RANGKAIAN KOREKSI MEMANG MASIH DIPERLUKAN: PAK HARTO, ARAH YANG KITA TUJU SUDAH BENAR

RANGKAIAN KOREKSI MEMANG MASIH DIPERLUKAN: PAK HARTO, ARAH YANG KITA TUJU SUDAH BENAR[1]

 

Yogyakarta, Media Indonesia

Presiden Soeharto menegaskan, dengan segala kekurangan dan keterbatasan sekarang ini, sesungguhnya arab yang kita tuju selama ini pada dasarnya sudah tepat dan benar.

“Memang kita menyadari bahwa rangkaian koreksi masih tetap perlu dari waktu ke waktu, namun yang terpenting adalah dalam melaksanakannya tetap berada pada kerangka semangat persatuan, dan melalui lembaga negara kebangsaan yang selama ini telah kita bangun dengan susah payah, “ujar Presiden Soeharto, dalam amanat tertulisnya pada Reuni Akbar Pejuang dan Generasi Muda dalam rangka memperingati HUT ke-50 Kemerdekaan RIdi Monumen Yogya Kembali , yang dibacakan Ketua Dewan Harian Nasional Angkatan 45 Jenderal TNI (Pum) Soerono, kemarin.

Reuni Akbar tersebut diikuti lebih dati 2.000 peserta dari berbagai daerah antara lain Yogyakarta, Jawa Tengah , Jawa Barat, Jawa Timur dan DKI Jakarta. Hadir pada acara itu Ketua Panguyuban Wehrkreise III Jenderal (Purn) Soesilo Soedarman dan Gubernur Propinsi Dista Yogyakarta Paku Alam VIII dan Sri Sultan Hamengkubuwono X. Selanjutnya Kepala Negara mengatakan, Generasi 45 merasa Iega dan tenteram. Pasalnya, generasi penerus kini makin sehat lahir batin, makin cakap, serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

“Semua itu diperlukan untuk memajukan bangsa kita dalam zaman moderen sekarang ini, Iebih-lebih dalam abad ke-21 yang sebentar lagi kita masuki,”kata Presiden.

 

Menurut Kepala Negara, generasi penerus kini telah tampil  dalam lapisan kepemimpinan bangsa kita ada yang menduduki  tempat-tempat  penting dalam pemerintahan, di kekuatan-kekuatan sosial politik dan organisasi kemasyarakatan, di dunia akademik, di kalangan dunia usaha dan lapisan-lapisan masyarakat lainnya. “Jelas sekali bahwa tiap generasi mempunyai tempat tersendiri dalam sejarah,” kata Presiden.

Setiap generasi, lanjut Kepala Negara, terdiri dari manusia-manusia biasa mereka mempunyai kelebihan dan kekuatan, mereka juga mempunyai kekurangan dan kelemahan dalam membangun bangsa dan negara. Kekuatan-kekuatan setiap generasi ini kita pelihara, kita mantapkan dan kita kembangkan.

“Dengan jalan itu kita dapat menghimpun kekuatan nasional yang makin lama makin besar,” kata Pak Harto.

Namun disadari bahwa dalam pembangunan juga menimbulkan masalah-masalah baru. Akan tetapi hal itu tidak berarti bahwa kita harus bongkar pasang. Oleh karena itu, lanjut Presiden, dalam melaksanakan pembangunan, kita bertekad untuk menjaga kesinambungan untuk mencapai pertumbuhan dan meratakan keadilan, untuk diperbaharui dan dikoreksi terus menerus.

“Dengan sikap itu, hati kita mantap mengatakan bahwa kita siap memasuki awal kurun waktu Kebangkitan Nasional Kedua.”

Generasi Muda

Menurut Kepala Negara, menjadi tugas dan tanggungjawab dari generasi demi generasi yang akan datang untuk memelihara apa yang telah dipersembahkan oleh generasi terdahulu, dan menyiapkan sumbangan bersejarah dari generasinya sendiri. “Tentu saja peranan bersejarah itu hanya mungkin diemban oleh generasi yang merniliki cakrawala wawasan yang lebih luas serta merniliki kesadaran dan tanggung jawab akan sejarah yang bermutu tinggi,” papar Presiden.

Kepala Negara mengingatkan, selain dari sejarah sendiri, generasi muda Indonesia juga perlu mempelajari sejarah-sejarah bangsa lain, mengenai sesuatu yang terjadi bila persatuan dan kesatuan bangsa sudah tidak ada Iagi.

“Untuk itulah sebabnya kita semua bangsa Indonesia menyukuri rahmat Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat kemerdekaan yang tahun ini genap setengah abad,” kata Presiden.

Reuni Akbar Pejuang tersebut diselenggarakan oleh panitia Peringatan 50 tahun Indonesia merdeka Bhakti Pertiwi Yogyakarta, dan diikuti sekitar 2.000 pejuang, rakyat pejuang dan generasi muda.

Sumber: MEDIA INDONESIA (25/08/1995)

_____________________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 261-262.

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.