RAKYAT SUMBAR TELAH BERHASIL BANGUN DIRINYA

PRESIDEN PADA PENGANUGRAHAN PARASAMYA :

RAKYAT SUMBAR TELAH BERHASIL BANGUN DIRINYA

Presiden Soeharto menyatakan, dalam sejarah perjuangan nasional Sumatera Barat telah menyumbangkan puteranya yang terbaik. Dari daerah itu lahir Tuanku Imam Bonjol yang selama 15 tahun lebih berjuang melawan hampir seluruh tentarakolonial.

Dari bumi Minangkabau lahir Bung Hatta, salah seorang Proklamator, seorang pejuang besar, seorang muslim nasionalis yang tidak bercacat. Juga dari daerah itu bangsa Indonesia menghormati tokoh-tokoh nasional lainnya seperti Haji Agus Salim. Muhammad Yamin, Syahrir, Mohammad Syafei, dan Buya Hamka.

“Dan sekarang dalam jaman pembangunan, seluruh rakyat Sumatera Barat yang dinamis itu telah berhasil dalam membangun dirinya, kata Kepala Negara ketika menganugerahkan tanda kehormatan “Parasamya Purnakarya Nugraha” kepada daerah tingkat I Sumatera barat dan “Prayojanakriya Pata Parasamya Purnakarya Nugraha” kepada Daerah Tingkat I Jawa Timur dan Jawa Tengah yang berlangsung di Stadion H. Agus Salim, Padang Rabu kemarin.

Presiden menganggap keberhasilan itu hanya bisa terjadi karena rahmat Illahi kepada rakyat dan pemerintah daerah Sumbar yang telah bekerja keras, yang bersatu padu sesuai semboyannya; “Tuah Sakato.” Atas nama pribadi dan pemerintah, Presiden memberi ucapan selamat kepada seluruh rakyat Sumbar beserta seluruh lapisan-lapisan pemimpinnya.

Tanda kehormatan itu diserahkan Presiden Soeharto kepada masing-masing gubernur, yaitu Gubemur Sumbar Ir.H.Azwar Anas, Gub. Jawa Timur Wahono, dan Gub Jawa Tengah Ismail dengan disaksikan sejumlah menteri pejabat tinggi negara dan ribuan masyarakat Sumbar.

Kemampuan Rakyat

Menurut Kepala Negara membangun kemampuan rakyat suatu daerah untuk meningkatkan taraf hidupnya sendiri merupakan tantangan besar dalam jaman pembangunan.

“Di daerah itulah rakyat menyatu dengan lingkungan sekitarnya yang menjadi Dang pembangunan. Di daerah itulah kita temui secara nyata masalah hidup dan di daerah itu pula terpendam potensi pembangunan yang harus kita gerakkan untuk mengatasi masalah hidup,” katanya. Diingatkan, arti yang hakiki dari keberhasilan pembangunan adalah tumbuhnya kemampuan rakyat untuk meningkatkan taraf hidupnya baik lahir maupun batin. Selain perlu bersyukur kepada Tuhan, andalan utama dalam pembangunan adalah pada kualitas manusia.

Dikatakan, kemerdekaan, seperti telah disadari, bukanlah tujuan akhir dari perj uangan, tapi jembatan untuk membangun kehidupan yang lebih baik, lebih punya makna, yang dicitakan bersama. “dan pembangunan itu hanya bisa berhasil jika kita dapat membangkitkan kekuatan yang ada dalam diri kita sendiri,” tegasnya.

Dalam jaman pembangunan ini semangat, ketabahan dan kepercayaan pada diri sendiri harus dihadapkan untuk mengatasi keterbelakangan dan kemiskinan.

”Jika kita telah berhasil melaksanakan Repelita I, II dan III sehingga kita mencapai banyak kemajuan dan perbaikan kesejahteraan bersama seperti yang kita rasakan sekarang, maka semuanya itu adalah berkat pengerahan semangat, ketabahan dan percaya pada diri sendiri”.

Mengulang apa yang diucapkan dalam pidato Kenegaraan 16 Agustus 1984, Presiden menyatakan, dengan hasil pembangunan yang telah dilaksanakan selama Repelita, maka sekarang kita telah merasa siap untuk meletakkan kerangka landasan bagi terwujudnya masyarakat yang di citakan.

Namun diingatkan,jangan sampai kita lengah karenakeberhasilan selamaini. “Repelita IV sungguh mengandung harapan­harapan besar dan sekaligus penuh dengan tantangan, yang tidak kalah besarnya. Kita harus terus memperluas pembangunan dengan meningkatkan pertumbuhan, ekonomi dan memelihara stabilitas nasional” katanya.

9 Menteri, 11 Gubernur

Di stadion olahraga yang berkapasitas 20.000 orang sejak pukul 08.00 WIB, telah dipadati warga Sumbar. Mereka yang datang bukan saja berasal dari sekitar Ibu kota Propinsi Sumbar tetapi juga dari perantauan dengan mengenakan pakaian adat warna-warni.

