PT. FSI BANTAH TUDUHAN TIDAK MEMBELI SUSU RAKYAT

PT. FSI BANTAH TUDUHAN TIDAK MEMBELI SUSU RAKYAT

 

Surabaya, Antara

PT Food Specialities Indonesia (Nestle) melalui pimpinan pabriknya di Waru, Kabupaten Sidoarjo (Jatim) Kamis membantah tuduhan bahwa mulai 3 Nopember 1988 mereka tidak lagi membeli susu segar dari rakyat.

Alasan tuduhan tersebut adalah silo (tempat penimbunan susu) di pabrik tersebut penuh, akibat pasaran dan produksi mereka menurun drastis sejak adanya isyu menggunakan lemak babi.

“Tidak benar kami menghentikan pembelian susu segar dari peternak melalui koperasi, bahkan menguranginyapun tidak. Seperti biasa kami tetap membeli susu rakyat sebanyak 245 ton/hari,” tegas pimpinan pabrik yang memproduksi susu merk Dancow itu kepada ANTARA.

Ia bahkan mempersilahkan wartawan ANTARA untuk mencek langsung ke lokasi penerimaan susu segar di pabriknya yang terletak di Kecamatan Kejayan, Kabupaten Pasuruan.

Ia juga minta agar pihak koperasi susu dimintai penjelasan, sehingga keterangannya tidak sepihak. Ia mengakui, dampak dari timbulnya isyu bahwa produksinya menggunakan lemak babi memang mengakibatkan produksinya sedikit menurun.Tapi tidak sedrastis yang dituduhkan yaitu sebanyak 76 persen.

Pabrik Kejayan yang diresmikan Presiden Soeharto 2 Juni 1988 lalu merupakan pabrik pengolahan susu termodern di Indonesia. Bahkan untuk jenis industri ini, pabrik tersebut adalah yang termodern di dunia dalam kelompok Nestle.

Sebelum pabrik Kejayan berdiri, susu bubuk yang diproduksinya, pada mulanya pengolahannya masih memakai konsep recombined milk, artinya bahan mentah yang digunakan adalah susu bubuk skim dan lemak susu impor yang kemudian ditambah dengan lemak nabati agar kadar lemak yang terkandung dalam produk akhir sesuai standar.

Namun sesuai dengan perkembangan produksi susu segar di Jatim, PT FSI mengadakan kerja sama dengan koperasi susu setempat. Tahun 1975 untuk pertama kalinya pabrik membeli bahan baku susu segar dari rakyat melalui koperasi dengan volume 160 liter/hari.

Tapi pada saat ini daya tampungnya telah meningkat menjadi 245 ribu liter/hari. Malah menurut rencana akan ditingkatkan lagi menjadi 300 ribu liter/hari, sehingga menjadi sumber penghidupan bagi 48 koperasi dan 20 ribu petani susu.

 

 

Sumber : ANTARA (04/11/1988)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 451-452.

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.