REOG SEPANJANG 15 KM AKAN SAMBUT PRESIDEN SOEHARTO DI WURYANTORO[1]
Jakarta, Suara Karya |
SEDIKITNYA 6 grup kesenian reog akan ditempatkan di enam titik penyambutan antara Selogiri-Wuryantoro sepanjang sekitar 15 untuk menghangatkan kehadiran Presiden Soeharto pada peringatan Hari Pertasi kencana (Pertanian, Koperasi dan Keluarga berencana) tingkat nasional yang dipusatkan di Lapangan Desa Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri, Kamis, 14 Juli ini. Suasana diperkirakan bakal bertambah gempita dengan keterlibatan hampir seluruh penduduk setempat yang ingin ikut menyambut. Mereka hausuntuk disapa dan membalas lambaian tangan warga desanya yang kini bukan saja menjadi Presiden, tetapi juga Ketua Gerakan Non Blok. Bukan tidak mungkin beberapa kakek akan mengembun pelupuk matanya. Sambil menggandeng tangan cucunya yang bertelanjang dada serta bertudung caping di pinggiran jalan, ia dengan bangga menceritakan dongeng masa-masa lampaunya tatkala akrab bermain jethungan, sepak bola atau binthen bersama Soeharto kecil. Karenanya, dalam rapat pleno persiapan pekan lalu Bupati Wonogiri Drs Oemarsono sangat menekankan aspek pengamanan. Bukan semata-mata demi kelancaran pelaksanaan upacara,melainkan juga pengawasan terhadap rumah-rumah kosong yang ditinggal penghuninya. Pada sisi lain iajuga menginginkan penyambutan berlangsung semarak.
”Wonogiri harus bisa membuktikan kepada dunia atas kecintaannya kepada pemimpin bangsanya yang akan hadir bersama 12 Duta Besar negara sahabat,” ujarnya.
Untuk maksud tersebut sejumlah grup reog terpilih buat unjuk kebolehan di sepanjang route yang bakal dilalui Presiden Soeharto. Kelompok pertama dipasang di depan kantor Kecamatan Selogiri perbatasan Kabupaten Sukoharjo dan Wonogiri. Disusul grup kedua bermain di sekitarTerminal Selogiri. Reog berikutnya berturut-turut beratraksi di depan RSU Wonogiri, Tugu Kalpataru, Obyek Wisata Sendang-Waduk Gajah Mungkur, Desa Gumiwang dan terakhir di Wuryantoro. Sebelurn menuju tempat upacara,Presiden beserta rombongan menurut rencana singgah terlebih dulu di Padepokan Pak Beni Tani Prawirowihardjo, paman yang sekaligus mengasuh Soeharto sejak kecil hingga tumbuh remaja.
Hal-hal kecil lain tak luput dari perhatian bupati. Terutarna hutan Gumiwang diminta agar terus diwaspadai mengingat kemarau yang sudah berlangsung selama 3 bulan terakhir bukan tidak mustahil dapat memunculkan bahaya kebakaran. Jika perlu, tambah Oemarsono, “Guguran daun-daun kering di dalam hutan dikumpulkan untuk menimbuni pangkal akar setiap pepohonan guna mencegah penguapan air.”
Pesan serupa disampaikan kepada pengusaha kijing yang banyak terdapat di Selogiri. “Batu-batu nisan itu agar ditata tak menyolok pandangan supaya ketika rombongan tamu sampai di Wonogori tak mengesankan seperti masuk kedalam kompleks pekuburan raksasa,” ujamy a berseloroh.
Behan Berat
Pertasi kencana VII kali ini merupakan peringatan terpadu HUT Koperasi ke 47, Hari Krida Pertanian ke 22 dan Gerakan Keluarga Berencana Tingkat Nasional yang ke 24. Dengan demikian tujuan kegiatannya pun mencakup aspek lintas sektoral antara lain, meningkatkan peran KUD agar mampu membuka dan memperluas lapangan kerja baru disamping mendorong tumbuhnya pengusaha kecil mandiri yang pada gilirannya dapat membantu mendorong lebih maju roda perekonomian desa. Sebagai penjabaran dari sasaran yang sangat strategis tersebut sebelumnya telah didahului dengan serangkaian kegiatan seminar. Di antaranya adalah pembahasan tentang Koperasi Wanita, Koperasi Pondok Pesantren serta program pertukaran kunjungan.
Sedang dalam puncak acara nanti selain akan menyampaikan amanat, Presiden direncanakan memberikan Satya Lencana Pembangunan terhadap sejumlah tokoh masyarakat dan penghargaan kepada koperasi/KUD maupun pengusaha kecil terbaik, peserta KB Lestari, pemenang berbagai Iomba serta ‘para petani teladan tingkat nasional.
Diperkirakan lebih dari 4.300 undangan ikut ambil bagian. Jumlah ini belum termasuk massa, rakyat yang diperkirakan bakal memadati pinggir-pinggir jalan dan seluruh tepian lapangan tempat upacara berlangsung. Mereka berbondong datang tentu bukan sekadar menonton keramaian. Namun, juga menyimpan harapan tentang hari depan yang lebih baik. Sebuah amanat yang tak boleh diabaikan seusai upacara. Koperasi khususnya KUD, misalnya, ditantang tak keburu puas hanya dengan melihat jumlah sisa hasil usaha yang terus menggembung. Melainkan harus bisa membantu menciptakan akses pasar serta sumber-sumber permodalan sesuai dengan fungsinya sebagai soko guru perekonomian desa. Sementara sektor pertanian didambakan pula akan menawarkan nilai tukar yang lebih baik. Kesemuanya itu terasa menjadi sangat penting bagi masyarakat agraris tradisional yang selama ini telah bersusah payah mengubur budaya “banyak anak banyak rezeki” untuk digantikan keluarga kecil sejahtera sebagai norma baru yang dianjurkan pemerintah. (Bram Setiadi).
Sumber: SUARAKARYA( 13/01/994)
_____________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 757-759.