PRESIDEN: UMAT ISLAM PERLU KERJASAMA DENGAN UMAT LAIN 

PRESIDEN: UMAT ISLAM PERLU KERJASAMA DENGAN UMAT LAIN [1]

Jakarta, Media Indonesia

Presiden Soeharto meminta umat Islam untuk menjalin kerjasama yang erat dengan semua kelompok keagamaan di negaranya masing-masing, karena kaum muslim hidup dalam masyarakat majemuk.

“Kemajemukan masyarakat itu bukan saja dalam perbedaan agama yang dianut, tapi juga dalam hal suku, bahasa  dan budaya,” kata presiden ketika membuka Muktamar Dakwah Islam se-Asia Pasiftk di lstana Negara, Jumat (22/9).

Kepala negara yang didampingi Menteri Urusan Islam, Wakaf, Dakwah Arab Saudi, Abdullah Abdul Muhsin At-Turkj, kemudian mengatakan, “ditengah-tengah kemajemukan itu umat Islam harus mampu menunjukkan bahwa Islam adalah rahmat bagi sekalian alam kedamaian, keselamatan dan kesejahteraan yang melekat pada makna Islam dapat dirasakan umat-umat beragama yang lain”.

Kepala negara menyebutkan, umat Islam di kawasan Asia Pasifik pada umumnya tidak sendirian. Di antara mereka terdapat pula penganut-penganut agama lain dengan jumlah yang berbeda-beda.

“Ada negara yang umat Islam-nya merupakan bagian terbesar-penduduknya, ada pula yang menduduki posisi sebagian kecilnya. Hal ini membawa masalah tersendiri dan memerlukan penanganan yang tersendiri pula,” kata presiden sebagaimana dikutip Antara.

Sekalipun terdapat kemajemukan itu, menurut kepala negara dimanapun umat Islam berada mereka harus mampu menjadi teladan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bemegara.

Ketika menjelaskan keadaan di Indonesia, presiden mengatakan, pemerintah menjamin dan menghormati kebebasan setiap pemeluk agama untuk menjalankan ibadah agamanya masing-masing. Pemerintah Indonesia menjamin dan menghormati kebebasan beragama bagi setiap pemeluk dalam upaya rnernperkuat kesadaran rohaniah dan memperkukuh kesadaran moral sebagai bangsa.

“Kami menganggap kegiatan dakwah Islam untuk memanggil manusia ke jalan Allah dan menanamkan akhlak yang mulia mempunyai arti penting dalam pembangunan rohaniah bangsa kami,” kata Presiden.

Dakwah Islamiyah, lanjut kepala negara, secara umum harus mampu menjawab persoalan-persoalan besar yang dihadapi manusia. Dakwah hendaknya mendorong manusia ke arah terwujudnya perdamaian abadi dan mencari penyelesaian sengketa melalui cara-cara damai.

Presiden mengambil contoh persoalan besar itu antara lain kesenjangan yang masih besar antara bangsa yang maju dan negara berkembang, serta masih adanya kemiskinan dan kemelaratan. Pada kesempatan itu, Presiden Soeharto mengingatkan para ulama dan tokoh Islam, melalui kegiatan dakwah harus dapat mengajak manusia kearah kemajuan. Menurut ajaran Islam, menuntut ilmu adalah wajib hukumnya.

“Ilmu yang dituntut itu tentu tidak terbatas pada ilmu keagamaan, melainkan juga berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi yang akan membawa manfaat bagi kernaslahatan umat manusia. Dakwah harus mampu mendorong umat Islam khususnya generasi muda untuk lebih giat mengembangkan iptek dalam menghadapi tantangan masa depan yang lebih berat,  kata presiden.

Sebelumnya Menteri Urusan Islam dan Wakaf Arab Saudi Abdullah Abdul Muhsin mengatakan pemerintalmya akan terus mendukung kegiatan umat Islam dibelahan tirnur melalui kegiatan Islam untuk menyebarkan kebajikan.

“Islam dan umat Islam jauh  dari tuduhan  sebagai teroris, ektrimis, atau menimbulkan keresahan dan permusuhan terhadap umat lain,” kata Abdullah.

Ia menambahkan, kegiatan dakwah Islam hams mampu menghilangkan atau menghapuskan gambaran buruk yang selama ini dituduhkan atau dilemparkan terhadap Islam, dakwah serta ulamanya.

Di tempat yang sama, kepala negara kemarin juga menerima 75 ulama asal Jawa Tengah. Dalam ramah tamah tersebut, para ulama menyampaikan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan penyelenggaraan haji. Silaturahmi Kepala negara dengan para ulama ini merupakan yang ketiga kalinya, setelah dalam dua minggu berturut-turut, yakni setiap hari Jumat, Presiden Soeharto menerima kunjungan ulama Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Sumber : MEDIA INDONESIA ( 23/11/ 1995)

______________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 555-556.

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.