Demikian pula di mimbar kehormatan yang berbentuk rumah adat Minangkabau dengan tonggak warna merah, hijau, biru terisi penuh para pejabat Pemda. Tidak kurang dari 9 menteri Kabinet Pembangunan, 11 Gubernur serta beberapa orang Dubes negara sahabat hadir di tengah-tengah masyarakat Sumbar yang pagi itu nampak hingar bingar menunjukkan rasa kegembiraan.

Suasana penuh gembira itu memang sudah nampak ketika Presiden Soeharto mengumumkan kemenangan Sumbar sebagai propinsi terbaik dalam melaksanakan pembangunan selama Pelita III pada tgl 17 Agustus 1984 lalu di DPR-RI.

Boleh dikata kehadiran Kepala Negara untuk menyerahkan panji tanda kehormatan Parasamya Pumakarya Nugraha kemarin menciptakan puncak acara pesta rakyat Sumbar menyambut keberhasilan daerahnya.

Di setiap sudut kota Padang tiap warga memperbincangkan hal-hal yang berhubungan dengan pembangunan daerahnya. Antara lain berkembangnya lumbung-lumbung pitinagari yang merupakan faktor penunjang masyarakat pedesaan. Kalau pada awal Pelita III baru terdapat 181 lumbung pitinagari maka akhir Pelita III telah mencapai 500 buah.

Pemasukan devisa negara dari hasil komoditi ekspor non-migas akhir pelita III mencapai 119 juta dollar AS. Tidak kalah pentingnya, besarnya partisipasi masyarakat terhadap berbagai proyek sektoral maupun regional dan berbagai proyek manunggal yang dikerjakan berdasarkan keterpaduan.

Misalnya dariusaha AMD I sampai XV berhasil meningkatkan berbagai kegiatan yang nilainya sekitar Rp 1 milyar, padahal sebelumnya hanya beberapa ratus juta rupiah saja. Semuanya itu berkat kerjasama yang baik antara ABRI, ninik mamak, cerdik pandai, ulama, petani dari generasi muda sampai pegawai negeri.

Jalan-jalan besar di Sumbar kini dalam keadaan mulus, sementara jalan rusak berat sudah tidak ada sama sekali.

Presiden Soeharto dan Ibu Tien yang tiba di Pelud Tabing pukul 09.00 WIB disambut oleh ribuan massa dan pelajar yang sejak pagi sudah berbaris di sepanjangjalan mulai dari Jalan Angkasa sampai ke GOR H. Agus Salim.

Acara yang berlangsung meriah, padat dimeriahkan oleh tarian massal yang bertemakan perjuangan rakyat Sumbar dalam menentang penjajahan dan melaksanakan pembangunan.

Dibawakan oleh 300 orang siswa SMK I Sumbar bertindak sebagai pimpinan upacara Bupati Sawah Lunto Sijunjung Noer B. Pamuncak. Selama 4 jam berada di kota Padang Ibu Tien Soeharto sempat pula meresmikan gedung Dharma Wanita Prop Sumbar yang terletak di samping Gubernuran. Sekitar pukul 13.00 Presiden dan rombongan kembali ke Jakarta.

Disambut Meriah

Juaja Prayojanakriya Pata Parasamya Purna Karya Nugraha untuk Jateng. Kamis ini akan disambut secara meriah di Semarang.

Semula Juaja akan diterima dalam acara protokuler di Pelabuhan udara Achmad Yani oleh Asisten III Sekwilda Jateng. drs Karsono.

Menurut Kabiro Humas Propinsi Jateng, Sukoyo setelah acara penerimaan di Pelud A.Yani selesai, akan dilanjutkan dengan kirab (pawai) keliling kota Semarang dan akan berakhir di Gedung Olahraga di Simpang Lima, untuk diserahkan kepada Gubernur Jateng, Ismail, yang didampingi Ketua DPRD Tingkat I Jateng, Ir Soekorahardjo. Acara itu akan dilanjutkan dengan syukuran.

Juaja Prayojanakriya Pata tersebut, menurut rencana akan dikirab keliling Jateng, dimulai dari Semarang, Demak, Pati terus ke Elora dan nginap di Elora. Esoknya dikirab menuju Solo lewat jalur selatan, dan nginap di Solo.

Hari berikutnya dilanjutkan ke wilayah bekas Karisidenan Kedu dan nginap di Magelang. Sesudah itu dilanjutkan lagi lewat Temanggung ke wilayah bekas Karesidenan Banyumas dan menurut rencanajuga akan menginap di Cilacap.

Keesokan harinya kirab dilanjutkan ke wilayah bekas Karesidenan Pekalongan dan nginap di Tegal. Pagi esoknya dikirab melalui jalur utara kembali ke Semarang dan berakhir di Gedung DPRD Tingkat I Jateng di Jl. Menteri Supeno, Semarang.

Mengenai penyerahan Juaja Parasamya Purna Karya Nugraha untuk Kabupaten Semarang, menurut rencana akan dilakukan oleh Menko Polkam Surono di Alun-alun Ambarawa, Jumat 24 Agustus pukul 09.00 WIB.

Menurut rencana juga akan dikirab dari Ambarawa menuju Ungaran, kemudian keliling kota Ungaran. (RA)

Padang, Suara Karya

Sumber : SUARA KARYA (23/08/1984)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 624-627.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.