PU TTG PASIR GALUNGGUNG YG TERANGKUT SEDIKIT
Tasikmalaya, Antara
Presiden Soeharto telah mengeluarkan instruksi untuk sebanyak-banyak membawa pasir Galunggung ke Jakarta, tapi sampai sekarang kenyataannya baru 500 meter kubik perhari saja yang bisa terangkut dari permintaan 1.000 meter kubik dari pemesan di ibu kota.
Pengangkutan pasir itu merupakan salah satu upaya penanggulangan bahaya sekunder Gunung Galunggung, Tasikmalaya, Jabar untuk mengurangi beban kantong kantong lahar dan pengamanan tanggul.
Masih sedikitnya pasir yang terangkut itu terungkap dari keterangan yang dihimpun Senin dari tiga fihak yang bertanggungjawab dalam ikhwal tersebut, yakni Progal (Proyek Galunggung), PJKA dan PT Sarana Karya (persero di lingkungan Dep.PU).
Pihak PJKA sendiri sejak Januari 1987 secara bertahap meningkatkan daya angkutnya menjadi empat rit dari semula dua rit dengan mengoperasikan setiap ritnya 14 gerbong.
Sementara itu jumlah pasir yang telah diangkut sejak PT Sarana Karya beroperasi Desember 1985 dengan tujuan Jakarta mencapai 39.935, 60 meter kubik.
Dalam usahanya meningkatkan upaya pengerukan dan pengangkutan pasir dari kantong-kantong lahar ke emplassemen KA di Pirusa, kini PT Sarana Karya menambah jumlah armadanya dengan mengoperarasikan 22 dump truck berikut tujuh unit bulldozer, track loader dan wheel loader.
Dengan penambahan jumlah armada ini diharapkan target pengangkutan pasir Galunggung 1.000 meter kubik perhari dapat tercapai pada akhir tahun 1987. Ideal nya 3.000 meter kubik. Pimpro Galunggung Ir. Mugiono menjelaskan pengosongan kantong lahar idealnya sekitar 3.000 meter kubik perhari sehingga jumlah material yang datang dari lereng masuk ke kantong lahar akan sebanding dengan jumlah material yang dikosongkan.
Dari kapasitas kantong lahar kl. 19 juta meter kubik, kini diperkirakan telah terisi sekitar 16 juta meter kubik.
Dikatakannya secara teknis aliran lahar sudah dapat dikendalikan masuk ke kantong lahar yang tersedia, sementara endapan lahar dingin sisanya sekitar 8 juta meter kubik masih dapat bergerak turun setiap hujan lebat turun.
Sumber: ANTARA (09/03/1987)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 814-815