PRESIDEN TUGASKAN BBPT:
Tentukan Sistem Prosesing Yang Akan Dipakai Untuk Hydrocracker Dumai
Presiden Soeharto minta BPPT (Badan Pengembangan dan Pengkajian Teknologi) yang dipimpin Menteri Negara Ristek BJ Habibie untuk meneliti sistem prosesing manakah yang paling cocok untuk proyek hydrocracker Dumai di Riau. Demikian Menteri Pertambangan & Energi Soebroto mengatakan, seusai diterima Presiden di Bina Graha Kamis kemarin.
Menurut Menteri, ada dua sistem prosesing untuk proyek hydrocracker ini, yaitu teknologi Chevron dan UOP.
"Sekarang kita sedang menunggu keputusan BPPT, yang mana dari dua macam sistem tersebut," tambah Menteri.
Sementara itu pematangan tanah untuk lokasi proyek di Dumai sedang dilaksanakan, sambil menunggu pelaksanaan konstruksi. Diharapkan dalam bulan November ini, sudah diputuskan apakah sistem Chevron atau UOP yang akan dipakai. Sedang pembiayaannya, dari konsortium berbagai negara 80%, dari Indonesia sendiri 10%.
Menteri belum bisa menyebutkan berapa persisnya biaya proyek hydrocracker tersebut. Tetapi menurut perkiraan sementara, biayanya sekitar US$ 800 juta. Perusahaan swasta Hyundai (Korsel) sudah mengajukan usul dengan investasi sebesar US$ 721 juta dollar. Disamping itu ada beberapa perusahaan lain seperti Marubeni dari Jepang, Klockner dan Thaizen dari Jerman Barat yang menyatakan kesediaannya.
Konsumsi Dunia 7 Juta Ton
Menjawab pertanyaan, Menteri mengatakan konsumsi tembaga dunia sekarang sekitar 7 juta, sedang produksi hanya 6.5 juta ton. Karena itu Indonesia mempunyai peluang baik untuk meningkatkan produksinya yang sekarang hanya 200.000 ton konsentrat tembaga. Harga di pasaran dunia sekarang 92 sen dollar/kg, sedang pada tahun 1977/1978 hanya 52 sen dollar/kg.
Kepada Presiden, kata Menteri, dilaporkan pertemuan CIPEC (Asosiasi Produsen Tembaga) yang berlangsung di Paris tanggal 29-30 Oktober lalu. Pertemuan membicarakan masalah stabilisasi harga antara negara produsen dengan konsumen. Perundingan yang sudah berlangsung sejaktahun 1976 lalu, sampai sekarang belum juga membawa hasil, kata Soebroto.
Karena itu CIPEC akan bertemu lagi tahun depan di Zambia. Anggota CIPEC adalah Chili, Indonesia, Zaire dan Zambia. Sedang calon anggota Australia, Papua Nugini dan Yugoslavia. Negara peninjau pada pertemuan di Paris itu Argentina, Kanada, Finlandia, Malaysia, Oman, Panama dan Polandia.
"Negara-negara yang belurn menjadi anggota akan diajak untuk segera masuk guna memperbaiki harga tembaga dunia", kata Soebroto. (DTS)
…
Jakarta, Kompas
Sumber: KOMPAS (09/11/1979)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku V (1979-1980), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 434-435.