PRESIDEN: WASPADA AKAN ANCAMAN DARI DALAM NEGERI
Jakarta, Antara
Presiden Soeharto minta masyarakat bersikap lebih waspada terhadap ancaman yang mungkin muncul dari dalam negeri sendiri, karena datangnya gangguan dari negara lain telah berkurang terutama akibat perubahan politik di berbagai negara.
“Yang paling berbahaya sekarang adalah ancaman dari negeri sendiri,” kata
Kepala Negara di Tapos, Bogor, Minggu, ketika menerima para pemuda peserta penataran Kewaspadaan Nasional (Tarpadnas). Para pemuda ini diantar Menpora Akbar Tandjung.
Ancaman yang datang dari dalam negeri sendiri bisa muncul pada bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, serta pertahanan dan keamanan, kata Presiden.
Kepala Negara mengatakan, di masa lalu, ancaman terhadap pembangunan bisa muncul dari dalam negeri sendiri sertadari luar negeri. Presiden mencontohkan, negara komunis dahulu berusaha memperluas ajaran mereka ke negara lain.
Perubahan yang terjadi di Uni Soviet, kata Presiden, mengakibatkan semakin berkurangnya kemungkinan penyebaran ajaran komunis ke berbagai negara termasuk Indonesia.
Ketika memberikan contoh tentang bahaya yang muncul dari Indonesia sendiri, Presiden menyebut munculnya pemikiran dari beberapa pihak untuk mengajukan berbagai konsep yang menggantikan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.
“Orang yang kurang mengerti dan memahami Pancasila dan UUD 1945 mungkin akan mencari alternative karena mereka menyalahkan Pancasila dan UUD 45,” kata Presiden kepada para pemuda yang datang dari Seluruh provinsi.
Kepala Negara mengingatkan, kalau orang yang ingin mendesakkan keinginannya untuk menerapkan ideologi lain itu dibiarkan saja, maka hal itu merupakan ancaman terhadap keselamatan bangsa dan negara.
Karena itu, Kepala Negara mengajak seluruh masyarakat untuk memahami dan mengerti secara menyeluruh dan mendalam semua aspek Pancasila dan UUD 1945 baik secara teoritis maupun praktek.
Sumber : BISNIS INDONESIA (03/02/1992)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 73-74.