Jurusan Jakarta – Palembang – Medan itu. Membiarkan terorisme dan penggunaan kekerasan untuk melaksanakan kehendaknya, kata Presiden, akan membahayakan kelangsungan hidup dan masa mendatang.

‘Terorisme danpenggunaan kekerasan jelas berlawanan dengan perikemanusiaan yang dijunjung tinggi bangsa Indonesia dan berlawanan dengan ajaran," kata Presiden.

Karena itu, meskipun tetap berprinsip berusaha menjaga keselamatan para sandera, namun dalam upaya mengatasi pembajakan pesawat Garuda tersebut pemerintah berketetapan hati untuk bertindak tegas.

Presiden menyatakan kelegaannya peristiwa pembajakan itu berakhir dengan keselamatan jiwa seluruh penumpang dan awak pesawat dan menyatakan kebanggaan terhadap kemampuan yang tinggi yang ditunjukkan para prajurit Indonesia dalam operasi penyelamatan tersebut.

Presiden secara khusus menyampaikan rasa hormat dan penghargaan kepada prajurit-prajurit tersebut dan menyampaikan belangsungkawa terhadap prajurit gugur dalam melaksanakan tugas tersebut.

ABRI Teman Seperjuangan

Di bagian lain amanatnya Presiden menekankan bahwa peranan ABRI sebagai stabilisator dan dinamisator harus tetap dikembangkan secara wajar, tanpa berlebih­lebihan dan semua pihak harus merasa bahwa ABRI teman seperjuangan dalam memecahkan persoalan bersama dan dalam perjalanan mendekati tujuan nasional.

Presiden menilai bahwa RAPIM ABRI kali ini mempunyai arti khusus karena bagi bangsa Indonesia sedang berada di ambang pintu tahun ketiga Repelita III dan pembangunan ABRI untuk meningkatkan kemampuan sebagai alat pertahanan keamanan mulai menunjukkan hasil nyata.

Selain itu keadaan di sekitar kawasan ini dan berbagai perkembangan dunia yang memerlukan kewaspadaan tinggi turut memberikan arti khusus bagi Rapim ABRI 1981 ini.

Dalam keadaan nasional, regional dan internasional yang demikian itulah ABRI harus dapat menempatkan diri dan memainkan peranan yang tepat. Tidak ada pilihan lain, kata Presiden, karena seperti ditegaskan dalam GBHN, ABRI merupakan modal dasar pembangunan, baik sebagai kekuatan pertahanan keamanan maupun sebagai kekuatan sosial politik.

Presiden menyatakan pula bahwa mengenai pembangunan tidak dapat ditawarkan lagi karena bangsa Indonesia berjuang memberikan pengorbanan dengan cita-cita agar dalam alam kemerdekaan merasakan kemajuan, kesejahteraan dan keadilan. Tanpa pembangunan segala cita2 kemerdekaan itu tidak akan terwujud malahan makin jauh.

Dalam usaha menyukseskan pembangunan itu tidak hanya diperlukan modal dan ketrampilan, tapi juga diperlukan kegairahan segenap lapisan masyarakat. Dalam menciptakan suasana yang menggairahkan masyarakat itulah ABRI memainkan peranan besar sebagai dinamisator dan stabilisator masyarakat.

Presiden menegaskan pula bahwa bangsa Indonesia harus memiliki angkatan bersenjata yang kuat, mengingat wilayah nusantara yang luas dan merupakan wilayah penghubung dua samudera dan dua benua.

Tapi bangsa Indonesia harus memiliki angkatan bersenjata yang kuat tidak untuk mengganggu dan memerangi bangsa lain, tapi untuk menjamin keselamatan dan keutuhan dan kehormatan sebagai bangsa yang merdeka.

Dalam rangka mengisi konsepsi ketahanan nasional ABRI yang kuat merupakan syarat mutlak dalam menciptakan ketahanan di bidang pertahanan keamanan. Meskipun kekuatan ABRI tidak semata-mata ditentukan oleh kelengkapan peralatannya, namun tetap diperlukan pemberian perhatian pada kemampuan fisik dan peralatan ABRI guna menjawab tantangan dan kemajuan zaman.

Presiden mengemukakan pula bahwa perkembangan di sekitar kawasan ini mengharuskan kesiap-siagaan ABRI dan seluruh rakyat.

Dalam menghadapi berbagai hal yang penting artinya bagi kehidupan bangsa dan negara, Presiden meminta agar ABRI tetap berpegang teguh kepada pedoman Sapta Marga.

Hal ini berarti bahwa setiap perajurit ABRI adalah warga kesatuan RI yang bersendikan Pancasila dan patriot Indonesia pendukung, serta pembela ideologi negara yang bertanggung jawab dan tidak menyerah.

Kepada pimpinan ABRI baik staf maupun di kesatuan-kesatuan, Presiden meminta agar lebih menanamkan jiwa Sapta Marga dalam setiap dada prajurit ABRI agar benar-benar mengerti dan menghayati isi dan makna Sapta Marga itu. (DTS)

…

Jakarta, Antara

Sumber: ANTARA (02/04/1981)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 456-458.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.