PRESIDEN NYATAKAN HORMAT PADA PAK POS
Presiden Soeharto secara khusus menyampaikan rasa hormatnya kepada para pengantar pos yang setia kepada tugas dan tanggung jawabnya. Mereka mengayuh sepeda setiap hari di bawah terik matahari atau dinginnya hujan, sampai ke daerah-daerah terpencil sekalipun. Tidak jarang, mereka bersusah payah mencari alamat yang tidak jelas.
Kepala Negara menyampaikan rasa hormatnya itu pada pembukaan rapat kerja Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Senin pagi di Istana Negara Jakarta.
Apa yang mereka tunjukkan hendaknya menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi kita semua untuk meningkatkan rasa tanggung jawab dan pengabdian Kepada tugas dan kepada masyarakat, kata Presiden.
Di awal pidatonya, Kepala Negara meminta untuk menyelenggarakan rapat kerja sebaik-baiknya dan memberi hasil sebesar-besarnya, “rapat kerja ini tentu merupakan rapat kerja yang penting karena dalam tahun-tahun terakhir ini kita sangat membatasi rapat-rapat kerja, seminar-seminar, lokakarya-lokakarya dan berbagai kegiatan sejenis itu”, kata Presiden.
Depar postel sebagai sektor bidang jasa harus dikerjakan dengan penuh kesungguhan karena dapat memberi sumbangan yang penting bagi kelancaran roda perekonomian dan pembangunan nasional.
Devaluasi
Pariwisata sebagai salah satu bidang yang membuka peluang baru untuk dikembangkan terutama setelah pemerintah mengambil keputusan mendevaluasikan rupiah baru-baru ini.
Keputusan itu merupakan keputusan yang sangat berat dan sulit bagi pemerintah. Namun, setelah mempertimbangkan dengan seksama dan dalam waktu yang cukup lama, pemerintah berani memutuskannya demi kelangsungan pembangunan jangka panjang.
Kepala Negara mengatakan menyadari setiap keputusan mempunyai segi positif dan segi negatifnya. Yang penting bagi kita adalah berusaha sekuat tenaga mengembangkan segi positif dan mengurangi secara maksimal pengaruh segi negatifnya.
“Tugas kita selanjutnya adalah secara bersama dan terpadu mengambil langkah-langkah lanjutan agar segi positifnya dapat kita kembangkan sebesar-besarnya dan agar segi-segi negatifnya dapat kita kurangi sekecil-kecilnya”.
Menurut Kepala Negara, tugas utama devaluasi adalah menjamin agar dalam tahun-tahun yang akan datang neraca pembayaran dalam keadaan sehat sehingga mampu mendukung kelanjutan pembangunan.
Untuk itu jalan paling utama adalah meningkatkan penerimaan devisa negara dari ekspor nonmigas dan pariwisata guna mengimbangi penurunan yang sangat tajam dari penerimaan devisa dari ekspor migas.
Karena itulah, peningkatan kegiatan kepariwisataan dan ekspor nonmigas ini merupakan medan juang yang harus diperjuangkan secara mati-matian dan devaluasi mata uang rupiah merupakan peluang yang harus digunakan menarik wisatawan luar negeri dan meningkatkan ekspor nonmigas, Kepala Negara menegaskan.
Terpadu
“Karena itu pula saya katakan, devaluasi membuka peluang baru bagi kita untuk meningkatkan kegiatan kepariwisataan dan ekspor non-migas”, kata Kepala Negara dengan menambahkan, dengan devaluasi negara kita menjadi menarik bagi wisatawan, sebab dengan mata uang asing yang sama mereka akan memperoleh rupiah yang lebih besar dan dapat lebih banyak membeli barang dan mengadakan perjalanan.
Namun Presiden mengakui, daya tarik itu baru sebagian saja masih banyak hal yang harus dibenahi dan diperbaiki.
“Karena itu saya serukan kepada semua departemen, semua aparat, semua kalangan dunia pariwisata dan malahan dari kalangan masyarakat luas untuk secara bersama-sama dan terpadu memusatkan perhatian pada peningkatan kegiatan kepariwisataan itu”.
Langkah strategis dengan devaluasi telah kita ambil sedang keberhasilan selanjutnya akan ditentukan oleh langkah nyata yang harus dibuktikan semua mata rantai kegiatan yang mendukung kepariwisataan.
Semakin maju jalannya pembangunan dan kehidupan masyarakat harus makin memecahkan masalah-masalah nyata, yang tidak pernah akan cukup hanya dengan rencana-rencana atau program-program yang bersifat umum saja, kata Presiden.
Kepada mereka yang membidangi pos, giro dan telekomunikasi, Presiden mengatakan “Harus kita akui masih ada keluhan masyarakat terhadap pelayanan kita di bidang ini. Keluhan-keluhan itu hendaknya diterima sebagai cambuk untuk memperbaiki diri dan meningkatkan pelayanan yang lebih baik”, demikian Kepala Negara.
Laba Perumtel
Dalam laporannya Menparpostel Achmad Tahir mengatakan peserta raker berjumlah 176 orang terdiri atas 133 peserta dari Deparpostel, 29 dari instansi dan lembaga pemerintah yang berkaitan dan 14 peserta dari asosiasi usaha swasta.
Raker yang berlangsung dari 29 September – 1 Oktober 1986 itu bertemakan konsolidasi program terpadu dengan terobosan-terobosan baru dan sukses Pemilu.
Tahir mengatakan pula, kemajuan yang dicapai departemennya seperti laba Perumtel terus meningkat dari Rp 31,1 milyar tahun 1983 menjadi Rp 79,5 milyar tahun 1984 dan Rp 107,03 milyar tahun 1985.
Pembayaran pajak dan DPS tahun 1983 sebesar Rp 42,5 milyar meningkat menjadi Rp 46,7 milyar tahun 1984 dan Rp 116,8 milyar tahun 1985. (RA)
…
Jakarta, Sinar Harapan
Sumber : SINAR HARAPAN (29/09/1986)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VIII (1985-1986), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 715-717.