RI HARAPKAN JERMAN TINGKATKAN INVESTASINYA[1]
Hannover, Suara Karya
Indonesia mengharapkan Jerman meningkatkan investasinya serta makin besamya perhatian masyarakat Eropa terhadap Asia. Investasi Jerman di Indonesia masih rendah, yakni di peringkat ke-9. Harapan ini dikemukakan Presiden Soeharto ketika turut membuka Pekan Raya Hannover 95 bersama dengan Kanselir Helmut Kohl. Wartawan Suara Karya, Agustianto melaporkan dari Hannover semalam, Anjungan Indonesia akan diresmikan hari ini oleh Presiden Soeharto dan Kanselir Helmut Kohl akan hadir serta menyampaikan sambutan. Menurut Kepala Negara, sebagian besar investasi Jerman itu berasal dari perusahaan besar seperti Siemens, Schering, Daimler Benz dan Bayer. Investasi Jerman jauh lebih rendah dibanding Inggris dan Belanda, padahal Indonesia adalah wilayah luas yang menarik bagi investasi, ungkap Presiden. Kebijakan pembangunan ekonomi Indonesia, mengarah ke pasar bebas dengan iklim usaha yang makin cerah dan deregulasi serta debirokratisasi yang terus menerus. “Sebagai pihak dalam Perjanjian Investasi Multilateral (MIGA), Indonesia melindungi kepentingan investor asing. Saat ini dirnungkinkan bagi investor asing untuk memiliki 100 persen dari proyek-proyek usaha mereka,” kata Presiden.
Presiden menyatakan hubungan ekonomi Indonesia- Jerman telah terbina baik selama Iebih dari empat dasawarsa, dan saat ini kerja sama ekonomi diarahkan pada pengembangan usaha kecil dan menengah, peningkatan prasarana serta pembangunan SDM. “Yang cukup menonjol akhir-akhir ini adalah peningkatan kerja sama di sektor maritim di mana Indonesia telah membeli sejumlah besar kapal penumpang, kapal keruk dan kapal peti kemas dari Jerman.” Kerja sama ini, ungkap Kepala Negara, membawa keuntungan timbal balik, karena kapal-kapal tersebut dibangun di galangan kapal di Jerman Timur yang secara langsung memperluas kesempatan kerja di Wimar, Rostock, Stralsund dan Wolsgast. “Bagi Indonesia sendiri keuntungannya adalah terpenuhinya kebutuhan akan kapal-kapal untuk rnengembangkan ekonomi di wilayah Indonesia Timur,” tambah Presiden.
Kepala Negara menyinggung tentang keadaan politik di Indonesia dengan menegaskan bahwa dalam Demokrasi Pancasila tidak ada tempat bagi diktator mayoritas, sekaligus tidak ada tempat bagi tirani minoritas. Sejak tahun 1969, jelas Presiden, Indonesia telah lima kali menyelenggarakan Pemilu yang langsung, bebas dan rahasia . Pemerintah senantiasa menyempurnakan perangkat hukum dan meningkatkan kesadaran hukum untuk mendukung kehidupan politik yang demokratis. Sebab bagi Indonesia, pembangunan ekonomi dan kemajuan sosial merupakan langkah awal dari pemenuhan HAM. Seorang warga negara, tidak akan mampu melaksanakan kebebasan berpendapat secara konstruktif dan bertanggung jawab bila dia tidak memperoleh pendidikan yang layak. Kebebasan membentuk serikat pekerja saja tidak akan memiliki arti bagi penganggur. “Pembangunan ekonomi dan pembangunan politik memang harus berjalan bersama dan saling mengisi. Untuk itu Indonesia saat ini juga telah menambah berbagai perangkat untuk melindungi HAM seperti lembaga pra peradilan, PTUN dan Komisi HAM,” Presiden menjelaskan.
Kebanggaan RI
Indonesia untuk pertama kali mengikuti pameran secara besar-besaran di Hannover. Ini mungkin juga merupakan parneran terbesar Indonesia di luar negeri. Keikutsertaan Indonesia dalam parneran industri terbesar di dunia ini berkaitan dengan perayaan 50 tahun Indonesia rnerdeka. Untuk keikutsertaan Indonesia itu, pemerintah sama sekali tidak mengeluarkan anggaran. Seluruh biaya untuk membangun anjungan serta ikut serta dalarn parneran itu ditanggung oleh perusahaan swasta. Koordinasi penyelenggaraan bagi Indonesia dipercayakan kepada PT Produksi Indonesia (Prodin). Peserta dari Indonesia terdiri dari 68 perusahaan, 54 swasta dan 14 BUMN. Pameranakan berlangsung hingga 8 April l995.
Menristek BJ Habibie di Hannover, Sabtu lalu mengemukakan, PT Prodin pemilik sahamnya adalah perusahaan nasional yang telah mampu melakukan ekspor dengan pengusaha Indonesia dan BUMN. Masing-masing perusahaan dibatasi penyertaan sahamnya hanya 2 persen. Dengan demikian tidak akan ada perusahaan yang menjadi pemilik saham terbesar dalam Prodin.
Habibie mengemukakan dengan pameran seperti ini, tidak akan dapat diharapkan suatu target kontrak tertentu. Namun, perusahaan-perusahaan yang ikut pameran, tidak akan mengeluarkan dana percuma, karena setelah pameran diharapkan mereka akan memperoleh kontrak-kontrak pembelian dengan partnernya. Salah satu yang paling menarik dalam anjungan Indonesia yang luasnya 3.000 m2 itu adalah tampilnya mock-up pesawat N-250 produksi IPTN. Selain itu tampil juga permesinan tekstil oleh PT Texmaco, Astra Group tampil dengan produksi kendaraan bermotor yang mengandung komponen lokal terbesar, Bakrie Group dengan produk bajanya. Selain produk industri pengusaha Indonesia yang tampiI juga ada yang mencari mitra bagi investasi . Sudim1an Central Business District (SCBD) salah satunya yang mencari mitra investasi dalam pameran di Hannover ini. Presiden Direktur PT Danayasa Arthatama, pengelola SCBD mengemukakan, akan memasarkan kerjasama investasi untuk 17 kapling. Kapling itu meliputi untuk apartemen, rumah sakit, gedung perkantoran dan hotel. Industri strategis yang tergabung dalam BPIS yang juga dibawah komando Habibie memamerkan produk unggulan dari PT PAL, Pindad, Dahana, Krakatau Steel, Barata Indonesia, Boma Bisma Indah, Industri LEN dan berbagai alat elektronik canggih rekayasa TPTN. Dalam lingkungan PT LEN, antara lain ditampilkan alat pendeteksi logam, narkotik basil kerjasama industri Jerman dengan PT LEN. Direktur Utama PT Metro Eka Pelita Niaga, Arissetyanto Nugroho yang mengageru produk Heimann itu di Indonesia mengemukakan, berbagai peralatan deteksi untuk keamanan sudah digunakan oleh Paspampres dan Bea Cukai. Ditjen Bea Cukai bahkan sudah memakai sekitar 90 menit peralatan pendeteksi itu di berbagai gerbang masuk Indonesia. Diperkirakan Hannover Fairakan dikunjungi oleh sekitar 450.000 pengusahadari seluruh duma. Mereka ingin mengikuti perkembangan industri di berbagai negara yang tampil dalam pameran tersebut. Pengusaha dari seluruh dunia yang tampil dalam pameran ini mencapai 6.949 perusahaan dari 71 negara. Perusahaan yang ikut dalam Hannover Fair meliputi industri pelistrikan, kontrol transmisi, teknologi energi yang peduli lingkungan, perekayasaan industri, perlengkapan industri mutakhir, industri bahan bangunan, dan industri penerangan Hannover Fair ini juga merupakan pusat pertukaran informasi dari berbagai industri paling mutakhir di dunia. Oleh karena itu selain pameran juga akan diadakan seminar-seminar di lingkungan tempat pameran. Indonesia antara l ain akan menampilkan pembicara Menristek BJ Habibie, pada 4 April dan Menteri Perdagangan SB Joedono. Anjungan Indonesia didisain sedemikian rupa, sehingga pengunjung akan segera merasakan suasana ke-Indonesiaan di wilayah yang menempati anjungan nomor 15 itu. Perancangnya dipercayakan kepada Adi Widodo Mugdigdo. Ia merancang suasana Indonesia dengan menampilkan pemandangan seperti keadaan di Indonesia, misalnya ada pegunungan, pulau-pu lau dan laut. Pada jalan masuk utama, pengunjung akan merasakan suasana pedesaan Indonesia dengan gambaran alun-alun di bagian depan anjungan Indonesia itu gambaran umum mengenai Indonesia bisa dilihat langsung oleh pengunjung, mengenai rakyatnya, kebudayaannya, tradisinya dan teknologi yang kini telah dikuasai oleh tenaga-tenaga Indonesia. Indonesia merupakan Negara Mitra ke-15 dalam Hannover Fair dan merupakan negara Asia ke-3 setelah India dan Cina. Sementara 12 negara lainnya berasal dari Eropa. Pada upacara penutupan tanggal 8 April 1995, Indonesia akan menyerahkan bendera selaku Negara Mitra ke Amerika Serikat, yang akan menjadi Negara Mitra berikutnya padaHannover Fair 1996. Para konglomerat Indonesia yang hadir antara lain Sudano Salim, Eka Tjipta Widjaja, Sukanto Tanoto, Bob Hasan, Bambang Trihatmodjo, Siti Hartati Murdaya, Aburizal Bakrie, Henry Pribadi dan Soebronto Laras. ***
Sumber : SUARA KARYA(03 /03/ 1995)
__________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 351-354